"Ayo lah Ra, pake malu-malu segala." tegas Fahmi.
"Aku nggak bisa nari Mi. Seriusan deh." balasku.
Entah bagaimana asal muasalnya, setelah kami berdua selesai mencicipi Chicken Soup, aku dan Fahmi sudah berada di depan panggung. Karena kali ini suasana lagu memanglah sempurna, bukan lagi orang-orang kantor yang menyumbangkan lagu dengan suaranya yang sumbang, kali ini justru sekelompok band jazz ternama tanah air yang tengah tampil. Aku tidak tahu bagaimana perusahaan bisa terpikiran untuk mendatangkan band satu ini. Secara band jazz ini adalah salah satu band hits anak muda dan tidak cocok dengan perusahaan Buana yang rata-rata dihuni para generasi X.
"Di coba makanya, sini." balas Fahmi sambil mengulurkan tangannya ke arahku.
Apa daya, hasutan Fahmi akhirnya aku terima. Karena jujur lagu yang sedang dibawakan ini membuatku ingin menari dan jelas, aku tau betul lagunya.
"Bohong kamu Ra, katanya nggak bisa nari."
"Kamu ngejek aku ya?" tanyaku kepadanya.
Fahmi hanya membalasnya dengan tawaan yang lepas dan terus mengenggam tanganku dengan erat. Tidak disadari aku ikut dengan beberapa teman-teman kantor lain yang juga asyik menari.
***
"Capek aku Mi."
"Sama aku juga. kita ambil minum dulu yuk."
"Yuk."
Kami bersepakat untuk mengakhiri dansa kami setelah beberapa lagu yang dimainkan dari band pengiring acara untuk menuju bar terdekat. Namun belum sempat kami berdua tiba di bar, tiba-tiba ayahku dan ayah, ibu Fahmi mendatangi kami.