You Are the One

Ahlul Sadu
Chapter #12

Sebuah Alamat

(A.)

Semenjak kejadian itu, Reyhand jadi sering mencurahkan perhatiannya padaku. Sebenarnya bukan masalah besar bagiku, toh cukup menguntungkan juga.

Tapi lama-lama aku merasa tidak enak padanya, perasaannya—yang meskipun belum tentu benar adanya—tidak bisa kubalas secepat ini. Aku belum merasakan hal yang sama dengannya. Ingin kuminta dia untuk berhenti saja, tapi tidak tahu bagaimana mengucapkannya.

Pernah satu waktu saat kelasku sedang bebersih, dan aku mendapat bagian membersihkan ventilasi di atas pintu. Aku tidak bisa melakukannya karena tinggi badanku menjadi penghambat—meskipun sudah naik ke atas kursi—alhasil Reyhand yang melakukannya untukku. Namun tak berselang lama, dia bersin-bersin hebat, matanya memerah, dan wajahnya juga gatal-gatal. Kata teman-temanku, Reyhand alergi pada debu. Bukan salahku memang, tapi rasa tak enak hati semakin mulai menyeruak di dadaku.

Lalu seperti sekarang ini, Reyhand terlihat sangat lelah. Raut wajahnya yang sedari tadi tersiram binar matahari mengatakannya dengan jelas. Meskipun berkali-kali cowok di sampingku ini menyanggahnya.

Acara ulang tahun sekolah kami sudah dimulai, hari-hari pertama sangat menyenangkan. Berbagai perlombaan pun dilaksanakan, tidak ada seorang siswa maupun siswi yang tidak antusias. Semuanya menunggu puncak acara di penghujung minggu ini. Akan ada seorang bintang tamu yang diundang ke sekolah.

Sambil menunggu hari itu datang, semua murid ikut ambil peran dalam memeriahkan setiap detik di minggu ini. Stan-stan makanan berjajar-jajar dari ujung pintu masuk dan mengelilingi halaman sekolah. Tidak hanya stan makanan, ada yang menjual buku bekas yang masih layak baca, baju, dan beberapa permainan. Papan mading berukuran besar juga tersedia di samping pintu masuk sebagai tempat terpajangnya sebuah peta yang menunjukkan detail lokasi-lokasi stan disini. Sudah seperti Sunday Market.

Sedangkan aku, berkeliling mengitari setiap wilayah di sekolahku untuk membagikan brosur stan makanan dari kelasku. Sebenarnya aku dan Vira yang mendapat tugas ini, namun Reyhand menawarkan diri untuk berpasangan denganku sementara Vira bisa berpasangan dengan yang lain. Agar lebih cepat tersebar, katanya. Dan memang benar adanya.

“ Rey, kamu beneran nggak apa-apa? ” tanyaku sedikit khawatir.

“ Enggak apa-apa kok, ” jawabnya. Bohong, aku bisa melihat itu dengan jelas. Keringat di keningnya tak henti-hentinya mengalir.

Kami sudah berkeliling ke setiap penjuru sekolah dari tadi pagi, setelah jalan santai terlaksana, aku langsung mengerjakan tugasku yang satu ini.

“ Istirahat dulu yuk, ” ajakku, kami pun duduk di salah satu bangku kantin yang lumayan kosong. Semua murid maupun guru sedang sibuk di halaman depan sekolah sambil menikmati euforia acara ulang tahun sekolah ini.

Aku memesan dua gelas es teh manis, kulihat raut wajahnya yang begitu lega begitu menenggaknya. Akupun merasakan hal yang sama, samar-samar senyumku perlahan mengembang. Entah dia menyadarinya atau tidak.

Sedikit canggung, itu yang kurasakan saat kini tidak ada lagi yang harus kami lakukan. “ Habis ini kita mau kemana? ” tanyanya membuka percakapan.

“ Em.. Mungkin ke pintu masuk lagi, udah mulai ramai sekarang, ” jawabku.

“ Oke, ”

Lihat selengkapnya