27 Desember, 2020
Jam 10.00
-----Di Kantin Kampus-----
Meski sedang libur, selalu ada manusia-manusia semester akhir di kampus, karena mereka sibuk mengerjakan karya Tugas Akhir. Termasuk Adren, yang datang ke kampus karena panggilan Bu Komandan(Mona). Adren saat itu sedang makan bubur ayam sendirian. Menunggu Mona, untuk membahas ide karya TA lebih lanjut.
Sambil menghabiskan bubur, Adren mendengarkan siaran-siaran orang di aplikasi Radiocraft. Tangan kanan menyuap bubur ke mulut, tangan kiri scrolling smartphone. Earphone terpasang di telinganya.
Adren sedang berada di sebuah room berjudul Ngobrol Pagi. Background siarannya foto perempuan cantik yang sepertinya adalah foto si penyiar. Adren sudah berada disana selama kurang dari sepuluh menit, dan belum mengerti si penyiar sedang membahas apa. Si Penyiar hanya membaca komentar dari orang-orang yang dikenal dan mengacuhkan pendengar yang lain. Mereka terus menerus membahas hal-hal internal yang tidak orang lain mengerti. Adren yang sudah lama berada disana pun akhirnya geram. Setelah Adren selesai makan, ia melakukan call. Si penyiar menerima call Adren.
"Halo? Nerd? Kamu siapa ya?" tanya penyiar, yang sepertinya belum pernah masuk siaran Nerd dan belum mengetahui kebesaran nama Nerd.
"Kenalin gue Nerd, Mbak." kata Adren.
"Oke.. Wow.. Suaranya keren banget, bikin merinding.. Hehe.. Ada apa nge-call?" sahutnya.
"Terimakasih.. Gue ngecall karena heran, dari tadi kalian bahas apa sih? Gue udah nongkrong disini sepuluh menit dan masih enggak ngerti." jelas Adren.
"Yaaa gue sih siaran aja.." jawabnya,
"Masa siarannya gini?!"
"Yaa siaran gue emang enggak jelas. Kalo mau keluar-keluar aja, Nerd."
"No.. Gue mau ngasih tau lo, Mbak. Lo buka room siaran lo buat umum, tapi yang lo bahas itu enggak umum, hanya lo dan temen-temen lo yang paham. Kenapa enggak bikin grup whatsapp aja? Lalu ngobrol disana? Hehe.. Ini kan aplikasi radio streaming."
"Dihh kok situ sewot? Situ siapa, Nerd!? Sebentar gue cek..
Yailah, subscriber lo juga belum nyampe seratus! Banyakan subscriber kanal gue! Haha enggak usah sok ngajarin orang!" ejeknya.
"Ini akun baru, Mbak. Baru dua hari yang lalu. Lagipula, bukan siapa gue yang jadi masalah, tapi situ siaran dan membuka room untuk umum, mau bahas apa!? Mending kalo bahasannya berguna atau menghibur buat orang lain, ini mah enggak. Intinya, gue cuman ngasih tau aja, supaya Radiocraft ini punya budaya siaran yang baik!" jelas Adren.
"Budaya siaran yang baik tahi kucing! Lo enggak pernah masuk room desah ya?! Itu baik menurut lo?"
"Enggak baik. Tapi gue lebih respect sama room desah. Dengan segala hormat, room siaran desah, jauh lebih bagus dari siaran situ, Mbak. Karena setidaknya mereka punya konten!"
"Desah-desah doang lo bilang konten?"
"Ya! Konten dewasa. Orang-orang yang masuk room siaran itu ngerti apa yang si cewek desah lakukan, ngerti kenapa mereka dengerin siarannya, dan mereka terhibur. It's okay, asal yang masuk sudah dewasa. Jadi itu kesadaran sendiri aja."
"Jadi menurut lo daripada gue ngobrol sama temen-temen gue, mending gue desah? Gitu? Ngaco lo! Bilang aja lo seneng room siaran desah! Otak mesum! Sana cari siaran desah! Enggak usah cari ribut disini!" dia mencela Adren.
