Tidak mudah menjadi salah satu anak golongan para chaebol¹ di daerah tempatnya tinggal. Jika para chaebol¹ lain akan memilih tinggal di perumahan mewah nan elite, namun tidak dengan satu keluarga bermarga Choi ini. Menjadi Direktur Utama pemilik bisnis resort terbesar di Korea Selatan tak membuatnya ingin tinggal satu daerah dengan para chaebol¹ lain. Justru yang ia pilih adalah perumahan kalangan tingkat menengah yang memiliki suasana yang masih sangat asri. Selain bisa membuat dirinya dan keluarga tenang, ia juga bisa berpikir dengan jernih tentang perusahaan.
Pasangan Choi ini hanya dikaruniai satu orang putra. Anak yang sangat pendiam dan sangat tak berani untuk bergaul dengan yang lain. Bukan karena ia sombong atau pilih-pilih teman. Pengalaman tak mengenakkan pernah terjadi pada anak itu. Saat ia mencoba berbaur dengan yang lain, ia justru mendapati dirinya malah dijauhi dan bahkan diolok-olok oleh teman-teman sebayanya. Di cemooh karena dirinya yang kaya raya. Terkadang di pemikiran anak kecil seperti dirinya terlalu langka untuk sekedar bertanya pada dirinya sendiri, "Apa menjadi kaya raya itu salah ya?" atau "Apa aku harus menjadi seperti mereka dulu jika ingin mempunyai teman?".
Pemikiran-pemikiran seperti itu yang membuatnya lebih suka bermain seorang diri dirumah dari pada harus bergabung bersama dengan teman-temannya. Namun ada satu hari ia dibuat terharu dengan seorang anak kecil perempuan yang seumuran dengannya. Hari itu saat akhir pekan, ia sedang bermain dengan robot-robot miliknya. Tentu di temani dengan baby sitter yang selalu siap sedia menjaga anak dari majikannya ini. Tak lama, bel pintu rumah terdengar dan asisten rumah tangga yang lainpun mencoba melihat siapa yang datang.
"Siapa Ahjumma²?" Tanya sang pemilik rumah dari belakang karena melihat dari layar intercom ada tiga orang yang tengah berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Mereka keluarga Lee, Nyonya. Tetangga yang tinggal persis di samping rumah ini."jawab sang asisten rumah tangga.
"Biarkan mereka masuk."balas Nyonya Choi lalu dengan senyum lembut dan berjalan menghampiri suaminya yang sedang sibuk membaca koran di tangannya.
"Yeobo³, ada tamu datang."ujar Nyonya Choi memberitahu pada suaminya.
"Tamu? Siapa?" Tanya balik Tuan Choi pada istrinya.
"Tetangga kita."jawab sang istri dengan senyum senang.
Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa keluarga Choi ini sangat senang jika ada yang bertamu di rumah mereka. Alasannya simple, jika anak mereka tak mempunyai teman karena selalu diolok-olok kaya raya, namun satu keluarga ini juga disegani karena satu daerah perumahan tempat mereka tinggal tahu siapa mereka. Banyak dari tetangga yang tak berani menegur mereka terlebih dahulu. Atau sekedar menyapa,atau yang lebih mudah adalah tersenyum.
Tuan Choi lalu melipat koran yang tadi sedang ia baca untuk menyambut tamu pertama mereka sejak 6 bulan kepindahan mereka kesini. Tak lama, ketiga orang itu masuk. Dapat ditebak jika mereka juga satu keluarga, terdapat dua orang dewasa dan satu anak kecil perempuan dengan perawakan yang sangat cantik.
"Selamat sore Tuan Choi." Sapa sang tamu terlebih dahulu.
"Selamat sore. Mari duduk."ajak sang pemilik rumah dengan ramah.
"Ah ini, kami hanya ingin mengantar puding ini. Anak kami sedang ingin makan puding dan ternyata istri saya kelebihan membuatnya. Kurasa tak akan habis jika hanya kami bertiga yang makan. Jadi istri saya mengusulkan untuk memberikan ini pada tetangga."jelas tamunya.
"Maaf sekali. Saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Lee. Ini istri saya dan ini anak kami satu-satunya. Namanya Lee Yoonji."ujar pria yang bermarga Lee itu.
Anak yang bernama Yoonji itu lalu membungkuk sopan pada keluarga Choi sebagai pengenalan dirinya.
"Terima kasih banyak sebelumnya. Ini istriku. Dan... Yeobo³, mana Taejun?" Tanya Tuan Choi pada istrinya.
Istrinya lalu memanggil seorang anak pria untuk bergabung bersama mereka. Lalu setelah anak itu disana Tuan Choi kembali mengenalkan dirinya.
"Ah ini anak kami. Choi Taejun."ujar Tuan Choi.