Keluargaku adalah keluarga yang sangat keras, lebih tepatnya ayahku. Tidak mempunyai belas kasih adalah panggilan yang tepat untuk ayahku. Seorang yang sangat bangga kepada dirinya sendiri. Seseorang yang tidak ingin kecacatan terlihat pada anak-anaknya. Ayahku memilih 4 orang anak dan hampir semuanya perempuan. Aku adalah anak lelaki satu-satunya di keluargaku. Aku juga anak bungsu. Aku tidak dekat dengan kakak-kakakku.
Mereka membenciku karena ayahku mewariskan segala hartanya untukku. Alasan ayahku sangat simpel, dia tidak ingin memiliki penerus seorang perempuan. Ayahku ingin penerusnya seorang lelaki. Ayahku memang sering meremehkan perempuan. Ayahku bahkan tidak senang saat memiliki anak perempuan. Hal terparah adalah, ayahku melarangku untuk memiliki anak perempuan. Ayahku adalah orang yang tidak memiliki perasaan.
“Berhentilah melihat sosial media wanita itu. Dia pasti menyukaimu,” ucap Andrew yang memergoki aku melihat sosial media Alexa.
“Namun, apakah permintaanku aneh? Aku memintanya untuk izin terlebih dulu sebelum menyentuhku,” tanyaku.
Andrew menatapku dengan tatapan kesal, seakan dia tidak percaya apa yang keluar dari mulutku. “Ya, itu adalah permintaan yang aneh. Setidaknya kamu sudah berusaha menyelamatkan kencan yang kamu hancurkan.”
Aku dan Andrew tinggal dalam satu apartemen yang sama. Andrew merupakan sahabatku satu- satunya. Kami berteman sejak TK. Orang tua Andrew merupakan pengacara keluargaku, itulah yang membuat kami berteman. Setalah lulus kuliah, aku memilih keluar dari rumah ayahku dan tinggal bersama Andrew. Aku tidak memiliki keberanian untuk tinggal sendiri. Andrew mengetahui hal itu dan membiarkan aku tinggal bersamanya. Andrew mengetahui aku luar dan dalam. Dia mengetahui segala rahasia yang aku miliki dan aku mengetahui semua rahasia yang dia miliki.
“Tentu saja, Alexa adalah wanita yang pintar. Dia pasti menginginkan pria yang pintar juga. Namun, aku terlalu kaku saat berada di dekatnya. Itu sedikit memalukan. Alexa terus menatapku dengan tatapan aneh. Dia menatapku seakan aku pria yang aneh,” ucapku dengan frustrasi.
“Siapa yang merasa tidak aneh saat bertemu dengan pria seperti kamu? Lagi pula, mengapa kamu tidak memberikan alasan yang lebih bagus? Seperti ‘aku tidak ingin bersentuhan dengan kamu karena aku tidak ingin orang salah mengira’ ,” balas Andrew yang sangat telat memberi ide.
“Apa aku batalkan saja kencannya?”
“Tidak. Tidak. Kamu sudah meminta ayah gadis itu untuk membujuk Alexa agar berkencan denganmu. Kamu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Kapan lagi kamu bisa berkencan dengan anak pemilik perusahaan? Jangan menyia-nyiakan hal bagus.”
Saat itu aku tidak sengaja melihat Alexa memarahi ayahku karena merendahkan seorang pegawai perempuan. Satu-satu orang yang berani memarahi ayahku adalah Alexa. Biasanya orang-orang takut kepada ayahku karena dia sangat berkuasa. Namun, Alexa tidak memikirkan hal itu. Alexa malah mengancam akan membongkar perilaku buruk ayahku kepada ayahnya. Ayahnya Alexa adalah partner bisnis terpenting untuk ayahku. Kerja sama antara ayahku dan ayahnya Alexa, adalah usaha terbesar milik ayahku.
“Apakah kamu tahu aku dan Alexa belajar di kampus yang sama? Dia mengetahui rumor tentang diriku menyukai laki-laki,” ucapku yang merasa sungguh malu.
“Kamu bilang saja hal itu tidak benar,” balas Andrew dengan nada kesal.
“Rasanya sulit. Ayahku saja terkadang masih mengira aku menyukai laki-laki, padahal aku tidak seperti itu. Ayahku terus memaksaku untuk menikah dan memiliki anak untuk membuktikan hal itu. Bagaimana aku ingin menikah, jika calonnya tidak ada?”
“Sabarlah, Bung. Aku hanya berdoa kepada Tuhan agar ayahmu cepat mati. Dia adalah pria paling menyebalkan dialam semesta ini.”
“Hei! Jangan berbicara seperti itu. Dia tetap ayahku. Namun, dia sudah mulai batuk-batuk. Mungkin dia akan benar-benar mati.” Aku tertawa mengucapkan hal itu.
Tiba-tiba ponselku berbunyi dan ada pesan dari sekretaris ayahku. Ayahku bahkan terlalu malas menggunakan nomor pribadinya untuk menghubungi anaknya. Sekretaris ayahku memintaku untuk datang ke rumah ayahku. Ayahku ingin berbicara denganku. Aku tidak ingin bertemu pria tua itu di hari liburku. Namun, aku tidak mempunyai pilihan. Bisa saja ayahku ingin membicarakan hal penting. Sungguh menyebalkan.
***
Sesampainya aku di rumah ayahku. Aku langsung mengunjungi ruang kerjanya. Sekretaris ayahku menyuruhku menunggu karena ayahku sedang menelepon orang penting. Kembali ke rumah ini seperti kembali ke dalam neraka. Aku bahkan tidak menyukai kamarku di rumah ini. Satu hal yang rumah ini berikan kepadaku adalah mimpi buruk. Tidak ada hal yang menyenangkan dari rumah ini. Aku bahkan sempat berpikir untuk membakar rumah ini. Rumah tua ini.