Aku terlalu kalut di dalam ketakutan hingga lupa untuk berusaha. Namun, pada akhirnya aku bisa mengungkapkan isi hatiku kepada Alexa. Aku selalu berpikir Alexa akan menolakku atau bahkan menghinaku. Namun, hal itu tidak terjadi. Mungkin aku hanya takut orang yang aku cintai tidak memercayaiku. Namun, Alexa menanggapi hal itu di luar dari dugaanku. Aku bahkan terkejut saat mendengar dia meminta maaf atas apa yang terjadi kepadaku. Itu membuatku terharu. Setiap kali aku mengingat hal itu, itu membuatku semakin mencintainya. Alexa membuat ketakutanku memudar.
Hari demi hari berlalu, sejak aku dan Alexa kembali bersama. Alexa sering sekali mengajakku berkencan saat hari libur. Selain itu, aku sering mengajak Alexa mengunjungi ibuku. Entah mengapa, Alexa begitu bahagia saat menghabiskan waktu bersama ibuku. Ibuku bahkan mengatakan Alexa adalah wanita yang sempurna untukku. Aku hanya bahagia orang yang aku sayangi bisa akur. Berbicara soal orang yang aku sayangi, aku mulai mengabaikan ayahku. Aku mengetahui hal itu terdengar kejam karena aku ingin memutus hubungan setelah mendapat warisan. Namun, itu adalah hal terbaik untukku.
“Aku benar-benar tidak ingin datang ke acara! Apa bisa kita diam di rumah saja?!” ucap Alexa yang mengeluh saat masuk ke dalam mobilku.
“Alexa. Ini adalah acara amal yang diadakan ayahmu. Akan terdengar kasar, jika kamu tidak datang,” balasku.
“Aku sudah menyumbang, itu hal yang paling penting. Aku tidak suka basa-basi dengan orang lain,” ucap Alexa sambil memutarkan matanya.
“Sudahlah. Ada aku, kita bisa berbicara sepanjang acara.” Alexa langsung menatapku dengan sinis. “Satu lagi, aku tidak mau kamu menghabiskan waktu di bar.” Alexa terlihat kesal saat aku mengucapkan hal itu.
Aku jarang mendatangi acara perusahaan sebelum menggantikan posisi ayahku. Namun, sekarang acara perusahaan sangat penting untukku sebagai pencitraan di depan semua orang. Hal itu tidak berlaku untuk Alexa, dia selalu membenci acara perusahaan. Alexa selalu datang dan menghabiskan waktu di bar seorang diri. Dia datang karena ayahnya meminta dia datang. Aku tidak menyukai sikapnya yang satu ini. Namun, aku tidak bisa melakukan apa-apa karena Alexa sangat keras kepala.
“Mengapa kamu tidak meminta adikmu menggantikan kamu?” tanyaku yang penasaran. Aku baru menyadari, aku tidak pernah melihat adiknya Alexa.
Alexa terlihat terkejut, dan tertawa. “Anak itu mana mau datang ke acara seperti ini. Lagi pula, dia sedang kuliah di luar kota.” Aku bahkan tidak mengetahui soal itu. “Pokoknya kamu janji harus terus bersamaku. Aku tidak ingin sendiri.”
Aku menganggukkan kepalaku. “Iya.” Aku segera menyalakan mobil dan menancap gas. Sepanjang perjalanan Alexa sibuk memberikan alasan mengapa dia tidak suka acara perusahaan. Dia bahkan bertanya banyak hal tentang diriku yang ingin datang. Aku jujur dan menjawab itu hanya untuk pencitraan. Namun, mendengar alasan Alexa membuatku ikut membenci acara perusahaan. Ucapan yang keluar dari mulut Alexa begitu meyakinkan. Semoga acara berjalan dengan lancar, dan Alexa tidak mabuk.
***
Sepanjang acara aku sibuk basa-basi dengan banyak orang. Alexa sendiri sibuk bertukar pesan dengan teman-temannya. Intinya Alexa disibukkan oleh ponselnya. Ketika ada orang yang mengajakku berbicara Alexa langsung menjauh dariku, seakan dia tidak ingin ikut berbicara. Mungkin sikap Alexa terkesan kasar, tetapi aku sedikit menyukainya. Aku tidak pernah menyadari, bahwa banyak orang yang berusaha mendekati Alexa dan menggodanya. Namun, Alexa langsung menjauh dan membuat orang itu jengkel dengan kata-katanya. Sekarang aku mengetahui alasan mengapa Alexa sulit mendapatkan kekasih.
