Aku harap pria yang akan menjadi teman kencanku tidak datang. Aku menghargai ayahku yang berusaha membantuku dalam hubungan asmara. Namun, aku tidak menyukai berkencan dengan orang asing yang tidak aku kenal. Itu adalah salahku karena aku tidak memberitahu ayahku tentang hal itu. Aku berpikir ayahku tidak akan ikut campur dalam hubungan asmaraku. Ayahku bukanlah orang yang ikut campur dalam kehidupanku. Setidaknya aku menghargai usahanya dalam mengadakan kencan buta ini.
Dari kejauhan aku melihat Ryan yang mengunjungi restoran yang sama. Mengapa dia selalu ada di mana-mana. Aku berusaha menutupi wajahku dengan buku menu. Aku tidak ingin berbasa-basi dengan Ryan. Aku sedang berusaha menyukainya, tetapi aku tidak ingin menyapanya di tempat umum. Kami tidak sedekat itu hingga harus menyapa satu sama lain di tempat umum.
“Hai, Alexa. Aku mencari kamu dari tadi,” ucap Ryan yang duduk di hadapanku.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyaku dengan nada bingung.
“Apa ayahmu tidak memberitahu tentang kencan kita?” ucap Ryan.
Tentu saja, mengapa aku tidak mencurigakan hal itu. Ayahku perkenalkan aku dengan Ryan malam itu. Lalu, ayahku bertanya apakah aku benar-benar mengira Ryan adalah orang aneh. Ayahku sudah merencanakan hal ini sejak lama. Mengapa aku tidak menyadarinya? Apakah aku sebodoh itu? Tidak mungkin. Lagi pula, untuk apa ayahku merencanakan kencanku dengan Ryan. Ryan dari semua pria yang ada di dunia ini. Ayahnya adalah pria terburuk yang pernah aku temui. Ryan tidak berlaku seperti ayahnya. Namun, mungkin dia menyembunyikan sifat aslinya. Aku tidak percaya ayahku melakukan hal ini.
“Aku rasa ayahmu tidak bilang kalau aku adalah kencan kamu,” ucap Ryan sambil tersenyum.
“Kita sama-sama tahu, aku tidak menyukai kamu. Jadi, kita pergi saja dari sini,” balasku yang berusaha keluar dari situasi ini.
“Apa kamu tidak keberatan dengan hal itu?” tanya Ryan yang terdengar antusias. “Namun, aku tidak ingin mengecewakan ayahmu. Dia terlihat senang saat aku setuju untuk berkencan dengan kamu.” Dia tidak antusias lagi.
“Baiklah. Kita lakukan hal ini karena ayahku ...,” ucapku dengan pasrah.
Keadaan restoran cukup sepi karena kami datang cukup malam. Itu membuat suasana terasa canggung. Aku ataupun Ryan tidak berbicara apa pun. Kami hanya menyantap makanan kami. Ryan bahkan terlihat senang saat aku diam saja. Sejauh ini aku belum melihat tanda-tanda bahwa dia adalah orang aneh. Aku tidak memercayai gosip itu sepenuhnya. Namun, aku hanya merasa aneh. Biasanya pria menyukai saat seorang wanita jatuh ditubuhnya. Akan tetapi, Ryan malah mendorongku saat aku jatuh mengenai tubuhnya.
Aku terlalu memikirkan hal itu. Mungkin saja Ryan tidak ingin menyentuh wanita tanpa persetujuan mereka. Mungkin Ryan adalah pria yang menghargai wanita. Pria seperti itu memang jarang ditemukan. Ryan bisa menjadi salah satunya. Aku berusaha berpikir baik tentang Ryan. Namun, dari ayahnya hingga dia mendorongku jatuh. Aku tidak bisa berpikir satu hal baik tentang dia. Setidaknya dia ramah.
“Alexa, aku ingin bertanya. Bagaimana rasanya mengikuti perjalanan bisnis?” tanya Ryan yang memecah keheningan.
“Apa kamu belum pernah mengikuti perjalanan bisnis?” tanyaku dan Ryan menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak mengerti. Namun, ayahku selalu menakuti aku. Dia bilang aku bisa terkena penyakit yang aneh-aneh. Ayahku mengatakan, dia pernah melakukan perjalanan di daerah terpencil dan terkena penyakit jamur. Apa kamu mengalami hal seperti?” ucap Ryan yang membuatku tertawa.
“Ayahmu hanya melebih-lebihkan ceritanya. Lagi pula, ayahmu selalu menyuruh sekretarisnya melakukan hal itu. Dia sangat malas pergi dari rumahnya yang mewah itu. Satu hal yang perlu kamu tahu, saat perjalanan bisnis tidak ada pelayan yang melayaninya. Ayahmu adalah pria yang menyebalkan,” balasku yang terlalu jujur. Namun, Ryan malah tertawa kecil mendengar itu.
“Kamu benar. Ayahku memang menyebalkan,” ucap Ryan yang terdengar seperti bercanda.
“Apa ayahmu juga memaksamu untuk berkencan?”
“Iya. Sungguh menyebalkan. Dia bertanya kapan aku menikah dan punya anak. Aku bahkan tidak memiliki pacar. Bagaimana aku melakukan semua itu?! Aku tidak habis pikir.”