Flasback...
1 Minggu sebelum kejadian.
"Aku sangat mencintaimu tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ibuku yang melakukannya dan aku harus ikut bersamanya diluar negeri, jika tidak aku tidak punya apa-apa lagi disini. Rumah yang aku tempati akan dijual dan bagaimana denganku jika rumah itu dijual. Maafkan aku, tapi aku sangat mencintaimu, lebih dari diriku sendiri. Fika, dia adalah anak dari pamanku aku sudah menganggapnya sebagai adik. Aku sengaja melakukan ini agar kau bisa melupakan aku." Ucap Rendy menjelaskan semuanya kepada Kira.
"Apa maksudmu, kau sengaja melakukan ini agar aku bisa melupakanmu? Kau memang benar-benar tidak waras, aku sangat bodoh karena sudah mencintaimu. Apa karena aku sangat dendam kepadamu, kau bisa melaku,,"
Rendy memotong ucapan Kira dengan memberikannya sebuah ciuman yang membuat Kira harus diam.
"Kenapa kau menciumku jika kau ingin pergi dariku?" Tanya Kira yang menolak ciuman dari Rendy.
"Karena aku sangat menyayangimu, aku tidak ingin kehilangan dirimu walau sebentar saja."
Kira terdiam sejenak, dan kembali Rendy menempelkan bibirnya dengan bibir Kira. Sedikit demi sedikit Rendy mulai melumatnya, Kira yang awalnya ingin menolak tapi dia sudah tidak berdaya diapun membalas ciuman itu dan mereka mulai merasakan satu sama lain.
Ciuman itu berjalan selama kurang lebih 45 detik, Kira sudah mati rasa dibuat Rendy. Dia benar-benar tidak berdaya, dan akhirnya Rendy pun melepaskan bibirnya dan memeluk Kira.
"Kenapa? Kenapa lagi-lagi kau membuatku tidak berdaya? Jika kau sangat menyayangiku mohon jangan katakan hal seperti itu lagi." Ucap Kira.
"Tidak, kau tidak tau apa yang sedang kualami sekarang."
"Maafkan aku Kira, hanya kau tujuan hidupku. Tidak ada lagi yang lain, jika kau bisa mengerti apa yang aku rasakan kau tidak akan seperti ini. Tapi kali ini aku benar-benar minta maaf."
"Dasar kau memang laki-laki yang tidak bertanggung jawab, aku benci kepadamu, dari awal aku sudah sangat membencimu, aku benci dirimu, aku benci kau Rendy." Ucap Kira untuk yang terakhir kalinya, dia berlari meninggalkan Rendy sambil Menanggis.
(KIRA POV)
"Aku benci kau,,"
Aku kira aku tidak akan merasakannya lagi, karena aku sudah sangat berhati-hati dengan apa yang kulakukan.
Hari ini, aku fikir dia akan meminta maaf untuk apa yang dia lakukan kepadaku. Tapi tidak, semuanya tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan.
Dia benar-benar tidak bisa dipercaya dan karena dia aku harus mengulangi kejadian beberapa tahun yang lalu. Aku benar-benar mengulanginya lagi.
Aku berlari dari halte menuju rumah, aku mengulanginya lagi dengan menangis aku berlari dengan laju meninggalkan Rendy yang masih berdiri di tempatnya.
Sesampainya di rumah.
"Ibu, Kira pulang!" Teriakku dengan nafas yang tidak beraturan.
"Ibu,,, dadaku sakit, ibu dimana kau?"
Saat itu aku benar-benar berfikir akan mati dalam sejenak. Dadaku sesak pernafasanku tidak teratur, dan ibu belum kunjung datang.
"Ibu, dimana kau?"
Sesaat setelah aku menarik nafas dengan panjang, serasa saat itu juga aku akan mati.
"Kira, ada apa nak? Ya Tuhan, kenapa kau, apa yang sedang terjadi? Kenapa seperti ini, Kira jangan bilang hal itu terjadi lagi?"
"Dada Kira sakit bu,,"
"Bertahanlah nak, ibu akan menelfon rumah sakit. Sabarlah nak, jangan tinggalkan ibu, bertahanlah."
"Tolong! Siapapun disini tolong putriku, Tuhan aku mohon. Tolong!"
Dan mulai banyak orang yang berdatangan kemari demi untuk membawaku ke rumah sakit, beberapa menit kemudian pun ambulan datang dan membawaku kerumah sakit.
Saat itu juga, mataku sedikit demi sedikit mulai tertutup dan tidak bisa merasakan apapun, kecuali genggaman tangan ibu.
(Rumah Sakit)
"Dokter, kumohon selamatkan putriku. Dokter,," Ucapan Ibu yang mengeluh kepada dokter.
"Tenanglah bu, kita akan berusaha dengan semaksimal mungkin. Doakan saja agar putri ibu bisa sadar kembali."
"Doa seorang ibu akan selalu bersama mu nak, Tuhan akan menghendaki jika ibu mengizinkannya."
Ruang operasi kembali ditutup rapat, lampu operasi sudah menyala. Aku merasa aku berada di tempat yang penuh dengan cahaya putih.
Tidak ada seorangpun bersamaku disini, hanya saja aku mendengar suara tangisan seorang ibu. Iya, ibuku berdoa kepada Tuhan.
"Ya Allah, selamatkan putriku. Aku akan selalu bersyukur kepadamu jika kau kembalikan putriku disisiku, aku belum bisa membuatnya seperti tuan putri selama hidupnya."
Sebuah doa yang membuat hatiku benar-benar damai, aku tau aku harus mencari tubuhku.
Karena hal ini terjadi lagi untuk kedua kalinya.
4 hari kemudian,,
"Sepertinya seseorang datang untuk menyelamatkan nyawamu. Seorang yang sangat tulus memberikan hidupnya untukmu. Kembalilah, dan cari tubuhmu sekarang." ucap sebuah cahaya putih.
Seseorang datang menghampiriku, setelah sebuah cahaya putih hilang. Orang itu tersenyum dengan manis kepadaku, tanpa ku ketahui siapa dia.