Wanita itu terbangun karena sinar matahari yang masuk lewat jendela kamar dan menyinari wajahnya itu. Namun saat ingin mengubah posisinya, ia merasa agak berat dan menyadari jika sebuah tangan kekar melingkar dengan sempurna di pinggangnya. Kepalanya menoleh dan mendapati lelaki itu masih tertidur dengan pulas. Ia tak menyangka akan bisa melihat ukiran wajah bak dewa Yunani itu di sampingnya. Bahkan tidur satu ranjang bersamanya. Wajahnya sangat tenang dan damai saat tertidur, namun tidak saat pria itu sudah membuka matanya dan sedang dalam mode marah. Melupakan pertengkaran hebat keduanya semalam. Harusnya mereka saling melepas rindu karena bertahun-tahun tak jumpa. Yang terjadi justru hanya teriakan dan ucapan kasar di antara keduanya.
Malam sebelumnya,
Taejun menarik Yoonji dengan kasar masuk ke dalam rumah dan naik menuju kamarnya. Saat masuk ke sana, ia mendorong Yoonji dan mengukung wanita itu di dinding. Menatap tajam mata yang seharusnya ia tatap dengan rasa sayang.
Yoonji meringis saat Taejun memperlakukannya dengan kasar. Bahkan ia yang sedari mencoba berontak tak akan bisa menandingi kekuatan tangan Taejun.
“Lepaskan! Apa maumu hah?!” ucap Yoonji dengan nada tinggi.
“Menjadikanmu milikku.” Jawab Taejun dengan penekanan.
“Kau sakit jiwa. Lepaskan aku, aku ingin pulang.” Ujar Yoonji dan mendorong Taejun dengan kasar.
“Harusnya aku yang marah. Kau yang mengkhianatiku Yoonji. Aku belajar dan bekerja mati-matian di sana untuk dirimu. Mana janji yang pernah kau berikan padaku hah? Dan kau sekarang malah memiliki kekasih yang hanya berprofesi sebagai pemilik toko bunga.” Balas Taejun tak kalah sengit.
Yoonji terdiam membeku mendengar semua ucapan Taejun. Mereka berpisah sangat jauh dan bertahun-tahun, bagaimana Taejun bisa mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Bahkan lelaki ini tahu siapa kekasih Yoonji sekarang.
“Kau pikir sejak kita jauh, aku tak pernah memperhatikanmu? Kau salah besar. Aku bahkan harus mengetahui jika kau baik-baik saja. Dan ini balasanmu Yoonji? Apa yang pria itu lakukan sampai kau bisa seperti in?” ujar Taejun lagi.
“Kau tak lebih dari seorang penguntit Taejun. Dan satu lagi, bukan dia yang membuatku melupakanmu. Tapi kau sendiri, kau yang meninggalkanku lebih dulu tanpa kabar. Lupakan janji konyol itu, itu hanya bualan seorang anak kecil yang tak ingin temannya bersedih. Jangan berharap banyak, karena aku sangat mencintai kekasihku yang sekarang.” Balas Yoonji.
Namun tamparan keras mengenai wajah Yoonji sampai bekas memerah tertera di sana. Taejun yang emosinya meluap tak bisa menahan lagi hingga harus bermain tangan pada Yoonji. Tangis Yoonji pecah saat itu juga. Ayah maupun kekasihnya tak pernah bermain tangan padanya. Namun ini, Taejun yang statusnya entah masih bisa di bilang sahabat atau bukan malah melakukan ini padanya.
“Aku membencimu Taejun!” bentak Yoonji dan dengan kasar mendorong Taejun.
Namun lagi-lagi ia tak bisa melawan Taejun, karena lelaki itu kembali menarik Yoonji lalu mendorong wanita itu ke ranjang miliknya. Ia lalu naik ke atas tubuh Yoonji. Menahan kedua tangan Yoonji di kedua sisinya.
“Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan hah?” teriak Yoonji memberontak. Bahkan kakinya menendang-nendang agar Taejun melepaskannya.
Pergerakan Yoonji terhenti saat Taejun menyatukan kedua benda bermaterial lembut itu dengan kasar. Menghentikan segala sumpah serapah yang keluar dari mulut Yoonji.
Yoonji hanya bisa menangis di perlakukan seperti ini pada sahabatnya sendiri. Seharusnya Taejun menjadi orang yang paling bisa melindunginya, bukan melecehkannya seperti ini. Karena terlalu lelah menangis dan kepalanya yang mendadak pusing, penglihatan Yoonji seketika menggelap. Dan dirinya tak sadarkan diri.
Taejun menghentikan aktivitasnya saat tak merasakan perlawanan dari Yoonji lagi. Ia menatap Yoonji yang sudah memejamkan matanya dan pipinya yang basah karena air mata. Ia tak bermaksud melakukan in semua. Ia hanya tak ingin Yoonji menjadi milik orang lain. Yoonji miliknya seorang. Dengan pelan Taejun membenarkan posisi Yoonji, lalu berbaring di samping wanita itu. Memeluk Yoonji dengan erat dalam tidurnya.