You Are Not My Lover

Imajiner
Chapter #11

Vice Versa

Semoga lancar ya kerja hari pertamanya... Semangat..

Itulah pesan whatsapp yang kutujukan untuk Wendi pada Senin pagi ini. Kami sama-sama akan memulai pekerjaan, Wendi memulai pekerjaan pertamanya, sedangkan aku memulai pekerjaan setelah masa libur. Aku akan memulai hari baru ini dengan Clara yang baru, lebih baik dan lebih bijak ke semua orang. Bahkan aku sudah mempunyai rencana untuk menemui Lana dan Fahmi. Karena sebelum libur, aku sempat berbuat hal yang tidak menyenangkan kepada mereka berdua.

Sesampainya di kantor, terlihat sudah cukup ramai orang yang lalu lalang. Aku mencoba mengarahkan senyuman kepada mereka semua yang melihatku.

"Pagi mbak Clara." ujar security kantor.

"Pagi juga pak. Terima kasih."

Sesaat aku menyempatkan diri untuk mengecek handphoneku untuk melihat apakah ada balasan dari Wendi. Tapi masih nihil.

"Clara, Clara." ujar seseorang memanggilku dari belakang.

Ternyata itu Fahmi, kebetulan ia menampakkan diri. Biasanya aku sangat sulit menemui Fahmi, namun kali ini tumben kami bisa berpapasan.

"Hei Mi." ucapku yang mengantri didepan lift.

"Hei juga, gimana liburannya?"

"Asyik kok Mi, terima kasih sudah bertanya."

Pintu lift pun terbuka dan beberapa orang masuk ke dalam. Tidak lama, alarm lift berbunyi menandakan liftnya sudah penuh.

"Udah tunggu yang lain aja Mi." ujarku kepadanya

Fahmi pun kembali keluar lift dan kali ini aku berdiri berdua menunggu lift dengannya. Momen yang pas.

"Kamu kenapa Mi?" tanyaku yang melihatnya tergesa-gesa.

"Ng.. Nggak enak aku sama kamu. Nanti ayah kita lihat kita berdua gimana coba?"

Aku tertawa melihat tingkahnya seraya membalas,

"Santai aja kali Mi."

"Tumben banget Ra."

"Iya Mi santai aja. Oh iya, sebelumnya aku minta maaf ya?" ucapku pelan.

"Minta maaf? Untuk apa?"

"Karena sebelum aku libur, aku sempat marah-marah ke kamu nggak jelas. Bukan maksudku seperti itu Mi."

"Nggak apa-apa kok Ra, aku paham kok kalau misalnya aku ada di posisimu."

Pintu lift yang lain terbuka, kami berdua pun masuk dan ternyata tidak ada orang lain yang ikut dengan kami.

"Lantai duapuluh lima ya?" tanya Fahmi.

"Iya Mi."

Fahmi menekan lantai duapuluh lima dan juga tigapuluh satu di mana itu lokasi kantor kami berdua berada.

"Thank you banget Mi sebelumnya."

"Sama-sama Ra, mulai sekarang aku juga bakalan jaga jarak ke kamu."

"Lah kenapa?" tanyaku heran.

"Ya itu tadi, aku berpikir aku ada di posisimu dan berusaha bagaimana caranya agar selalu nyaman. Itu saja."

Aku mengeleng-gelengkan kepalaku sambil membalasnya,

"Nggak Mi, bukan begitu. Nggak usah lah kamu sampai jaga jarak, emangnya aku monster apa?"

Fahmi tersenyum, senyuman yang kembali kulihat lagi sejak cukup lama aku tak melihatnya.

"Malah bercanda kamu."

"Nggak Mi, serius deh. Anggap aja aku kayak cewek-cewek lain di sini. Nggak usah kamu beda-bedain."

"Kamu yakin?"

Pintu lift terbuka, menandakan lift telah sampai di lantai kantorku.

"Yakin Mi. Sebagai permulaan dan tanda permohonan maaf, kita makan siang bareng deh, tempatnya nanti gue kasih tahu. Terima Kasih sekali lagi. Bye!"

Aku melenggang keluar lift dan melambaikan tangan ke Fahmi. Ia tidak membalasnya, tapi dia hanya tersenyum, lebar sekali senyumannya. Entah apa maksudnya, yang jelas aku ingin dia menerima ajakkanku.

***

"Lanaaaaa." ucapku girang sambil memeluknya dari belakang.

"Clara? Udah balik elu?" Jawabnya singkat.

"Udah Na..... Na gue mau minta maaf ya soal perilaku gue yang enggak menyenangkan ke elu sebelum gue libur." balasku sambil duduk berlutut dihadapannya.

"Eh elu apaan sih, ini kursi. Ini." balas Lana yang menyeret kursi kosong punya temannya yang belum datang.

Lihat selengkapnya