Seorang gadis masih terbangun pada pukul sepertiga malam. Bulir kesedihan menari-nari di pelupuk matanya. Mengalir melintasi raga, meresap menjadi perasaaan lara.
Kini, tubuhnya sedang meringkuk di dekat jendela memandang langit gelap yang tak sepenuhnya gelap. Jauh di sana, ada jutaan bintang yang berjajar membentuk rasi. Sangat jauh. Ya, triliun-an kilometer jaraknya. Bahkan butuh bertahun-tahun cahaya untuk dapat mencapainya. Hingga jutaan bintang itu hanya seperti percikan kunang-kunang yang tersebar di langit. Berkedip-kedip membentuk sudut segi lima yang eksotis.
Perasaan, semuanya terjadi baru-baru saja. Namun, nyatanya sudah lama ia menjadi bintang sirius yang indah. Yang memancarkan sinarnya lebih hebat dibandingkan yang lainnya. Yang bersinar paling terang di semesta. Yang tetap ada dan terus menemani seseorang di malam hari.
Ya, ia masih menampakkan dirinya meskipun takdir telah memisahkan. Dua insan yang terpisah oleh jarak, waktu, pun oleh ruang. Satu di sebuah alam yang disebut abadi. Dan yang satu di sebuah alam yang disebut fana.
Kata orang-orang, bintang adalah wujud arwah dari orang yang kita sayangi. Mereka bersinar di setiap malam menemani sepi. Bersinar terang di setiap hati yang sunyi pun akan menjadi berisi. Membuat diri menjadi tenang dan nyaman. Jika merasa rindu, tinggal memandangnya dari tanah bumi. Bintang itu akan dengan senang hati membuat kita tersenyum, menghapus lara dan berubah tawa.