You Are My Flaky

Luca Scofish
Chapter #13

Chapter 13

Semester akhir di kelas 2B.


Cinta yang berapi-api.


Di kelas, aku dan Mulan semakin akrab hingga nyaris seperti saudara. Ketika jam istirahat tiba, kami menghabiskan waktu bersama. Sewaktu pulang sekolah tiba, kami juga berjalan kaki bersama menuju halte sekolah. Saat malam tiba, kami saling menghibur satu sama lain lewat pesan singkat, meskipun hanya beberapa kali karena aku selalu kehabisan pulsa. Kami berdua bagaikan sepasang spesies berbeda jenis yang saling terikat satu sama lain. Mulan adalah murid cantik yang pandai dan religius, laksana sekuntum bunga mawar merah yang dihiasi putih melati. Sedangkan aku adalah pejantan tangguh yang liar, bagaikan seekor lebah yang selalu menikmati nektar bunganya, namun juga membantu proses penyerbukannya.


Meskipun hubungan kami terlihat baik-baik saja, namun tetap saja ada masalah yang mengintai.


"Eri, akhir-akhir ini aku sering melihat 'mereka' mengawasimu dari kejauhan." Riyu terlihat cemas. Pandangannya tertuju ke arah 'mereka', sekumpulan murid laki-laki dari kelas 2D. "Kau harus berhati-hati. Jangan keluyuran sendirian."


"Aku tahu. Beberapa hari yang lalu, ketua geng mereka mendatangiku dan memperingatkan agar aku menjauhi Mulan." Aku mendengus, pandanganku juga tertuju ke arah 'mereka'.


Bukan suatu hal yang aneh jika di sekolah terdapat budaya geng-geng-an. Geng laki-laki dan perempuan dibentuk dengan tujuan yang berbeda. Seperti tabiatnya, laki-laki suka bermain dan melanggar peraturan bersama untuk mendapatkan pengakuan. Sedangkan perempuan suka bergosip dan berjalan-jalan bersama demi menunjukan eksitensinya. Namun, dibandingkan anak perempuan, hubungan antar laki-laki lebih dekat dan kompak ketika ada masalah atau misi yang harus diselesaikan.


Di sekolahku, ada beberapa geng yang masih aktif dan sering melakukan tindakan kriminal tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Mereka sering merokok, mabuk-mabukan, menikmati obat bius, dan memalak murid-murid lemah. Geng dari kelas dua pun juga melakukan hal serupa. Geng Gorovers dari kelas 2A mempunyai hubungan yang kurang baik dengan geng Weinsgrovers dari kelas 2D. Kedua geng itu layaknya Uni Soviet dan Amerika Serikat yang sedang berperang dingin, namun tetap bersaing ketat demi menunjukkan siapa yang terhebat.


Di kelasku sendiri ada satu geng yang terdiri dari seluruh murid laki-laki. Namun, aku tidak suka menyebutnya sebuah geng yang identik dengan aksi kriminal. Aku menyebutnya sebuah perkumpulan yang saling melindungi satu sama lain.


Awalnya, aku membentuk perkumpulan ini bersama seorang teman terpercaya, karena ada beberapa orang yang ingin menghancurkan kami; orang-orang yang ingin merendahkan dan menghinakan kami. Kami membentuk perkumpulan dengan tujuan mendapat perlindungan. Dan aku sudah bersumpah setia pada perkumpulanku untuk melindungi kepentingan-kepentingan kami.


Riyu adalah salah satu anggota perkumpulan kami yang sering mendapat perlakuan buruk dari anggota geng Weinsgrovers. Setiap hari, ia selalu menjadi bulan-bulanan geng itu andaikata tidak menyetor sejumlah uang atau beberapa batang rokok pada mereka. Namun, semenjak Riyu mendapat jaminan keamanan dari perkumpulan kami, ia tidak pernah melakukannya lagi. Terlebih lagi, semenjak aku mengatakan padanya, "Terkadang kita harus menjadi monster demi kebaikan kita sendiri," dapat megubah pribadi Riyu yang selalu pasrah menjadi sedikit gagah berani.


Kembali lagi soal rokok. Sejak duduk di kelas satu, Riyu sudah merokok putus-sambung, tanpa pernah mencoba berhenti, meskipun tetap berhati-hati agar tidak kecanduan. Ia menyukai Dji Sam Soe, merek rokok ayahnya, dan dalam seminggu ia bisa menguntil rata-rata lima belas hingga dua puluh batang rokok darinya. Ayahnya seorang montir sibuk dengan banyak masalah. Barang kali sedikit naif jika kebiasaan buruk itu menular pada anaknya, namun beliau benar-benar tidak tahu bahwa putra semata wayangnya sudah merokok pada usia tiga belas tahun.


