1 Januari 2021
Jam 01.00 pagi
----Kamar Adren----
Adren rebahan di kasur, menatap langit-langit. Kokom tidur di sebelahnya. Earphone terpasang di telinga Adren. Ia masih berada di ruang siaran Liza, tapi tidak ada pendengar lain disana, mungkin karena tahun baruan.
"Liz.. Maaf ya.." kata Adren.
"Maaf kenapa?" tanya Liza. Adren sedang melakukan call di siaran Liza.
"Enggak siaran dan enggak nemenin, tadi."
"Oh ya enggak apa-apa kok. Aku emang enggak into ceremony-ceremony kayak gini.. Enggak usah minta maaf Nerd."
"Ya.. Enggak enak aja. Karena aku tau kamu lagi sendirian."
"It's okay Hhe.. Dari suara kamu, kayaknya kamu ngantuk ya?"
"Hehemm.. Ya emang sih suara kamu kadang bikin ngantuk, tapi kali ini bukan. Aku kekenyangan."
"Abis barbeque?"
"He'eh. Kokom kucingku juga pules tuh, kebagian daging tadi."
Dug.. Dug..
"Kak!" Veny memanggil dari luar kamar.
"Hmm..?" jawab Adren. Veny membuka pintu.
"Lagi telfonan sama siapa? Kak Mona?" tanya Veny sambil mendekat.
"Bukan.."
"Oh.. Tolongin dong.. Ada kecoa di kamar.." rengek Veny.
"Ya ampun tinggal gebuk!"
"Takut ih!"
"Hadehhh.. Yaudah."
Veny keluar, menunggu di depan kamarnya.
"Liz, sebentar ya.."
"Itu siapa?"
"Adikku, baru dateng kemarin pagi. Dia ketakutan ada kecoa. Sebentar oke!?"
Siarannya dengan Liza tidak dimatikan. Ia taruh HP-nya di kasur. Adren ke kamar Veny, membawa sapu lidi memburu kecoa yang mengganggu adiknya itu. Sekitar lima menit pertarungan dengan kecoa terbang itu berakhir dengan Adren sebagai pemenangnya. Veny, meski agak trauma dan cemas pun kembali tidur di kamarnya, begitu juga Adren yang kembali ke kamarnya, kepada Liza.
"Liz?"
"Ya, Nerd."
"Sorry, lagi.. Malam ini banyak gangguan."
"Hehe.. Gapapa. Kakak yang baik."
"Ah kecoa doang."
"Oh iya, tadi sama siapa bakar-bakarannya? Sama adikmu doang?"
"Hmm.. Sama adik perempuanku, sama dua temenku juga."
"Oh gitu.. Kayaknya seru."
"Lumayan. Kalo kamu tinggal dekat rumahku, pasti ku ajak."
"Masa sih?"
"Iya dong. Abis aku kasian kamu sendirian."
"Emang kenapa? Kok kayaknya kamu perhatian banget sama aku? Padahal baru ketemu beberapa hari."
"Gapapa.. Ya, melewati tahun baru tanpa ada siapa-siapa di dekat kamu, pasti kan ada yang kurang. Jadi aku pengen nemenin." jawab Adren.
"Toh meskipun baru kenal, ternyata kita pas ngobrol nyambung." lanjutnya.
"Emang ya? Padahal aku pendiam begini. Aku introvert." kata Liza.
"Aku lebih seneng ngobrol sama pendiam, karena aku juga introvert."
"Jadi karena aku enggak banyak omong? Hehe.."
"Mungkin? Dan karena aku suka banget suara kamu. Aku nungguin kamu nyanyi."
"Hehe.. Nanti deh. By the way makasih sudah memperhatikan."
"Iya, sama-sama."
"Aku juga senang kok ngobrol sama kamu. Ternyata kamu enggak sombong meskipun populer di Radiocraft. Enggak nyangka malah, aku bisa ngobrol berdua sama kamu begini."