Setelah banyak berbasa-basi, aku beristirahat di bar yang berada di acara tersebut. Aku memesan segelas air, sedangkan Alexa sibuk berbicara dengan ayahnya. Alexa benar, berbasa-basi dengan orang sungguh melelahkan. Sekarang aku mengerti mengapa Alexa tidak menyukai acara perusahaan. Alexa hanya menyukai minuman yang berada di acara tersebut. Setelah selesai berbicara dengan ayahnya, Alexa langsung menghampiriku.
“Bagaimana? Kamu masih menyukai acara ini,” tanya Alexa dengan nada menggoda.
“Tidak. Aku sangat menyukai acara ini. Kamu saja yang anti sosial,” jawabku dengan penuh kebohongan.
Alexa terlihat tidak percaya denganku. “Terserah kamu. Namun, setelah aku minum segelas koktail kita harus pulang.” Alexa langsung memesan segelas koktail setelah mengucapkan hal itu.
Aku hanya bisa pasrah mendengar itu. Akhirnya kami berdua menghabiskan waktu di bar, sambil meminum alkohol. Aku hanya meminum sedikit alkohol karena aku harus mengemudi. Namun, Alexa meminum lebih dari 2 gelas. Aku tidak mengetahui mengapa Alexa begitu kuat meminum hal seperti itu. Setidaknya dia bisa bersenang-senang, dan tidak terus-menerus memasang wajah masam. Ketika berada di bar jarang ada orang yang menghampiri kami. Berada di bar seakan pesan agar orang-orang menjauh dari kami.
Setelah selesai minum, dan Alexa terlihat sedikit mabuk. Alexa pergi ke toilet, meninggalkan aku sendirian di bar. Alexa bahkan jalan dengan begitu tegak, dan tidak terlihat seperti orang mabuk. Itu membuatku kagum. Namun, pasti dia akan memuntahkan segala hal yang ada di dalam perutnya setelah ini. Ayahnya Alexa selalu mengingat aku bahwa Alexa akan muntah, jika minum terlalu banyak. Aku harap dia pergi ke toilet bukan karena ingin muntah.
“Kamu terlihat bersenang-senang dengan Alexa.” Suara wanita itu terasa tidak asing. Aku menoleh ke sampingku, dan melihat Fiona yang muncul entah dari mana. Dia berdiri tidak jauh dariku. Aku tidak menduga dia masih berani menemuiku, setelah aku melaporkannya sebagai penguntit.
“Kamu bisa pergi sekarang atau aku akan panggil polisi. Kamu tidak ingat, pengadilan memutuskan agar kamu menjauh dariku atau kamu bisa dipenjara,” ucapku dengan tegas.
Fiona malah tersenyum. “Aku kira kalian tidak akan berbaik. Apa Alexa percaya dengan hal bodoh itu? Aku terkejut,” balas Fiona yang terdengar menyepelekan apa yang dia lakukan.
“Itu bukanlah hal bodoh. Kamu melecehkan aku. Apa kamu tidak ingat? Aku tidak peduli kamu dan teman-temanmu hanya iseng atau apa pun itu. Kamu tetap melecehkan aku,” ucapku sambil berbisik. Aku tidak ingin orang lain mendengar hal ini.
Sebelum ayahku mencabut laporan itu. Fiona dan teman-temannya sempat memberikan pernyataan kepada polisi. Saat itu Fiona mengatakan dia kalah bermain dalam suatu permainan, dan sebagai hukuman dia harus mengusili aku. Fiona adalah orang yang memiliki ide untuk membuatku pingsan, dan meminta teman-temannya untuk menggotongku, lalu menaruhku dikamar Fiona. Teman-temannya mengatakan mereka tidak mengetahui Fiona akan melakukan hal seperti itu. Mereka pergi setelah memindahkan diriku ke kamar Fiona. Aku bahkan tidak mengetahui apa yang Fiona gunakan untuk membuat pingsan.