You, K

Racelis Iskandar
Chapter #16

MAYBE IT'S TIME TO START OVER MAYBE IT'S TIME TO SAY GOODBYE (Rama's Part)

Aku terbangun dengan kepala luar biasa sakit. Tidak ada yang aku ingat satu pun. Terakhir kali yang bisa kuingat hanya Arki protes pada orderan gelas vodkaku yang kedua. Setelah itu, semuanya hilang. Andai saja menghilangkan kenangan buruk bisa semudah ini, pasti aku akan hangover tiap malam.

Kulihat sekeliling. Boleh juga kamar pilihan Arki kali ini. Aku lalu turun pelan-pelan menuju kamar mandi. Kutatap wajahku di depan wastafel. Kuyu, lusuh, dan kelaparan. Aku lalu mencari semacam sabun, face wash, atau lotion, compliment dari hotel ini. Tidak ada. Kubuka laci di bawah wastafel, yang ada hanya tumpukan handuk saja.

Akhirnya aku membuka kabinet kecil di atas samping wastafel. Baru aku menemukan berbagai macam sabun muka di sana. Saat aku mengambil sembarang, aku lalu membaca labelnya. For Men.

For Men??? Kenapa hotel ini hanya menyediakan produk untuk laki-laki? Aku bahkan menemukan krim aftreshave. Naluriku mulai menguasai. Jangan-jangan aku bukan berada di hotel.

Cepat-cepat aku mencuci mukaku, dan keluar dari kamar mandi. Kuperhatikan lebih detail suasana di dalam kamar. Aku melihat sebuah baju Aspac dan Satria Muda dalam bingkai kaca tertempel di salah satu sisi tembok. Di meja panjang dekat jendela, ada sebuah maket bangunan yang entah apa. Aku melihat pensil mekanik putih di sebelah maket tersebut. Rasanya aku mengenali pensil itu.

Tiba-tiba sekujur tubuhku terasa panas, panik. Aku sepertinya tahu sedang berada di mana, tapi menolak mati-matian untuk percaya. Segera kulepas sweater yang saat ini kupakai, I hope this is Arki’s sweater, dan memakai bajuku, yang sudah terlipat di meja samping tempat tidur. Kusambar tasku yang tergeletak di meja, dan segera berlari keluar kamar. Baru saja kubuka pintu kamar, Yandhi sudah berdiri dengan pose akan membuka pintu.

FUCK!!” makiku.

Kami sempat lihat-lihatan tanpa bicara. Perlahan, Yandhi mengambil tas dari tanganku dan mengisyaratkan agar aku masuk kembali ke kamar. Aku tahu, setelah tertangkap basah, tidak mungkin aku bisa kabur begitu saja. Dengan berat hati, mengikutinya masuk kembali ke kamar.

Yandhi sudah duduk di sofa di kaki tempat tidurnya. Aku berjalan mendekat, menahan malu dan emosi, dan duduk di sebelahnya sambil membuat jarak.

“Mandi dulu biar segar, abis itu makan, baru aku antar pulang.”

“Aku mau langsung pulang aja, nggak usah diantar,” tolakku.

Yandhi lalu berdiri, menyerahkan paperbag yang dari tadi sudah dibawanya.

“Mandi sekarang. Abis itu makan,” ia menegaskan.

Setelah itu dia langsung keluar kamar. Aku membuka paperbag yang diberikannya.

Isinya kaus, celana pendek, peralatan mandi dan juga pakaian dalam. Totally fuck!! Wajahku merah padam, malu setengah mati. Dalam hati, aku bertanya-tanya kenapa aku bisa sampai ada di rumahnya. Tidak mungkin Arki mengantarku ke sini kan? Dia tidak tahu rumah Yandhi di mana.

Kuputuskan untuk menelepon Arki, minta penjelasan. Pada nada panggil keempat, Arki menjawab panggilanku.

“Udah sadar lo jam segini. Tumben?” ucapnya langsung saat mengangkat teleponku.

