You Are the One

Ahlul Sadu
Chapter #21

He is My Brother

(A.)

Aku menangkupkan wajahku ke tangan, merasa bosan. Kedua tanganku menyangga daguku. Sudah beberapa hari, bahkan sudah satu minggu lebih, Kevan tidak lagi datang ke rumahku. Dan aku tidak lagi mendapat pesan apapun darinya. Sebenarnya, ada apa dengannya?

Aku merebahkan kepalaku di meja, memikirkan segala kemungkinan. Mungkin dia sakit, dan mungkin sakitnya parah.. Seketika itu juga aku menggelengkan kepalaku, berusaha menepis pemikiran itu, berharap tidak terjadi.

Lalu, apa dia mengunjungi keluarganya di luar kota? Mungkin saja. Aku mengangguk-angguk. Atau, dia dipindah sekolahkan? Ah tidak mungkin. Kevan kan, anak pintar, berprestasi pula. Mana mungkin sekolah menyia-nyiakan hal itu. Atau jangan-jangan, pertukaran pelajar?! Aku langsung bangkit. Menepuk-nepuk pipiku, berusaha menyadarkan diriku sendiri. Mana mungkin, Lea, mana mungkin. Eh, tapi bisa saja kan? Kini sisi lain diriku kembali bermusuhan dengan sisi yang lainnya.

Aku berdiri, berjalan menuju dapur. Berniat mengambil segelas air untuk menetralkan pikiranku. “ Kevan nggak kesini lagi? ” tanya nenek tiba-tiba.

“ Enggak, nek, ” jawabku seraya mengambil posisi di depan beliau, dengan nada lesu yang terdengar kental.

“ Kenapa? ”

Aku menggelengkan kepala, benar-benar tidak tahu harus memakai alasan yang mana.

“ Kamu kangen dia, ya? ”

Sontak aku membelalakkan mataku, “ Eng-enggak, ” jawabku.

“ Haha, jangan disembunyikan. Kelihatan jelas, kok, ” mendengarnya, aku langsung memalingkan wajahku ke arah lain. Sedangkan nenek masih tertawa.

▪▪▪

Sekolah terasa membosankan, tidak ada yang menyapaku dengan hangat. Tidak ada yang menanyai apakah tugasku sudah dikerjakan atau belum. Dan, para penggemar Kevan pun juga lebih diam dari biasanya. Rasanya sepi.

Aku melamun, tanganku menopang dagu. Tidak tertarik dengan pelajaran yang sedang berlangsung sejak jam pelajaran pertama dimulai.

Hal aneh pun juga terjadi pada Reyhand, dia terlihat lebih diam. Tidak bersikap tengil kepadaku seperti biasanya. Apa yang sebenarnya terjadi disini? Apa aku adalah tokoh tritagonis dalam cerita?

Bel istirahat berbunyi, begitupun dengan nada notifikasi di ponselku. Sebuah pemberitahuan pesan masuk dari Kak Eja muncul di layar. Dia memintaku untuk menemuinya di samping perpustakaan. Aku mendengus pasrah, tidak tahu sama sekali apa yang ia inginkan. Kini aku juga menganggap itu sebagai sebuah hal aneh lainnya.

Sementara Amel dan Vira berjalan bersama menuju kantin, aku menuruti perintah Kak Eja. Kudapati dirinya tengah menantiku di samping bangunan perpustakaan. Bersandar pada dindingnya, tapi raut wajahnya tidak bisa se-santai posisinya.

“ Ada apa, kak? ” tanyaku.

“ Ah, Alea, ” dia lalu membenarkan posisinya.

Sebelum melanjutkan perkataannya, Kak Eja terlihat kebingungan. Berusaha mencari sebuah kata yang tepat untuk diucapkan, gesturnya pun terlihat gusar.

“ Em.. Jadi tadi aku dapet SMS dari nomor tak dikenal, ”

Aku memiringkan wajahku, “ Katanya, Kevan kecelakaan, ” dan raut wajah Kak Eja berubah menjadi pasi.

Aku terbelalak, setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia katakan. “ Serius, kak?! ” tanyaku panik.

Kak Eja mengangguk mengiyakan, “ Tapi, dari siapa? ”

“ Aku juga nggak tahu, Lea. Aku sudah tanya ke nomor itu. Tahu darimana, dia siapa. Tapi belum dijawab sampai sekarang, ” tepat ketika ia selesai mengatakannya. Sebuah nada notifikasi pesan masuk berbunyi.

Kontan aku mendekat ke arahnya, melihat isi pesan itu.

Lihat selengkapnya