4 Tahun yang lalu,,,
"Kira, apa kau sudah menulis suratnya?" Tanya Disya.
"Oh, lihatlah aku merangkainya dengan sangat indah dan teliti. Coba bacalah, apa sudah benar?" Jawab Kira dan menunjukkan suratnya kepada Disya.
"Kau sangat romantis Kira, aku iri kepadamu bisa menuliskan kata-kata yang begitu indah."
"Ah~ sudahlah jangan membuatku malu. Lalu bagaimana aku menyampaikan ini?
"Aku akan mengajarimu, jadi begini setelah kelas berakhir kau taruh saja surat ini di dalam bukunya dan pastikan halaman mana yang akan di bukanya nanti. Ok!."
"Itu sangat mudah sekali, aku pasti bisa melakukanya. Terima kasih Disya." Ucap Kira memeluk sahabatnya.
Hari ini Kira berniat membuat kejutan untuk laki-laki yang dia suka, lebih tepatnya lagi pangeran impian yang selalu dia banggakan. Tidak salah karena memang masih remaja, tingkah seperti ini sangat sering dijumpai di kalangan remaja.
Bel istirahat berbunyi, setelah kelas sepi akhirnya mereka berdua menjalankan rencananya.
Namanya Rama, dia sangat populer di sekolah. Ketua Osis, anak basket, anak band, hobbynya bersepeda dan sangat suka dengan kucing. Siapa yang tidak suka dengan laki-laki seperti itu. Ketampanan dan ketenarannya membuat hati murid perempuan di sekolah ini tertuju kepadanya termasuk Kira dan Disya.
"Apa yang mereka lakukan di sini? Apa ada hal yang tidak beres?" Ucap seseorang itu yang ternyata adalah Rendy.
"Surat cinta lagi? Mengapa begitu banyak surat untuknya? Bagaimana denganku? Wajahku juga tidak terlalu buruk, aku juga ketua basket, anak osis dan juga anak yang tidak diharapkan. Ah, menyedihkan sekali." Ucapnya setelah mengetahui sesuatu yang membuatnya harus bergumam sendiri sembari membaca surat yang ada ditangannya.
(Koridor Sekolah)
"Lihatlah! Siapa yang menulisnya?"
"Ayo-ayo!"
"Bagaimana mungkin?"
"Coba bacakan, aku tidak kelihatan."
Ucap semua murid yang sedang terburu-buru menuju mading sekolah yang ada di koridor kelas delapan, apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa ini? Mengapa semuanya berlari terburu-buru menuju mading?" Tanya Kira yang sangat penasaran dengan tingkah satu sekolah.
"Entahlah, apa kita juga harus kesana?"
"Bagiku mading tidak terlalu penting, tapi jika yang melihatnya satu sekolah seperti ini, aku juga harus melihatnya. Ayo!" Ucap Kira yang kemudian berlari menuju mading.
MADING
"Sebuah tulisan yang tidak pernah ingin aku tulis di lembaran ini.
Hai namaku Kira, pasti kau sudah tahukan. Iya ketua kelas delapan A.
Sedikit basa-basi saja, sebenarnya aku tidak begitu tertarik kepadamu tapi karena kau sudah pernah menolongku saat aku pingsan di lapangan basket saat itu. Aku mulai memikirkan semuanya tentangmu, bahkan hatiku yang sebelumnya biasa saja menatapmu sekarang tumbbuh satu bunga di dalamnya.
Mau kah kau jalan-jalan denganku? Aku akan merasa seperti seorang putri jika kau tidak menolaknya.
Temui aku jika kau setuju.
Terima kasih."
Sebuah surat kecil yang tertempel di sana, surat itu ditulis untuk Rama dari Kira. Tapi sekarang surat itu tidak hanya untuk Rama tapi untuk satu sekolah.
Bagaimana perasaannya sekarang, dia sangat kesal. Siapapun yang melakukan ini dia sudah berjanji akan membuat hhidupnya tidak akan pernah nyaman.
"Apa mungkin Rama yang melakukan ini? Tidak mungkin Rama sejahat inikan Kira?" Tanya Disya dengan raut wajah yang sangat kesal melihat sahabatnya sudah dipermalukan di depan publik seperti ini.
"Tidak, aku yakin ini bukan perbuatan Rama. Kau ingat, saat kita keluar dari kelas setelah menaruh surat itu? Pasti dia yang sudah melakukannya. Tunggu saja aku akan membunuhnya!" Jawab Kira yang sangat yakin dengan siapa yang sudah melakukan semua itu.