You Just My Best Friend

Rushi Mu'min Aziz
Chapter #6

06

#06

Hening malam yang selalu ku lewatkan dengan baik, mereka begitu cepat berlalu. Ponsel yang sengaja ku simpan di meja, berharap Soobin menelponku, dan memberiku kabar baik mengenai Yeonjun. Berkali-kali aku meliriknya, tak ada apapun.

        “So-Hyun-aa” senyuman itu menghiasi wajahnya yang sudah berapa lama tak ku pandang.

Lelaki itu berdiri di hadapanku dengan sosoknya yang ku kenal dekat. Suara yang ku rindukan kini terdengar kembali.

        “Kau tak perlu mengkhawatirkanku, itu akan membuatku semakin sakit”

Aku melongo, dan tersenyum. Senyuman antara bahagia, dan sedih karena melihatnya lagi.

        “Kau juga jangan terlalu banyak memikirkan ku, fokuslah pada pelajaranmu saja, kau sudah banyak tertinggal bukan?”

        “…”

        “Aku tak akan membiarkanmu seperti ini lagi, jadi aku berharap aku bisa kembali lebih cepat”

Sosok itu tiba-tiba menghilang begitu saja dari hadapanku.

        “Yeonjun! Yeonjun!” aku berteriak sebisa mungkin.

        “So-Hyun!” panggilan dan sentuhan tangan itu membuatku tersadar.

Itu hanya mimpi, aku tertidur di depan rumah, dan berteriak memanggil namanya.

 

 

Tak seperti biasanya, hari ini sekolah sangat ramai, apalagi kelas 2. Mereka berhamburan keluar kelas, berdesak-desakkan.

        “Ada apa ini?” tanyaku pada Adora dan Jisoo yang baru saja sampai ke sekolah.

        “Aku tidak tahu, yang paling penting ini sangat ramai” kata Adora yang langsung melihat apa yang sedang terjadi.

Pandangan Jisoo yang tajam akhirnya mendapat jawaban.

        “Ada seorang lelaki asing di depan kelas kita” infonya.

Aku dan Adora saling berpandangan satu sama lain, seakan bermain telepati.

        “Apa dia seorang lelaki yang tampan?”

        “Apa dia seorang aktor drama-drama korea?”

        “Atau seorang idol?” ucapku dan Adora bersamaan.

Jisoo menggeleng pelan, gadis itu tidak yakin dengan tebakan ku, dan Adora.

        “Ayo kita lihat, dan cari tahu nanti” ajak Adora yang langsung menarik lenganku dan Jisoo.

Kami menyelinap diantara mereka yang sepertinya baru kali ini melilhat lelaki tampan.

Setelah itu mataku beradu pandang dengannya. Aku pernah melihatnya. Ya! aku tidak salah lagi, aku mencoba mengingat, dimana aku pernah melihatnya.           

        “So-Hyun!” suara dari lelaki itu membuatku tersadar dan mengingatnya.

Soobin.

Lelaki itu mendekatiku, senyumnya mengembang. Adora dan Jisoo merasa kebingungan, ya tentu saja, karena aku bisa membaca ekspresi wajah mereka.

        “Bagaimana kabarmu?” tanyanya.

Suara keramaian mulai mengecil dan menghilang. Semua mata mengarah padaku.

        “Ya, aku baik-baik saja”

        “Syukurlah kalau begitu”

        “Apa kau pindah ke sekolah ini?” keingintahuanku akhirnya tersampaikan juga.

Lelaki itu tersenyum, dan tanpa harus bertanya lagi aku mengerti apa jawabannya.

1 menit kemudian bel sekolah berbunyi, murid-murid yang tadi berkerumun segera masuk ke kelas masing-masing.

        “Kau kan murid baru, kenapa tidak datang dengan wali kelas saja nanti?” tanya ku.

        “Haha…memangnya kenapa kalau aku datang lebih awal?” Soobin balik bertanya.

        “Memangnya kau tak melihatnya tadi?”

        “Apa kau merasa cemburu?” katanya

Aku dan Soobin saling melempar pertanyaan, dan sampai akhirnya kalimat itu muncul, dan membuatku harus menjawabnya dengan cepat.

        “Tentu saja tidak” kataku yang kemudian pergi dari hadapannya.

Di dalam kelas.

        “Apa kau mengenalnya?” tanya Adora sedikit berbisik pada ku.

        “Ya, dia sahabat kakakmu” jawabku.

Wali kelas datang bersama lelaki tadi, dan yang pertama kali ia lihat adalah aku. Dia mengenalkan dirinya, lalu setelahnya duduk disebelahku, karena tempat itu memang kosong.

        “Annyeong” kata nya tanpa suara.

Aku hanya meliriknya saja. Adora juga diam-diam memperhatikan lelaki itu.

Pelajaran berlangsung, aku merasa risih dan tak nyaman, Soobin tak bisa berhenti menatapku sejak tadi.

 

 

        “Kau tidak akan makan?” pertanyaan itu sama persis dengan pertanyaan yang selalu terlontar dari mulut Yeonjun.

Aku menengadahkan kepalaku pada lelaki itu.

        “Aku tidak lapar” kataku yang sama sekali tidak mau menutup buku yang sedang ku baca.

        “Baiklah” katanya kemudian pergi dari hadapanku

Aku pun melanjutkan bacaanku, tapi tidak lama kemudian aku menutupnya. Ku ambil posisi tidur yang nyaman. Aku mengingat mimpiku yang kemarin malam, mimpi itu seperti nyata, dan dia benar-benar berdiri dihadapanku dengan senyumnya yang begitu ku rindukan.

        “Kapan dia akan kembali?” tanya ku.

 

 

Dia telah mengungkapkan perasaannya, tapi tidak dengan ku, ntah karena apa aku tidak mau mengungkapkannya juga, padahal jika dipikirkan, aku seperti orang yang penuh cinta pada Yeonjun, dari bagaimana caraku memperhatikannya, memikirkan atau apapun hal lainnya yang menunjukkan kearah cinta.

Kenapa orang sebaik dia harus terbaring lemah, dengan mata yang terpejam lama, bahkan belum sadar sampai sat ini. Dia benar-benar seperti hilang dari dunia ini. Hilang dari hidupku dengan kalimat terakhirnya, meminta maaf dan memanggil namaku.

Seketika aku tersadar, jika Soobin datang kemari dan pindah sekolah. Lalu dengan siapa Yeonjun disana?

Tak butuh waktu lama untuk berfikir, aku segera menelponnya.

        “Ya! Soobin!”

        “Ne?”

        “Yeonjun, ah…maksudku, dia disana dengan siapa? Kenapa kau meninggalkannya sendiri?”

        “…”

Lihat selengkapnya