Aurel berjalan malas di koridor kelasnya. Sesekali dia menggerutu karena seseorang yang berjalan di sampingnya terus menanyakan hal yang sama, dari waktu tadi sehabis dia mengatakan keputusannya di kantin.
"Lo pikirin sekali lagi deh Rel, ya?!" ucap Liam entah sudah keberapa kalinya.
Aurel merasa aneh karena tingkah Liam ini. Setelah beberapa tahun mereka bersahabat, Aurel jadi paham jika Liam akan memanggil namanya yang benar hanya pada saat serius. Setelah kejadian memalukan dulu, saat mereka masih belum menjadi sahabat, Liam mulai memanggil Aurel dengan sebutan 'uyel'.
Tapi kenapa Liam menganggap ini hal yang serius? Please deh, ini kan cuma ekstrakurikuler. Aurel memutar bola matanya.
"Emang kenapa sih? Capek gue intilin mulu? Takut lo gak bakal dapet cewek karena selalu ada gue disamping lo? Remember Liam, gue gak pernah ngelarang lo buat deket sama cewek manapun!" ucap Aurel kesal pada akhirnya setelah daritadi hanya diam jengah mendengarkan celotehan Liam.
Liam tak berkutik ditempatnya saat mendengar frekuensi suara Aurel yang ergh..., tidak kecil dan terlihat marah dinadanya.
Walaupun Liam suka sekali melihat wajah unmood Aurel, tapi tetap saja dia takut jika Aurel merasa ucapannya benar. Oh tidak, itu jelas gak bener!
"Lo gak ngerti yel, bukan itu maksud gue. Gue sama sekali gak masalah lo ngikutin gue kemanapun, kapanpun. Bahkan lo tau kalo gue suka lo repotin. Kita sahabat, ingat?" jelas Liam sambil tersenyum sangat lebar.
Aurel ikut tersenyum lemah. Ya, dia harus ingat jika mereka hanya sahabat. Dengan cepat dia mengembalikan mimik wajahnya dan kembali ke mode ngambeknya.
"Gak ingat tuh!" jawabnya pongah sambil mengibaskan rambutnya tepat di wajah Liam kemudian dengan cepat masuk kedalam kelasnya.
Liam tertawa pelan melihat gaya Aurel yang semakin terlihat cantik saat mode seperti itu.
"Kak liam!" sorakan para cewek terdengar keras di koridor yang memang sedang ramai ini.
Liam melihat kearah suara yang memanggilnya. Dengan cepat di mengalihkan mimik wajah ramahnya menjadi sangat dingin.
Kan Liam memang seperti itu. Yeah so cool eh salah tapi 'sok cool'!
***
Aurel senang sekali karena bisa membaca novel kesayangannya dengan tenang. Biasanya 'setan' disampingnya selalu saja berceloteh tentang hal yang sama sekali gak penting menurut Aurel.
Walaupun itu tentang cowok paling ganteng di sekolah ini, ataupun artis muda tampan yang lagi terkena kasus narkotika yang membuat patah hati para fansnya, Aurel sama sekali tidak tertarik.
Oh ayolah, Aurel bukan tipe cewek pengidola seperti itu.
Tetapi Aurel mulai merasa risau juga ketika melihat Chika tidak kunjung mengangkat wajahnya dari dalam telengkupan tangannya di atas meja sejak ia masuk kelas tadi.
Apa Cika beneran tidur? pikirnya.
"Chika, lo kenapa? Sakit?"
Chika hanya merespon dengan gumaman kecil.
Oh berarti gak tidur.
"Ngantuk? sakit? Kalo sakit kita ke UKS aja yuk?" ajak Aurel yang terdengar sangat peduli.
Chika akhirnya mengangkat wajahnya yang penuh air mata, membuat Aurel sangat terkejut.
"Sab, gue ga tau kalo lo bakalan sepeduli ini sama gue," lirihnya sambil terisak. Membuat Aurel semakin bingung, ditambah dengan Chika yang merentangkan tangannya.
Apa maksudnya?
"Peluk gue Rel!" Aurel segera memeluk tubuh mungil Chika yang sedang terisak.
"Lo kenapa sih?" tanya Aurel sambil mengusap pelan punggung bergetar Cika.
Perlahan Chika melepas pelukannya.