Aku bagai puisi yang tak tersentuh malaikat.
Bagai komposer yang mendapatkan melodi dari langit.
Bagai penari yang larut dalam irama.
Aku menulis dengan inspirasi murni dan sihir.
Mengasingkan diri, kemudian menggunakan mataku untuk membaca, otak untuk berimajinasi, dan jari-jari untuk menari-nari di atas keyboard komputer.
Bersama kebahagiaan dan derita, tanpa bantuan, hanya bermodalkan tekat baja dan rencana-rencana gila....
Banyak hal yang kusesali dalam hidupku, dan kupikir semua orang bisa mengatakan hal yang sama. Tetapi, rasa-rasanya aku tidak menyesali urusan-urusan kecil, kekanak-kanakan, seperti berselisih dengan orangtuaku, teman-temanku, orang yang kucintai, atau bahkan keluarganya. Hal yang kusesali adalah aku harus menjalani pelajaran paling pahit tentang bagaimana ambisi-ambisi pribadi bisa menyeret seseorang, di luar kehendak sendiri yang berlawanan dengan sifatnya, untuk memerankan suatu peranan dalam peristiwa yang menyebabkan masa lalu memandangnya dengan menghina dan jijik.
Aku mulai berdamai dengan masa lalu dan menikmati hidup dengan baik. Aku bekerja, berolahraga, berlibur, menyempatkan waktu bermain game bersama teman-teman, dan menemukan teman baru di internet; bergabung dengan fan page, grup, komunitas, hingga forum yang kusukai.
Bicara soal forum, aku sangat menyukai Kaskus, The Largest Indonesian Community. Aku mulai mengenal Kaskus pada awal tahun 2014. Kaskus memberiku banyak ilmu dan wawasan baru yang tak ada habisnya. Di Kaskus, aku bisa berinteraksi dengan kaskuser dari berbagai latar belakang; anak alay yang hanya lulusan SD sampai sesepuh yang bergelar master atau profesor. Hal itu benar-benar aku manfaatkan dengan baik untuk belajar dan menyerap ilmu sebanyak mungkin di setiap forum yang kusukai, terutama sub forum buku yang mengenalkanku pada dunia tulis-menulis.
Dari Kaskus, aku mulai belajar menulis di blog pribadiku. Aku menulis tentang apa pun yang berseliweran di otakku. Saat menulis, aku menyadari semangatku sendiri melebihi semangat mencintai, semangat yang kehadirannya tak pernah kuduga, dan di dokumen-dokumen Microsoft Word itulah berbagai perasaan tercurah dan beterbangan untuk menyaingi dan melebihi kepahitan hidup serta perjuangan melawan kebodohan.