Semenjak Taejun pergi kala itu, Yoonji membutuhkan waktu selama seminggu melepas kepergian sahabatnya itu. Ia lebih suka menyendiri di kamarnya. Dan kadang menatapi rumah Taejun yang sekarang kosong tak terisi siapapun dan apapun di dalamnya. Sebenarnya ia masih kesal karena kepindahan Taejun yang sangat mendadak. Apalagi terpisahkan oleh benua membuat Yoonji semakin berpikir jika Taejun tak akan mengingatnya jika dirinya kembali ke Korea. Itu juga ia kembali, jika tidak, Yoonji terpaksa harus menjalani hidupnya tanpa Taejun.
Beruntung orangtua Yoonji membujuk anak itu untuk tidak larut dalam kesepian. Minggu depannya Yoonji kembali jadi anak yang ceria lagi. Ia mulai bermain dengan anak-anak yang seumuran dengannya. Begitu terus hingga dirinya sekarang sudah berumur 18 tahun.
Besoknya Yoonji akan menjalani wisuda kelulusannya di bangku sekolah. Ia sudah mempersiapkan jurusan apa yang akan ia ambil saat kuliah nanti.
Bicara tentang Taejun, semenjak kepergiannya kala itu, Yoonji sama sekali tak mendapat kabar apa-apa dari Taejun. Apa anak itu sampai disana dengan selamat atau tidak, atau anak itu sudah mempunyai teman atau belum, atau pertanyaan-pertanyaan lain seorang teman pada temannya yang melakukan perjalanan jauh. Awalnya Yoonji sempat sedih, namun ia mencoba menerima jika Taejun benar-benar melupakannya.
~
Seorang pria tengah duduk di tepi ranjangnya sambil menatap kearah luar jendela yang menampilkan perkebunan di depannya. Hampir enam tahun ia meninggalkan negara kelahirannya karena ikut orangtuanya yang harus mengurus pekerjaan mereka disini.
Belanda, Amsterdam.
Menjadi negara dimana seorang Taejun menghabiskan masa remajanya disini. Mulai besok juga Taejun akan berkuliah di salah satu universitas ternama disini. Mengambil jurusan manajemen karena dirinya lah satu-satunya pewaris untuk melanjukan perusahaan ayahnya nanti.
Pikirannya tertuju pada seseorang yang sangat ia rindu selama enam tahun ini. Di tangannya, ia hanya menggenggam selembar foto yang sempat diambil ayahnya saat dirinya berulang tahun ke 9. Saat itu hanya keluarganya dan keluarga perempuan itu yang hadir. Setidaknya Taejun memiliki kenangan bersama perempuan itu.
Impian Taejun hanya satu.
Ia ingin menyelesaikan kuliahnya dengan cepat dan bisa kembali ke Korea. Perusahaan ayahnya bisa ia kelola dari sana. Tak perlu jauh-jauh di Amsterdam. Belum lagi, Taejun ingin menagih janji pada perempuan itu.
Janji yang mereka buat saat kecil dirumah pohon malam itu.
“Tunggu aku Yoonji.”
~
Hari pertama Yoonji menjadi seorang mahasiswi jurusan fashion designer dimulai. Sering berpakaian modis sejak kecil membuat Yoonji sangat menyukai apapun yang berhubungan dengan fashion. Ia suka mempadupadankan apa yang ada di lemarinya. Yoonji juga ingin sekali suatu hari nanti ia mempunya butik dengan brandnya sendiri. Ia berkuliah dengan sangat tekun. Dan tak terasa dirinya sudah menjalani dua semester kuliahnya.
Hari ini saat pulang kuliah, Yoonji mampir ke toko bunga karena ingin membelikan untuk ibunya dalam rangka merayakan hari ibu. Ia juga sudah menyiapkan kue kecil yang akan ia berikan untuk ibunya. Saat masuk kedalam toko bunga tersebut, Yoonji disajikan dengan suasana estetik namun dengan banyaknya bunga di sekitaran sana.
Ini yang Yoonji suka saat memasuki toko bunga. Suasananya sangat asri dan menyegarkan. Yooni memutuskan untuk mencari bunga yang tepat untuk ibunya. Saat sedang melihat-lihat, dirinya menoleh kala disapa oleh pemilik toko bunga ini.