Tak terasa ujian semester pertama semakin dekat, pelajaran tambahan pun semakin lama semakin banyak. Aku yang pada dasarnya sangat malas belajar pun tiba-tiba berubah menjadi seorang kutu buku baru demi membuktikan pada Mulan jika aku tidak cukup bodoh bisa berteman dengannya. Metode belajar yang kuterapkan pun juga sama seperti murid-murid teladan lain, yaitu dengan membaca, mengingat, dan berlatih soal-soal ujian. Tapi entah kenapa, meskipun aku sudah membaca berulang kali, tetap saja aku kesulitan mengerjakan soal-soal ujian bulanan sehingga namaku masih saja terpampang dalam daftar kelas tambahan.
"Sial, sebegitu burukkah kemampuan berpikirku sehingga selalu saja menjadi langganan di kelas para murid terbuang ini?" Aku berkeluh kesah pada Riyu dan Agung ketika kami harus mengikuti kelas tambahan lagi.
"Sudahlah, terima nasib saja. Kita ini memang murid-murid dengan IQ di bawah standar." Riyu yang duduk di sebelahku dan selalu mendekam di kelas tambahan terlihat sangat santai.
"Benar, Eri... lagian nilaimu saat ini sedikit membaik ketimbang bulan lalu, kok. Mungkin bulan depan kau tidak akan di sini lagi." Agung menyodorkan hasil ujian bulananku dari bangku belakang.
"Coba kulihat," kata Riyu, menyerobot hasil ujian bulananku dari Agung. "Hm, lumayan sih. Tapi bakal sulit banget keluar dari sini."
"Ini benar-benar tidak adil! Kalian tahu tidak, aku sudah belajar mati-matian agar dapat keluar dari kelas ini dan belajar di rumah saja. Sepertinya, usahaku selama ini benar-benar tak ada gunanya." Wajahku mulai memerah, aku benar-benar kecewa. "Coba kalian lihat Hasan. Kerjaannya di kelas hanya membaca novel dan membicarakan tentang game saja, belum lagi kegiatannya di luar sekolah. Kalau dipikir-pikir, kapan Hasan punya waktu untuk belajar? Tapi, faktanya dia tak pernah sekalipun terbuang ke kelas ini."
"Mungkin dia belajar di rumah dengan sungguh-sungguh." Riyu menduga-duga.
"Tidak, aku tahu betul Hasan. Dia selalu bermain di tempat penyewaan novel atau rental playstation sampai larut malam. Di rumah pun, dia hanya tidur-tiduran gak jelas sambil mendengarkan musik," kataku dengan gigi gemeletuk. "Atau jangan-jangan dia menyontek kali, ya?"
"Belum tentu, sebab ada beberapa anak yang mempunyai kemampuan mencerna pelajaran dengan baik dan cepat ketika diterangkan oleh guru." Riyu terlihat sok tahu.
"Hm, begitu ya?" Aku masih ragu.