(A.)
Keseruan minggu kemarin masih berbekas di benakku, tapi sayangnya mau tak mau harus segera kutinggalkan. Karena kini sudah saatnya untuk kembali fokus pada pembelajaran. Perlu diketahui, aku adalah seseorang yang meskipun tidak begitu berminat untuk belajar, tetap sadar akan betapa pentingnya hal itu.
Dan karena aku sudah punya seseorang yang akan menemaniku belajar. Aku merasa semangatku kembali, apalagi orang itu adalah.. Tapi, bila dipikir lagi dengan sudut pandang yang lain. Kurasa ini terlalu aneh. Meminta seorang kakak kelas menjadi seorang guru tutor. Ah, tapi semua sudah berlalu. Nikmati saja, apalagi orang itu adalah, Kak Kevan.
Senyumku tak dapat berhenti terbit ketika memikirkannya. Sedikit berseru aku saat mengucapkan namanya di benakku. Entah mengapa menatap diriku sendiri di cermin saat ini serasa begitu penting. Seperti tidak cukup jika hanya berpenampilan seperti ini.
Tunggu, apa yang kupikirkan? Aku hanya akan les! Itu saja. Lagipula ini di rumah, aku tidak perlu memakai sesuatu yang sangat formal seperti kemeja atau semacamnya bukan? Memakai kaus lengan panjang saja sudah cukup menurutku.
Aku menghela napas, berdebat dengan diriku sendiri adalah hal yang sangat sulit untuk dihentikan. Karena kedua pihak tidak ingin mengalah. Tentu saja, kedua belah pihak adalah diriku sendiri.
Akhirnya aku memantapkan diri untuk keluar dari kamar. Buku-buku yang kuperlukan sudah tersusun rapi dan siap dibawa ke lantai bawah.
Namun saat hendak menjauh dari cermin di meja riasku, aku terhenti. Kembali mengatakan pada diriku sendiri bahwa penampilanku saat ini masih kurang. Apalagi ini adalah pertemuan pertama, setidaknya harus memberikan kesan pertama yang baik pula, bukan begitu?
▪▪▪
Aku menuruni tangga yang menghadap langsung ke arah ruang makan dan ruang keluarga yang di tengahnya dibatasi kamar mandi. Kulihat Kak Kevan sudah menunggu di ruang keluarga. Duduk santai di karpet yang dilengkapi dengan meja yang pas untuk belajar tanpa kursi.
Selama melangkahkan kaki di tangga, aku sedikit menggerutu tentang diriku yang mengalah demi sisi lain dariku. Akhirnya aku memakai blouse berwarna terang berkerah kelasi. Meskipun masih bisa dibilang santai, bagiku ini berlebihan jika dipakai dirumah.
Ada sedikit rasa gugup yang menyelubungi dadaku saat aku sampai di ruang keluarga. Meskipun sepertinya dia belum menyadari kedatanganku, tapi aku tidak bisa menghentikan rasa tidak tenang ini.
Akhirnya aku mencoba untuk menyapanya, sesopan mungkin, selayaknya adik kelas. Dia menoleh, menampakkan senyum menawannya. Jadi ini yang menyebabkan ia mempunyai banyak penggemar? Aku mengerti sekarang, namun tetap belum berniat untuk menjadi salah satu dari mereka.
Jika dinilai dari tampilannya, cukup sederhana, namun tetap menarik. Kak Kevan memakai kemeja bermotif kotak-kotak merah-hitam besar yang tidak dikancingkan sama sekali. Kaus hitam yang dikenakannya di dalam kemejanya menambah kadar ketampanan kakak kelasku yang satu ini.
Kata orang, kaus hitam polos bekerja efektif untuk menambah ketampanan seorang laki-laki, kini aku menyetujuinya. Sekejap aku bersyukur karena bisa menemukan seseorang seperti Kak Kevan.
“ Ada PR? ” tanyanya membuka topik.