Sesekali, Riyu menyuruhku mengisap rokoknya ketika aku mengunjungi rumahnya untuk bermain Crush Gear. Namun aku selalu menolaknya karena aku tidak bisa menikmati sensasi yang ditimbulkan oleh rokok. Ketika aku merokok, dadaku terasa sesak, perutku mual, dan tak lama kemudian aku terbatuk-batuk. Berkaca dari pengamatan dan pengalamanku merokok, maka aku menyimpulkan jika merokok adalah suatu kenikmatan bagi para penikmatnya, namun suatu musibah bagi para penghirup asapnya. Ibarat orang kentut, si tukang kentut merasa nikmat dan lega setelah melepas kalor berbau busuk dan beracun, sedangkan si penerima bau kentut adalah korban yang menerima gas beracun tersebut. Jelas, sang penerima tidak menyukainya. Maka tak mengherankan jika aku dan rokok sudah bermusuhan sedari awal.


Siang itu, ada lima batang rokok dalam saku Riyu ketika aku dan Agung berjalan pulang bersamanya usai menonton pertandingan bola voli putri antara kelas kami melawan kakak kelas di lapangan voli sekolah yang dekat dengan kuburan. Kami berjalan menyusuri jalan setapak menuju hutan di belakang sekolah agar sampai di rental playstation dengan cepat. Sesampainya di sebuah sungai besar, kami melihat beberapa anggota geng Gorovers yang mempunyai hubungan baik dengan kami sedang berleha-leha di sepanjang pipa besar PDAM yang membentang seperti sebuah jembatan panjang. Mereka sedang menikmati minuman keras dan obat bius. Dua kebiasaan buruk yang benar-benar aku dan teman-temanku hindari. Dulu, kami pernah menyaksikan secara langsung seorang preman yang mengamuk dan memecahkan kaca mobil yang berhenti di lampu lalu lintas. Usut punya usut, preman itu mengamuk setelah meminum minuman keras. Kami sudah menyaksikan betapa mengerikannya pengaruh alkohol. Kami pun takut pada obat bius, karena dapat merusak jaringan otak.


"Kau membawanya?" tanyaku pada Riyu ketika kami meninggalkan geng Gorovers dan menerobos ilalang setinggi dada.


"Ssttt, pelankan suaramu. Kalau pak Kepala Suku tahu, dia pasti akan meminjamnya juga." Riyu berbisik sepelan mungkin sambil menunjuk Agung yang berjalan cukup jauh di depan kami.


Pagi itu sewaktu jam istirahat pertama, aku memergoki Riyu menyembunyikan sekeping kaset DVD bergambar wanita seksi di dalam buku paket bahasa Inggris, dan aku langsung mengancam akan mengadukan semuanya pada pak Burhan kalau ia tidak meminjamkannya padaku lebih dulu. Ia mendapatkan barang kriminal itu dari seorang anggota geng Gorovers setelah menyetujui biaya sewa yang cukup menguras isi kantong. Dan kini, aku mempunyai kesempatan untuk menontonnya secara cuma-cuma, sebab jika aku mengadukan masalah ini pada pak Burhan, Riyu akan langsung dikeluarkan dari sekolah karena poinnya di buku rapor kepribadian sudah masuk zona merah.


Riyu melewatkan waktu di sekolah hanya untuk bermain dan menggoda gadis-gadis cantik. Riyu sering merasa jika dirinya jauh lebih gaul dariku. Ia mengajariku bagaimana cara menaklukkan hati anak perempuan. Ia juga menerangkan apa yang diketahuinya tentang seks dan memperingatkan bahaya seks bebas bagi masa depan. Dan kini ia memperkenalkan padaku tentang DVD bergambar wanita seksi. Sejujurnya aku merasa gelisah, sebab ini akan menjadi pengalaman pertamaku menonton film semacam itu. Tapi kan ini cuma sekeping DVD bergambar wanita seksi yang mungkin bisa bermanfaat ketika aku sudah berkeluarga kelak. Ada kemungkinan lain yang jauh lebih buruk.


Setelah menerobos ilalang, kami sampai di bawah sebatang pohong besar yang dipenuhi dengan benalu dan lumut yang mengikat erat di sekujur lapisan terluar kulit pohon. Sederet semak belukar membujur ke sepetak tempat terbuka, dan dibaliknya ada jalan setapak yang ditumbuhi rerumputan berkelok. Kami terus menyusuri tempat itu hingga mulai melihat rumah warga. Sayup-sayup terdengar derum mobil dari jalan raya. Sepuluh menit kemudian, kami pun sampai di tempat tujuan.


Agung langsung masuk menuju rental playstation, sedangkan aku dan Riyu berhenti di teras rental playstation sambil melirik sekeliling dengan cemas, seolah-olah ada polisi yang mungkin mengawasi gerak-gerik kami.

Lihat selengkapnya