You, K

Racelis Iskandar
Chapter #7

NOVA'S WEDDING

Abian menjemputku jam setengah tujuh malam. Gedung tempat Nova menikah tidak terlalu jauh dari rumahku. Paling hanya memakan waktu setengah jam untuk ke sana. Sesampainya di parkiran gedung, Bian membukakan pintu mobil untukku, dan mengulurkan tangannya untuk menggandengku.

“Tumben sopan lo,” aku menggoda Bian.

Rama, look at your shoes,” Bian melirik ke arah sepatu high heels tujuh senti yang kupakai malam ini. Sepatu yang hanya akan kupakai jika memang terpaksa, seperti malam ini. “Kenal lo belasan tahun, mau pakai sepatu model beginian sih sejarah banget buat lo. Dari pada nanti lo jatuh nyungsep dan malu-maluin gue, jadi mendingan elo, gue gandeng aja,” ia kini meledek.

Aku hanya menurut saja saat ia menggenggam erat tangan kananku. He’s right, stiletto ini mungkin saja bisa membuatku jatuh tersungkur. Dari parkiran menuju gedung, aku bisa merasakan hal lain pada genggaman tangan Bian. Aku tahu arti genggamannya. Ini bukan gandengan persahabatan. Rasanya sama seperti dulu Januar menggandengku.

Saat akan masuk ke gedung, tiba-tiba Ray berjalan di sisi kiri dan merangkul bahuku. Aku melihatnya, dan dia nyengir padaku.

“Gue macam Cassanova versi cewek, nih,” ucapku spontan.

“Cassanova apaan?” Bian terdengar bingung. 

“Sebelah kanan, ada lo yang ngegandeng tangan gue. Sebelah kiri, ada Ray yang ngerangkul. Coba, apa nggak kayak Cassanova gue?”

Hush, hush, sana pergi cari makan,” Bian mengusap-usap bahuku, bermaksud menyingkirkan tangan Ray.

“Bener juga dia. Oke deh, gue masuk duluan ya, Ram. Gue mau makan yang banyak malam ini,” Ray lalu berlari kecil, masuk duluan ke dalam gedung.

Don’t be a stranger,” ujarku ke arah Ray yang sudah masuk duluan.

“Mau ke mana dia?” tanya Bian.

Like you said, dia mau cari makan sebanyak-banyaknya.”

“Anjiiir, malu-maluin,” ucap Bian menahan tawa.

Aku dan Bian mengisi buku tamu. Kami lalu mendapat kupon untuk berfoto di photo booth. Bian langsung bersemangat menggandengku ke sana.

“Bi, nggak mau ah. Nggak usah pake foto-fotoan segala,” aku mencoba menolak, merasa risih.

“Sekali doang, abis itu terserah deh kalau dari sini lo mau main, gue temenin,” Bian mencoba merayu.

“Bener lo ya. Jangan bawel kalau gue ngajak ke SKYE sampe lewat tengah malem.”

“Iya, tenang aja. Nanti gue yang izin ke ibu.”

“Lo tapi nggak boleh minum sama sekali. Gue nggak mau disetirin orang mabok,” kali ini aku mengancam.

“Nah kan, gini nih. Belom minum aja lo udah resek. Udah tenang aja, abis dari sini, kita ke SKYE. Tapi foto dulu bareng gue. Sekali aja,” pintanya lagi.

Aku mengangkat kedua alisku setuju. Sudah lama juga aku tidak nongkrong sambil minum. Bukannya tidak mau, tapi aku termasuk orang yang lumayan resek dan bawel kalau sudah hangover. Jadi butuh sidekick super sabar untuk diajak nongkrong. Selama ini, ya cuma Bian dan Arki yang bisa tahan denganku. Berhubung Arki sudah menikah, dan Bian super sibuk, jadi sekarang aku jarang bisa nongkrong sambil minum.

Lihat selengkapnya