Pukul 19.08
Mobil bertuliskan Pajero berhenti pada rumah bernuansa hijau itu. Aku tersenyum pada Antonius yang sedang membuka sabuk pengaman karna mobil yang kita kendarai sudah berhenti.
"Kamu tidak turun? Mau lanjut senyum terus sampai besok pagi?"Tangannya mengusap pucuk kepalaku.
Aku meraih tangannya. Tersenyum. "Beri aku waktu untuk membicarakan ini pada Ayah dan Bunda."
Antonius mengangguk. "ayo turun."
Rumah bernuansa hijau dengan berbagai macam bunga dan tumbuhan ini tampak asri. Menenangkan jiwa. Ini adalah tempat tinggalku, lebih tepatnya rumah keluarga Husein.
Antonius mengantakanku hingga ke depan pintu rumah. "kamu mau mampir dulu?" tanyaku setibanya didepan pintu yang terbuka.
"Eh, ada nak Anton!" Ayah berjalan menghampiriku dan Antonius yang masih berdiri di depan pintu.
Aku menyalami tangan Ayah yang di ikuti oleh Antonius.
"Mampir dulu lah nak."Tawar Ayah.
"Haduh, maaf om kayanya gak bisa." Ringisnya merasa bersalah. "Anton udah ditunggu Mama dirumah. Kasian Mama lagi dirumah sendiri soalnya Papa lagi ada tugas di Makassar."
Antonius adalah anak satu-satunya di keluarga Herman. Keluarga yang terbilang sangat berkecukupan membuat Antonius hidup tak kekurangan sejak kecil.
Papa Antonius yang bernama Ronald Suherman adalah pengusaha properti yang bisa di bilang kaya di Indonesia. Papanya pun memiliki Hotel di daerah Bandung kota.
Berbeda dengan Papa, Mama Antonius adalah seorang penulis bernama Amara Mona Suherman. Mama Anton sangat menyukai bidang seni dan sastra. Kecintaannya ini membuatnya membangun sebuah rumah seni yang bernama Amara Art.
Ayah mengangguk. "Oh, oh, baiklah nak."
"Kalau begitu saya langsung pamit saja ya om!" Ujarnya yang langsung menyalami kembali Ayahku.
"besok kamu tak usah jemput, mobilku sudah keluar dari bengkel." Ucapku padanya yang ingin melangkah pulang.