Turnamen sepak bola antar SSB se-kabupaten Semarang tinggal menghitung hari. Selama masa persiapan, pelatih Effendi sudah mencoba meracik formasi tim utama sebaik mungkin. Lini belakang kokoh dalam kawalan kapten Denny Linggar. Lini tengah solid dengan mengandalkan satu gelandang bertahan dan tiga trequartista. Serta lini depan yang sangat produktif berkat kehadiran duet striker bertubuh jangkung dan striker mungil yang lincah.
Kemenangan-kemenangan besar yang didapat selama persiapan mejelang laga resmi, seperti 5-1 versus SMA Salatiga, 7-2 melawan Popda Salatiga, dan 4-0 saat berhadapan dengan salah satu SSB dari kota Semarang makin meningkatkan kepercayaan diri para pemain, juga suporter tim Tridanggo.
Semakin dekat waktu turnamen, semakin tinggi angan tim kami untuk menggenggam gelar. Hiburan-hiburan yang berpusat di komplek latihan diadakan. Sejumlah spanduk raksasa bertuliskan "Mari satukan keyakinan dalam hati, keyakinan bahwa tim Tridanggo akan menjadi juara", juga tersebar di seluruh komplek latihan. Kami siap menjadi tim sepak bola terbaik di kabupaten Semarang.
Hari pembukaan turnamen sepak bola antar SSB se-kabupaten Semarang pun tiba. Saat itulah misi menggapai impian dimulai. Pelatih Effendi adalah orang yang paling antusias saat tim kami bersiap menghadapi ajang bergengsi ini. Beliau rela mengeluarkan uang dari kantong pribadinya untuk mensubsidi anggaran tim Tridanggo selama di Semarang. Beliau bahkan memerintahkan anak perempuannya untuk mendampingi tim kami.
Harapan di benak suporter Tridanggo akan kesuksesan membuncah. Semangat para pemain pun membumbung tinggi, nyaris menggapai langit. Dan itu kami buktikan pada pertandingan pertama melawan SSB Ellindo Putra dari Ungaran di stadion Jatidiri yang lapangannya becek akibat hujan dan tergenang lumpur, para pemain kami tetap gigih berjuang. Beberapa pemain kami bahkan sampai melepaskan sepatunya agar lebih leluasa bergerak. Dan itu membawa hasil. Duet striker tim kami memborong empat gol dan kami menang 6-2. Kemenangan-kemenangan berikutnya mengantarkan tim kami hingga partai semifinal. Semakin tinggilah harapan suporter dan para pemain Tridanggo yang menargetkan untuk mengangkangi piala Super Semar, piala bagi jawara turnamen ini.
Sepekan berselang, euforia suporter Tridanggo memuncak. Empat gol yang bersarang di gawang PSAP, lawan kami di partai semifinal, adalah pembangkit keyakinan bahwa piala Super Semar memang layak kami bawa pulang. Sebanyak tiga puluh ribuan penonton yang menyaksikan pertandingan itu serempak melambaikan sapu tangan putih kepada pemain PSAP sebagai tanda selamat jalan. Pelatih Effendi dalam buku tahunan tim Tridanggo bertajuk "Musik di waktu senja", melukiskan suasana yang ada saat itu di stadion Jatidiri dengan kalimat, "Transformasi luar biasa dari penonton sepak bola dari tangga nada yang melantunkan simfoni."
Berkat kemenangan di partai semifinal, tak pelak nama tim Tridanggo pun membumbung tinggi. Aroma harum kesuksesan mulai tercium meski tim kami akan berhadapan melawan tim Apacinti yang memiliki tradisi juara di partai puncak. Keyakinan menyebar di penjuru Salatiga, seakan-akan tim kami telah juara, sebab permainan sepak bola tim Tridanggo mulai diakui dan dianggap tinggi oleh orang-orang Semarang.