Semenjak hari itu, keduanya semakin dekat. Namun tak dipungkiri jika Yoonji sering ditegur oleh anak-anak sepantarannya di kawasan rumah tersebut untuk tak terlalu dekat dengan Taejun. Yoonji kecil merasa heran dengan permintaan teman-temannya itu. Taejun tak pernah berbuat jahat atau merugikan orang lain. Kenapa harus dijauhi.
Taejun sendiri juga sebenarnya tahu tentang Yoonji yang suka ditegur oleh anak-anak yang tinggal disana. Ia awalnya mencoba diam. Namun karena kasihan melihat Yoonji, suatu hari Taejun mengajak temannya itu untuk mengobrol di taman.
“Ada apa Jun?” tanya Yoonji yang baru saja datang. Anak itu telat 5 menit karena sempat membantu ibunya terlebih dahulu.
“Duduk dulu sini.” Panggil Taejun sambil menepuk bangku yang kosong disampingnya. Yoonji menurut dan duduk disamping Taejun menunggu anak laki-laki itu bicara.
“Yoonji, kau merasa keberatan mempunyai teman sepertiku tidak?” tanya Taejun.
“Tidak. Kenapa?” tanya balik Yoonji.
“Yoonji tak lelah selalu ditegur oleh anak-anak lain? Apa yang membuat Yoonji mau berteman denganku?” tanya Taejun yang sedang menggoyangkan kakinya ke depan dan kebelakang seperti mengayun-ayunkan.
“Biarkan saja mereka. Yoonji tak perduli. Memang jika ingin berteman harus membutuhkan alasan ya? Kurasa Taejun juga pantas berteman dengan siapa saja. Ayah dan Ibuku selalu bilang jika aku tak boleh memilih-milih teman. Jadi aku harus berteman dengan siapa saja.” Jawab Yoonji.
“Jika Taejun mengajakku kesini hanya untuk bilang aku tak usah berteman denganmu lagi, lebih baik aku pulang. Taejun yang aku kenal itu anak yang baik. Tak pernah sekalipun membuatku menangis walaupun ia paling suka menggangguku.” Ujar Yoonji lagi.
Teajun yang mendengar ucapan Yoonji langsung terangkat kedua sudut bibirnya. Ia merasa bahagia hanya dengan memiliki Yoonji sebagai temannya. Karena memang hanya Yoonji yang tak pernah membandingkan apapun yang ia punya dengan temannya yang lain punya. Yoonji berteman dengan tulus pada siapa saja.
“Kita harus tetap berteman ya hingga kita dewasa nanti. Taejun jangan meninggalkan Yoonji.” Ujar Yoonji pada Taejun.
Taejun mengangguk tanda menyetujui permintaan Yoonji.
“Maafkan aku ya.” Ucap Taejun merasa bersalah pada Yoonji.
“Tak perlu. Yoonji paham apa yang kau rasakan. Sudah tenang saja, biarkan saja mereka-mereka membicarakan kita.” Balas Yoonji sambil bercanda.
~
Taejun yang awalnya bersekolah di sekolah para anak orang kaya meminta orangtuanya agar dipindahkan dan bisa satu sekolah dengan Yoonji. Taejun merasa nyaman jika berada di dekat Yoonji. Kepindahan Taejun membuat satu sekolah Yoonji dibuat heboh. Pasalnya siapa yang tak mengenal orangtua Taejun. Bahkan pihak sekolah memperlakukan Taejun dengan sangat baik. Entah baik karena memang dari sananya atau baik karena ada maunya.
Taejun berlari kecil mengejar Yoonji yang sedang berjalan sendirian di koridor sekolah.
“Yoonji.” Panggil Taejun dengan sedikit berteriak.
Yoonji menoleh dan mendapati ternyata Taejun yang menghampirinya.