"Jangan sempit gitu dong pikirannya, Mbak. Gue cuma minta, lo hargai pendengar yang masuk ke room siaran lo! Ada tigapuluh enam orang lagi dengerin lo dan enggak ngerti lo ngomong apaan! Lagian kalo pengen tetep siaran dengan obrolan internal, kan lo bisa bikin siaran private. Lo siaran dan hanya ngundang temen-temen lo, sehingga orang lain enggak bisa masuk dan enggak harus mendengarkan percakapan bullsh*t kalian!"
"Ya suka-suka gue dong! Orang gue pengen siaran reguler! Sirik aja lo! Lagian yang lain juga enggak protes! Mereka betah kok di room gue!" bantahnya.
"Ya karena mereka liat foto lo kali, mereka jadi caper. Bukan karna siarannya."
"Terus kenapa? Enggak suka kalo orang-orang masuk room gue karena gue cakep?"
"Ahhhaaa.. Kayaknya lo emang narsist aja ya? Lo pengen semua orang denger lo lagi ngomongin apa dan dianggap keren? gitu? Lo pengen jadi center of attention di dunia nyata, tapi enggak bisa, akhirnya lo buka siaran di Radiocraft? Gitu? Lo tau enggak sih obrolan lo dari tadi enggak sekeren itu?" Adren menyerang balik dengan santai.
"Guys... Kayaknya gue end siaran dulu ya, ada orang resek nih! Bye!"
Siaran berakhir. Adren merasa heran.
"Jih! Siaran kok enggak jelas!? Dikasih tau enggak mau!" gumam Adren.
lalu memasuki room lain di daftar on air, lalu memasuki room bernama "Musik Siang."
"Nah yang ini kok musik doang? Kalo mau denger musik doang ngapain gua buka App ini atuh!" gerutu Adren.
Adren mencari room lain, lalu menemukan room berjudul "Bucin is not a crime". Dengan penuh harapan Adren masuk room tersebut, dan mendapati konten siaran itu adalah para pendengar konsultasi kepada sang penyiar laki-laki dan penyiar itu memberikan wejangan-wejangan asmara.
"Hhh.. Setidaknya ada konten yang bisa gue mengerti!" kata Adren. Ia pasang telinga lebar-lebar, mendengarkan isi siaran.
"Oke ada satu pertanyaan dari Nina, salah satu galawers siang ini.. Katanya..
Kak! Gimana caranya bikin dia enggak selingkuh lagi? Ini kedua kalinya aku diselingkuhin! Aku udah berusaha bikin dia bertahan karena aku enggak mau kehilangan dia!
Ya ampun.. Kasian banget Nina! Menurut aku sih udah tinggalkan saja, untuk apa bertahan di dalam cinta yang menyakitkan! Relakan saja, kelak kamu akan dapat yang lebih baik lagi, yang bisa menjaga hatinya dan hati kamu, begitu Nina.."
Adren tertawa geli.
"Aduh puitisnyaaa Dilaaaan.. Gampangnyaaa ngasih wejangan kayak gini!? Dia pikir realita soal perasaan segampang itu? Dia pikir dia siapa!?" kata Adren berkomentar sendiri.
"Coba kita tanya.." Niat jahil Adren muncul. Ia mulai mengetik sesuatu, lalu mengirim komentarnya, dan tak lama kemudian si penyiar membacakannya.
"Oke! Ada pertanyaan baru nih dari Nerd, yang enggak ada fotonya. Katanya begini,
Kak.. Kenalin nama asliku Andrea. Aku sama pacarku enggak dapet restu ayah untuk menikah, tapi kami masih berusaha! Doain ya kak!
Doain moga ayah cepat meninggal!
Aduh yaampun.. Wah.. Gimana ya, kalo begini bingung juga sih!" si penyiar terbata-bata, menanggapi pertanyaan Adren dengan serius.
Adren menepuk lutunya, dan tertawa sendiri.
