Yoonji terbangun pada malam hari dan tak mendapati Junki berada di sampingnya. Seingatnya, kemarin ia tidur di samping Junki. Dengan menahan sakit yang ada di bawah sana, Yoonji mencoba bangun dan berjalan menuju ke lantai bawah untuk mencari kekasihnya itu. Memang dasar Junki itu tipe yang menggemaskan dan minta di sayang sebanyak mungkin. Apa yang Yoonji lihat sekarang adalah seorang pria sedang berada di dapur dan menatap bahan makanan yang entah mau di buat apa.
“Kau sedang apa?” tanya Yoonji.
Junki menoleh saat mendengar suara Yoonji. Sudah bangun rupanya kekasihnya ini. “Aku ingin membuat makanan, namun bingung mau buat apa.” jawab Junki.
Yoonji gemas sekali melihatnya. Pasalnya Junki sekarang sedang berpikir sambil mengerucutkan bibirnya. Ia berjalan mendekat dan memeluk kekasihnya itu. “Pesan saja ya? Kau sudah terlalu lelah mengurusku sejak tadi.” Ucap Yoonji.
“Jangan, aku bisa masak. Makanan di luar tak baik untuk orang sakit. Kita tidak tahu apa itu bersih atau tidak.” Balas Junki yang sudah berbalik agar posisinya berhadapan dengan Yoonji.
“Aku bantu.” Ucap Yoonji.
“Noona lebih baik bersihkan diri saja. Ganti baju yang nyaman. Aku cepat masaknya, kau selesai mandi juga sudah terhidang dengan cantik di sini.” Ujar Junki lagi.
“Baiklah. Jika butuh panggil saja ya.” Balas Yoonji.
“Tak apa? Aku langsung masuk kamar mandi saja jika butuh ya?” tanya Junki dengan polos. Sebenarnya bukan polos, memang Junki saja otaknya terisi akan hal itu.
~
Saat keduanya sedang menikmati makan malam, suara bel pintu rumah Yoonji berbunyi. Awalnya ia mengira jika orangtuanya sudah pulang. Namun saat ia membuka pintu, yang di dapatinya justru sosok yang sama sekali tak ingin ia temui. Bahkan jika bisa, ia ingin sosok di hadapannya ini menghilang di telan bumi.
“Siapa Noona?” tanya Junki sedikit berteriak dari dalam karena Yoonji lumayan lama tak kembali lagi untuk membukakan pintu rumahnya.
“Bukan siapa-siapa.” Balas Yoonji.
“Maaf aku sedang ada tamu. Kau bisa pergi.” Ucap Yoonji pada sosok di depannya itu.
“Aku juga ingin bertamu ke sini.” Balas pria itu.
“Pergi sebelum aku berteriak Taejun.” Ucap Yoonji penuh penekanan.
“Siapa di dalam?” tanya Taejun mengabaikan ucapan Yoonji barusan.