You Can Tell Me

Lilian
Chapter #11

Being A Child

PERINGATAN: TULISAN INI MENGANDUNG ADEGAN YANG KURANG NYAMAN!

Mungkin aku harus menjelaskan semua ini, agar tidak terjadi kesalahpahaman. Saat aku berusia 16 tahun, aku berpacaran dengan Fiona. Aku mengatakan kepada semua orang, kalau itu adalah cinta monyet. Namun, aku sangat mencintainya hingga malam itu terjadi. Sejak saat itu aku benar-benar membencinya. Bukan hanya itu, aku juga membenci diriku sendiri. Sejak saat itu, aku tidak pernah membiarkan seorang wanita menyentuhku. Sentuhan wanita membuatku mengingat Fiona.

Semua itu dimulai saat pesta ulang tahun Andrew. Andrew mengadakan pesta besar-besaran, dan mengundang semua orang. Aku datang bersama Fiona sebagai teman kencan. Fiona sangat suka berpesta. Aku tidak peduli dengan pestanya karena Andrew berjanji akan menyediakan alkohol. Untuk anak di bawah umur seperti diriku saat itu. Alkohol adalah hal paling keren. Aku ingin membuat Fiona takjub kepadaku.

Malam itu, aku datang ke pesta ulang tahun Andrew bersama Fiona. Pesta itu terlihat sangat liar. Alkohol berada di mana-mana, dan orang-orang berciuman di setiap sudut ruangan. Andrew bisa mengelar pesta seperti ini karena orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis. Jadi, pesta ini dilakukan tanpa pengawasan orang dewasa sama sekali. Semua remaja menyukai hal itu, termasuk diriku. Aku hanya ingin bersenang-senang, dan berhenti memikirkan sekolah.

Tanpa aku sadari, malam ini mengubah hidupku. Aku tidak pernah menyalahkan Andrew karena hal ini. Saat itu kami sama-sama bodoh, dan hanya ingin bersenang-senang. Andrew sudah berkali-kali meminta maaf kepadaku. Sampai sekarang dia masih merasa bersalah karena hal itu. Secara itu adalah pestanya Andrew, dan dia harus bertanggungjawab. Namun, hal itu sudah terjadi. Tidak ada yang bisa menghentikannya atau mengubahnya.

“Pesta ini sungguh menakjubkan!” ucapku kepada Andrew.

“Kamu tahu, pemilik toko percaya dengan pengenal palsu itu. Aku tidak menduga aku berhasil membeli bir sebanyak ini,” balas Andrew dengan begitu antusias.

“Aku juga berhasil mencuri salah satu anggur merah dari gudang ayahku! Pesta malam ini akan sangat heboh!”

“Hei! Lihatlah pacarmu terus melihat ke arahmu,” ucap Andrew sambil melirik Fiona.

Fiona menghampiriku. “Ryan, apa kamu ingin keluar?” tanya Fiona kepadaku.

Aku hanya menuruti Fiona, dan pergi keluar bersamanya. Aku dan Fiona duduk di halaman depan rumah Andrew. Saat itu, aku mengira Fiona ingin menghabiskan waktu berdua dengan diriku. Aku tidak curiga sama sekali. Saat itu aku mengira Fiona adalah gadis yang polos. Tentu saja, aku salah mengira. Fiona tidak seperti yang aku pikirkan saat itu. Dia sudah merencanakan malam ini sejak lama. Aku bahkan tidak mengetahui dia merencanakan hal seperti itu. Hal itu tidak pernah terlintas di pikiranku. Dikarenakan saat itu aku mengira Fiona adalah gadis yang baik.

“Apa kamu tidak suka pestanya?” tanyaku.

“Tidak. Aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan kamu.” Tiba-tiba Fiona menciumku. Saat itu aku menikmati ciuman yang Fiona berikan. Namun, yang kami lakukan tidak lebih dari ciuman. Aku tidak ingin menyentuh Fiona karena kami masih di bawah umur. Aku mengetahui hampir semua teman sekolahku sudah melakukannya. Namun, aku belum siap melakukannya.

“Apa kamu menyukainya?” tanya Fiona dengan nada malu-malu.

“Ya. Apa kamu mengajak aku keluar untuk menciumku?”

“Apa itu tidak jelas?! Aku ingin sekali mencium kamu. Kamu selalu menghargai aku, dan tidak menyentuhku sembarangan. Jadi, itu hadiah untuk kamu.”

“Aku menghargai hadiah itu. Namun, yang ulang tahun Andrew, bukan aku.”

“Masa aku harus mencium Andrew! Aku inginnya mencium kamu.”

Fiona tiba-tiba memberikan bir miliknya. Sekali lagi, aku tidak mencurigai apa-apa. Jadi, aku mengambil bir itu dan meminumnya. Saat itu aku berpikir, itu hanya bir. Tidak akan terjadi hal buruk dengan meminum seteguk bir. Namun, aku salah. Setelah meminum bir itu aku merasa sangat pusing. Semua yang aku lihat menjadi berbayang. Saat itu aku tidak mengerti apa yang terjadi kepada diriku.

“Fiona ... aku merasa pusing. Apa ada sesuatu di bir itu?” tanyaku yang merasa semakin pusing.

Fiona menarikku ke dalam pelukannya. “Tenang saja ... kamu akan baik-baik saja.”

Setelah itu aku tidak sadarkan diri. Semuanya menjadi gelap, tetapi samar-samar aku masih bisa mendengar suara Fiona. Aku tidak mengetahui apa yang terjadi kepadaku setelah itu. Aku tidak mengetahui apa yang membuatku pingsan saat itu. Saat itu aku tidak menduga Fiona membuatku tertidur dengan memberikan aku bir yang sudah dicampur sesuatu. Hanya dengan seteguk bir, mimpi burukku terjadi. Sampai sekarang aku masih mengutuk diriku karena meminum bir itu. Aku juga mengutuk diriku karena terlalu percaya kepada Fiona.

***

Aku terbangun dengan kepalaku yang begitu sakit. Aku tidak mengetahui di mana ini. Aku terbaring di ranjang yang tidak aku tahu. Satu hal yang aku sadari, bajuku sudah tidak ada. Aku berusaha mengumpulkan kesadaran, dan mencari tahu apa yang terjadi. Namun, aku merasa ada yang menindih tubuhku. Saat itu aku mengira, aku sedang berhalusinasi. Namun, tidak. Fiona berada di atas tubuhku dengan kondisi setengah telanjang. Aku terkejut saat mengetahui hal itu.

Lihat selengkapnya