"Hahh.. Waktu siaran emang harus terdengar keren. Bukan berarti hidupku di dunia nyata keren beneran. Jadi kenapa mesti sombong? Justru karena sering denger curhatan dan cerita orang, aku butuh tempat nyender juga akhirnya. Dan maaf kalo nyender di kamu." jawab Adren.
"Gapapa sih.. Cuman aku kadang suka grogi aja karena kamu disini, pendengar kamu juga jadi pada ikut masuk."
"Hehe.. Iya, maaf. Kan supaya kamu berani juga."
"Tapi hari ini sepi ya? Kayaknya cuma sedikit deh orang yang main."
"Karena malam pergantian tahun kali."
"Cuma aku kayaknya yang enggak tahun baruan di RC. Hehe.."
"Kamu emang enggak ada temen yang ngajak? Atau pacar misalnya?"
"Enggak punya pacar. Dan.. sebetulnya, aku baru pindah kota. Jadi enggak ada temen."
"Pindah ke kota mana?"
"Hmm.. Nerd.. Hehe.."
"Oh iya, sorry. Privasi ya? Hehe.. Aku cuma penasaran."
"Iya gapapa. Maaf ya, enggak bisa jawab."
"It's fine."
Tiba-tiba Adren keluar dari aplikasi Radiocraft dan terputus dari Liza.
"Lho kok?" Adren heran.
Truuttt... Ada notifikasi baru, memberitahukan Liza sudah memulai siaran. Adren masuk lagi.
"Halo Nerd? Kenapa ya? Kok tiba-tiba siaranku berhenti dan keluar dari aplikasi?"
Adren melakukan call.
"Halo Liz..? Hah.. Syukurlah. Kukira kamu marah kutanya begitu."
"Ehehe enggak kok.."
Adren merasa aneh, tidak ada siapapun yang masuk disana. Hanya Adren satu-satunya orang di siaran Liza.
"Nerd?" nada Liza agak berubah.
"Mau cerita sesuatu, boleh enggak?"
"Boleh kok, tapi kenapa cuma ada aku?"
"Karena emang aku cuman ngundang kamu."
"Oh.. Hmm.. Kenapa cuma aku yang diundang?"
"Karena pengen ngobrolnya cuma sama kamu. Boleh?"
"Hmm.. Oke! Lalu tadi mau cerita apa? Aku nyimak nih.."
"Emang serius mau denger, Nerd? Enggak akan bikin bosen kah?"
"Enggak lah, kan lagi rehat kekenyangan, sambil dengerin ceritamu."
"Kalau seandainya kamu enggak berkenan, bilang aja Nerd. Its okay kok."
"Kan aku emang suka denger orang cerita, apalagi kalo ceritanya menarik, Liz."
"Aku enggak tau apakah ini menarik atau enggak. Ini agak sedikit rumit."
"Hmm.. Apa itu kata orang sebelumnya yang sudah denger ceritamu?"
"Sebetulnya aku malah belum pernah cerita ini ke siapapun kok."
"Karena rumit? Atau karena enggak ada yang mau denger?"
"Karena aku agak takut untuk cerita sih tepatnya, Nerd."
"Oh.. Ceritanya agak horror? Boleh, sok cerita aja."
"Horror sih. Dan enggak untuk semua orang."
"Oke, kalo gitu silakan mulai cerita dulu."
"Hmm.. Can i trust you, nerd?"
"Trust me? Yes, i guess..?"
Liza terdiam sebentar. Adren menunggu, dengan perasaan bingung, penasaran, dan sedikit merasa aneh dengan gelagat Liza. Adren mengerutkan kening, mencoba menerka-nerka dalam hati.
"Aku.. Sebetulnya.." Liza terdengar ragu-ragu.
"Kenapa? Cerita aja, jangan takut. Kamu bisa percaya aku." Adren yang makin penasaran berusaha meyakinkan Liza.
"Hmm.. Aku..
Aku dilecehkan sama ayahku, Nerd. Hhm.." kata Liza, pelan.
Adren langsung terpaku, dalam hati bertanya,