“Heh anjiir, kenapa gue bisa ada di rumahnya Yandhi??” aku langsung memakinya.

“Emang dia belum cerita, kenapa lo bisa ada di tempatnya dia?”

“Nggak!”

“Lo muntahin dia semalam,” Arki bicara sambil tertawa.

“Anjing lo Ar, serius??!!” aku sudah panik setengah mati.

“Udah ah Ram, gue lagi repot nih. Lagi mau bikin makan siang buat Sashi sama mertua gue. Bye.”

Si kunyuk itu langsung memutus teleponnya. Aku yang sudah mati gaya, akhirnya memutuskan untuk mandi, agar bisa cepat pergi dari sini. Selesai mandi, aku langsung berpakaian, and suprisingly my new bra and underwear is fit. Kudengar Yandhi mengetuk kamar.

“Kenapa?” aku bertanya tanpa membuka pintunya.

“Udah selesai mandi? Udah pakai baju belum? Aku mau masuk.”

Aku lalu langsung mengambil handphone, dan membuka aplikasi taksi online. Aku mau langsung pulang. Titik. Aku tidak sanggup menahan malu di depannya lagi.

“Masuk aja.”

Yandhi lalu masuk, dan aku menunggu aplikasiku menemukan titik alamat rumah Yandhi.

“Makan yuk,” ajaknya.

“Nggak usah deh, aku lagi pesan taksi. Ini alamatnya di mana sih, kok dari tadi koordinatnya gak nemu-nemu?”

“The Residence at Dharmawangsa.”

Aku lalu mengetik The Residence at…wait! Aku menoleh padanya, menaikkan alisku, dan bertanya tanpa suara, “Really?”.

Yandhi hanya mengangguk. “Your breakfast at balcony,” jawabnya.

Tanpa basa-basi, kubuka pintu kamar dan berlari ke arah ruang utama. Kulihat jendela kaca besar di sepanjang ruangan. Salah satu jendela yang menuju balkon sudah terbuka. Aku berlari ke arah sana, dan melihat sarapanku sudah ada di meja. Peduli setan dengan sarapan. Aku lalu mencondongkan tubuhku menatap ke bawah. Sebuah tangan besar langsung melingkari perutku.

I’m not going to jump,” kataku sambil tetap menatap ke bawah.

Last night you said it was hard to staying alive.

Aku membalikkan badanku ke arahnya. It’s hard to staying alive adalah kalimat favorit yang selalu aku keluhkan jika sedang hangover. Aku memandangnya sambil sedikit mengernyit. Ia lalu mengangkatku dan mendudukkanku di kursi balkon.

“Makan dulu. Perut kamu nggak ada isinya dari semalam.”

“Siapa bilang? Semalam aku banyak makan, kok!” aku mencoba menyangkal.

“Yang kamu muntahin semalam air semua, Ka. Besok-besok kalau mau hangover, makan dulu, biar tetap punya tenaga kalau teler.”

Aku teringat ucapan Arki yang bilang kalau semalam aku muntah di depan Yandhi. Kuputuskan untuk menerima sarapannya sambil menahan rasa malu. Ia hanya memandangku makan, tanpa menoleh sedikit pun.

“Semalam emang aku muntahin kamu, ya?” aku mencoba bertanya dengan muka tertunduk malu.

Yandhi menggeleng.

“Tapi tadi Arki bilang…”

Yandhi mendengus tertawa. Sepertinya ia tahu kalau Arki hanya bercanda saja padaku.

“Calon bapak bangsat, dasar!” aku memaki untuk Arki.

“Udah ah, cursing-nya. Kamu tuh sekarang kalau ngatain orang, maki-maki orang, fasih banget tahu!”

“Dari pada di tahan-tahan, bisa makan hati nanti."

Aku masih berusaha menghabiskan semangkuk cream soup besar yang berisi potongan ayam dan roti. Hari ini matahari tidak terlalu terik. Bahkan aku bisa melihat langit tidak biru sama sekali. Mungkin nanti akan turun hujan.

Lihat selengkapnya