Esok pagi dirinya berharap akan mengawali hari dengan rasa nyaman dan senyuman di wajahnya. Namun semuanya luntur seketika saat baru saja melangkahkan kaki keluar dan melihat seorang pria tersenyum ke arahnya. Senyum yang sungguh ia ketahui apa di balik senyum kelincinya itu.
Berdiri dengan bersandar di motornya dan dengan setia menunggu si wanita keluar.
“Jangan menatapku seperti itu. Sudah ku bilang kan, matamu itu cantik. Gunakan dengan menatap tatapan manis juga. Jangan galak-galak.” Ujar pria itu saat mendapati wanita yang ia tunggu justru menatapnya bak ingin menerkam pria itu.
“Kau tak masalah kan jika kita naik motor? Aku sedang tak ingin naik mobil saja.” Ucap pria itu lagi.
“Cepat berangkat. Aku tak ingin telat.” Balas si wanita yang sudah berdiri di depan pria itu.
Pria itu hanya tertawa kecil dan langsung memberikan helm pada si wanita. Namun saat keduanya sudah di atas motor, motor itu sama sekali tak bergerak.
“Kita jadi berangkat atau tidak?” tanya Yoonji dengan kesal.
“Keselamatan yang utama Yoonji. Berpeganganlah.” Jawab Junki.
“Ini sudah.” Balas Yoonji yang ternyata berpegangan pada pundak Junki.
“Kau ini bukan anak kecil. Di sini. Kau lepas, aku tak akan menjalankan motor ini.” ucap Junki lalu memindahkan kedua tangan Yoonji dari pundak ke pinggang pria itu. Junki melingkarkan tangan Yoonji di sana. Dan otomatis saja Yoonji dengan posisi memeluk Junki dari belakang.
“Aku tak tahu jika senyaman ini. Baju yang kau gunakan sehari-hari membuat aku berpikir punyamu kecil. Ternyata besar juga.” Ucap Junki menggoda Yoonji. Dan tentu saja Yoonji yang mengerti maksud perkataan Junki langsung memukul kepala Junki. Junki hanya tertawa puas dan lalu menjalankan motornya menuju ke kampus mereka.
~
Pria itu tengah melamun kembali dan menatap ke arah luar jendela kamarnya. Ia sangat merindukan negara kelahirannya. Terutama hatinya yang tak bisa ia bohongi jika ia sangat merindukan sosok wanita yang dulu pernah hadir di hidupnya. Hampir 7 tahun ia bahkan tak mendengar suara atau wujud asli wanita itu. Ia hanya melihat melalui media sosial wanita itu jika sekarang ia telah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik.
“Taejun..” suara pria dari arah belakang membuat pria bernama Taejun itu menoleh. Ternyata sang ayah yang memanggilnya.
“Iya Ayah?” tanya Taejun menatap ayahnya berjalan masuk ke dalam kamar dan duduk di samping Taejun.
“Akhir-akhir ini Ayah melihatmu lebih banyak diam. Belum lagi kau selalu melewatkan makan malammu. Apa ada masalah dengan perusahaan?” tanya Ayah Taejun.
“Tidak Ayah. Perusahaan baik-baik saja. Entah kenapa akhir-akhir ini aku merindukan Korea.” Jawab Taejun.
“Korea atau Yoonji?” tanya ayahnya tepat sasaran. Taejun tersenyum kecil karena ayahnya memang paling bisa menebak dirinya.
“Pertama Yoonji, lalu kedua aku memang benar-benar merindukan Korea. Aku rindu makanan di sana.” Balas Taejun.