Saat itu aku berpikir, apakah ada seseorang yang ingin menerimaku. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kamu bisa melihat seseorang dan berasumsi mereka sempurna. Aku selalu menganggap diriku memiliki kekurangan. Aku selalu menganggap diriku lemah. Tidak semua orang bisa menerima kekuranganku. Mereka selalu menganggapku aneh. Mereka selalu berharap aku menjadi orang yang pemberani. Mereka bukanlah orang yang seperti itu. Aku terus menaruh harapan tinggi kepadaku. Itu melelahkan. Namun, hal itu yang membuatku tidak menceritakan kekuranganku. Aku tidak ingin seseorang pergi karena mengetahui kekuranganku.
Malam itu adalah mimpi terburuk untukku. Aku tidak pernah menduga hal itu akan terjadi kepadaku. Harga diriku seakan ternodai. Namun, hal itu sudah terjadi. Tidak ada yang bisa mencegah hal itu. Tidak ada satu pun orang yang mengerti aku, kecuali ibuku. Dia mempercayaiku dan selalu ada untukku. Satu-satunya orang yang mempercayai diriku. Mungkin selain ibuku, ada Andrew. Andrew adalah sahabat sejatiku. Aku berjanji kepada diriku sendiri tidak akan membahas hal terjadi malam itu.
“Mama ... aku sangat merindukan Mama,” ucapku yang langsung memeluk ibuku. Aku sangat senang ibuku mengunjungiku di kantor, dan membawakan aku masakannya. Aku merindukan masakannya lebih dari apa pun.
Ibuku langsung melepaskan pelukan. “Mama masak makanan kesukaan kamu. Ayo makan dulu,” balasku ibuku sambil menunjukkan kotak bekal.
Akhirnya aku dan ibuku duduk di sofa, dan memakan makanan yang dia bawakan. Sejak aku remaja, aku jarang bertemu dengan ibuku. Ibuku bercerai dengan ayahku saat aku masih remaja. Setelah bercerai ibuku kembali menjadi dokter. Namun, sekarang ibuku sudah pensiun dan memilih menanam bunga di belakang rumahnya. Hak asuhku jatuh ke tangan ayahku, jadi saat itu aku hanya bisa bertemu ibuku seminggu sekali. Terkadang aku dilarang bertemu dengan ibuku. Namun, aku selalu mengendap-endap untuk bertemu ibuku.
Saat orang tuaku diresmikan berpisah, ibuku terlihat sangat senang. Aku tidak pernah melihat ibuku berbahagia seperti itu. Mungkin aku sedih orang tuaku bercerai. Namun, aku mengetahui hal itu adalah hal terbaik untuk semua orang. Ibuku hanya bersedih saat tidak mendapatkan hak asuh anak-anaknya. Namun, ibuku berjanji akan selalu ada dalam hidupku.
“Apa kamu senang bisa mengambil alih posisi ayahmu?” tanya ibuku dan aku tersenyum mendengar itu.
“Tentu saja. Aku tidak perlu mengikuti segala perintah yang keluar dari mulutnya. Namun, aku harus meminta maaf kepada pegawai di sini karena papa adalah orang yang menyebalkan. Selain itu, semuanya terasa menyenangkan. Satu hal yang tidak menyenangkan, pekerjaannya sangat banyak. Namun, aku tidak kesusahan karena aku memiliki sekretaris yang baik. Lalu, semua orang menyukai aku karena aku tidak menyebalkan seperti papa,” jawabku dengan panjang lebar. Kapan lagi aku bisa bercerita kepada ibuku.
“Kamu terlihat sangat senang. Selain itu, Mama dengar dari Andrew, kamu sedang dekat dengan seseorang.” Andrew tidak pernah bisa menutup mulutnya, jika itu soal hubungan asmaraku.
“Dia baik dan pemberani. Namun, papa membencinya karena dia berani beradu mulut dengan papa. Dia juga pemarah, tetapi tidak setiap saat dia marah. Saat dia tenang, dia terlihat sangat berbeda. Aku menyukainya.”
“Anak Mama sedang jatuh cinta, nih.” Aku langsung malu mendengar itu. “Apa kamu menceritakan hal itu kepada dia?”
“Tidak. Kami baru saja dekat dan aku belum terlalu mengenalnya. Mungkin belum saatnya aku menceritakan hal itu atau aku tidak akan pernah menceritakannya. Aku belum mengenal sifat aslinya. Jadi, aku masih mempertimbangkan hal itu.”
“Baiklah, semua terserah kamu. Terpenting kamu bahagia.”
Aku senang mendengar itu. Rasanya begitu nyaman menceritakan semua hal kepada ibuku. Dia tidak pernah menghakimiku dan menghargai keputusanku. Aku mengetahui tidak semua orang bisa memahami anaknya. Namun, aku bersyukur ibuku bisa memahamiku. Ibuku akan selalu mendukungku, selama hal itu tentang kebaikan. Ibuku tidak akan mentoleransi anak-anaknya yang melakukan kejahatan. Kebaikan adalah satu hal yang selalu ibuku ajarkan. Ibuku melarang keras anaknya melakukan kejahatan.
“Namun, dia sedikit curiga saat aku bilang aku tidak suka disentuh. Awalnya dia tidak percaya kepadaku, tetapi dia mencari di internet dan menemukan aku fobia disentuh. Aku bahkan tidak mengetahui fobia itu ada. Aku merasa tidak enak berbohong kepadanya,” ucapku yang merasa bingung.
“Mungkin itu adalah hal terbaik untuk sekarang. Kamu selalu cerita kalau jarang ada wanita yang mengerti situasi kamu. Hal itu adalah masa lalu. Terserah kamu ingin menceritakan hal itu atau tidak. Namun, setidaknya cobalah berikan wanita itu kesempatan. Sekedar berpegangan tangan, kamu bisa mencoba hal itu. Jangan berlaku seakan kamu takut dengan dia. Itu tidak bagus,” balas ibuku yang membuatku sedikit tenang.
“Ya. Aku akan coba melakukan hal itu. Semoga aku tidak membuatnya tidak nyaman,” ucapku sambil tersenyum.
***
3 minggu berlalu. Akhirnya aku melakukan perjalanan bisnis untuk pertama kalinya. Alexa memberitahu aku apa saja yang akan kami lakukan di sana. Alexa juga akan membantuku karena ini kali pertamaku. Tempat yang kami tuju merupakan sebuah kota kecil di dekat gunung. Tempat itu pasti akan menyenangkan. Aku tidak sabar melihat kota indah itu. Apalagi aku belum pernah pergi ke gunung.
Aku, Alexa dan lainnya bertemu di bandara. Aku menunggu panggilan untuk masuk ke dalam pesawat. Saat menunggu, aku duduk di sebelah Alexa dengan jeda satu kursi. Aku ingin berbicara dengannya. Namun, dia terlihat tidak senang. Wajahnya seakan menunjukkan dia tidak ingin berada di sini. Seingatku, Alexa mengatakan dia menyukai perjalanan bisnis. Namun, mengapa dia terlihat tidak senang.
“Apa kamu tahu? Yang lain pada merencanakan untuk naik gunung setelah pekerjaan kita selesai. Apa kamu tidak ikut?” tanya Alexa secara tiba-tiba.
“Apa kamu akan ikut?” tanyaku untuk memastikan aku tidak sendirian. Aku sangat canggung, jika aku pergi seorang diri tanpa Alexa. Aku bahkan belum mengenal sebagian orang di sini.