"Whahaha! Ayo dong jawab dengan puitis!" ejeknya, bicara sendiri lagi. Sontak Adren tersadar, betapa anehnya sebab ia tertawa sendiri di lingkungan kampus. Sekejap ia menghentikan tawanya sambil melihat kanan-kiri.
"Heyy!!!" tiba-tiba Mona menepuk dua lengan Adren dari belakang. Adren terkejut.
"Astagfirullah! Mon! Ah! Hobi banget sih ngagetin orang!?"
Adren melepas handsfree-nya, dan menutup aplikasi Radiocraft.
"Hehe.. Kaget ya!? Kalo denger ini gimana, kaget enggak?..
Pameran dan Sidang, resmi dilaksanakan secara online. Mahasiswa diperbolehkan melakukan kolaborasi atau kerjasama lintas program studi jika memang diperlukan.
Selamat, ide lo dipake jadi opsi kampus! Keren!" ujar Mona, menjulurkan tangan. Adren menjabat tangan Mona.
"Hmm.. Baguslah. Jadi bisa milih.." sahut Adren, biasa saja. "Eh lo kok balik lagi sih? Gue kita tahun baruan sekalian di Bandung?"
"Iyaa.. Bokap sama Nyokap gue ternyata diundang tahunbaruan sama kantor. Gue males ikut."
"Pantesssaan.."
"Terus idenya gimana? Udah ada belum!?"
"Belum. Hehe.." Adren tidak bersemangat.
"Yaudah, saling bantuin mikir aja."
"Emang ide lo apa sih Mon? Kemarin lo belum bilang, malah nonton Nyetflix di rumah gue!"
"Hmm.. Jadi, sebetulnya udah dari lama gue nyebar kuesioner buat TA gue Dre, tapi gue belum kasih tau lo, karena gue pengen denger ide lo dulu, takutnya enggak nyambung sama punya gue."
"Yaudah, biarlah meja berputar Mon! Kasih tau aja ide lo apa, nanti gue yang ngikutin. Gue emang belum tau mau ngangkat apa."
"Lo enggak harus ngikutin gue kok, bilang aja kalo enggak cocok."
"Oke..?"
"Halo gengs!" Eren muncul tiba-tiba, baru datang.
"Halo anggota baru dari delegasi penyiaran!" sambut Mona.
"Lo dikucilkan kayak kita ya Ren, di prodi lo sendiri? Kok mau-maunya anak penyiaran gabung sama kami, anak DKV? Kita kan rival!!!" canda Adren.
"Jih..! Sorry, gue sama anak penyiaran mah rukun! Gue cuman mau bikin film yang beda aja dari mereka." jawab Eren. "Sorry, telat btw! Macet, ada tronton mogok!"
"Duduk Ren! Ini si Mona lagi bahas tema yang pengen dia angkat." kata Adren.
"Oh ya? Apa Mon temanya?"
"Gimana kalo... Ngangkat tentang Asmara dunia maya?" jawab Mona.
"Itukah kenapa lo main aplikasi Minder? Dating apps?" tanya Adren.
"Hmm.. Yah. Gue rasa itu tema yang simple, tapi bisa dibikin jadi documenter comedy dan kita semua relate. Kita angkat aja anomali-anomali seputar asmara dunia maya, dengan cara yang fun." Mona menatap Adren dan Eren bergantian dengan tersenyum yakin.
"Boleh tuh.. Kalian pikirin karya yang masih dalam benang merah tema, gue mikirin gimana caranya supaya filmnya lebih fun. Gimana?" sahut Eren.
"Dren, gimana?" tanya Mona.
"Gue sih ngikut aja.. Ya emang enggak terlalu ribet sih temanya."
"Oke, udah fiks ya? Kita daftar judulnya aja nanti, selesai libur tahun baru." kata Eren.
"Kalo ada ide lebih bagus, boleh kok! Kasih tau aja! Gapapa lah berubah juga." sahut Mona.
Drrrttt..
Smartphone Adren bergetar di meja. Ada panggilan dari Reza. Adren mengangkat telfon dan bergeser agak menjauh dari Mona dan Eren.