You Sound Awesome!

Jonem
Chapter #13

Cemburu Bisu & Upaya-upaya Pendekatan

2 Januari 2021

Jam 11.00, Hari minggu.

"Adren.. Adren.. ke kampus jarang.. Besok kita bimbingan tapi dia belum bikin karya apa-apa." Eren bergumam di meja kantin.

Mona sedang makan rujak yang ia beli di depan kampus, sambil scrolling instagram.

"Mon.. ke Bandung tetep jadi kan?"

"Hmm.. Adren ikut enggak?" tanya Mona.

"Yaaa.. Harusnya sih ikut. Adren ikut atau enggak kita tetep harus berangkat dong?"

"Iya sih.. Tapi masa cuma berdua. Enggak asik.." jawab Mona. Matanya masih fokus ke HP.

"Lagi liatin apa sih Mon?"

"Ini.. IG psikolog yang bakal jadi narsum kita. Masih muda orangnya."

"Cewek apa cowok?"

"Cowok.. Ganteng juga."

"Hmm.."

"Ada alamat sama kontaknya nih! Telfon jangan?" tanya Mona.

"Sini gue aja!" Eren mengambil HP Mona, lalu mencatat nomor kontak psikolog yang Mona bilang ganteng itu.

"Gue aja yang telfon." kata Eren. "Lo mending coba hubungin Adren lagi.. Atau kita samperin ke rumahnya, gimana?"

"Jangan ah kasian. Dia emang tinggal sendirian, tapi bukan berarti dia membuka pintu tiap hari juga. Dia orangnya agak close." jelas Mona.

"Kayaknya lo kenal dia banget ya?" Eren curiga.

"Nah kecuali gue! Kalo sama gue takut dia!"

"Hmm.. oke."

.

.

----Rumah Adren----

Adren masih tiduran di kasur. Baru bangun, karena begadang dengan Liza semalam, sampai jam 3 pagi. Kokom sudah ngomel-ngomel di bawah kasur, memanggil-manggil Adren dengan bahasa kucing.

"Ya ampun udah jam sebelas!"

Adren loncat dari kasur.

"Maaf bos! Begadang semalem Bos!" Adren berlutut di depan Kokom yang kelaparan.

"Ayo.. Ayo makan ayo!" Adren menggiring Kokom ke tempat makannya depan kamar. Ia menuang makanan agak banyak, sebagai gantinya karena tidak memberi Kokom sarapan. Satu mangkuk penuh dryfood untuk Kokom, lengkap dengan air minumnya. Kokom langsung "menghantam" makanannya.

"Hmm.. Sorry ya Kokom.." Adren meminta maaf lagi. Setelah itu Adren melihat litterbox untuk tempat pup Kokom sudah kotor. Adren pun segera mengambil stok pasir baru untuk Kokom di halaman belakang, dan mengganti pasir yang lama yang sudah penuh kotoran Kokom.

Urusan Kokom, urusan tugas akhir, urusan beres-beres rumah, Adren mengesampingkan semuanya. Adren belum sadar saat itu bahwa banyak pekerjaan terbengkalai gegara ia kecanduan main aplikasi Radiocraft. Apalagi setelah Liza muncul, ia semakin sering memegang handphone.

Truutttt..

Baru saja Adren selesai cuci tangan, terdengar notifikasi di HP Adren, di kamar. Adren langsung jalan cepat dan melompat ke kasur, meraih HP-nya. Melihat nama Liza disana, Adren tersenyum.

Liza: Selamat siang, Nerd.

kata Liza. Adren langsung membalas.

Nerd: Siang juga Liza. Udah bangun?

Liza membalas lagi tidak lama setelah itu,

Liza: Udah, baru aja. Kamu kesiangan juga ya?

Nerd: Iya.. Aku sampe enggak ngasih makan Kokom tadi pagi. Ngambek-ngambek dia barusan.

Liza: Hehe.. Kasihan Kokom. Pasti lucu kalo lagi ngambek.

Adren melirik Kokom yang sedang sibuk menjilat-jilat tangannya sendiri, setelah makan. Adren lalu membuka kamera HP-nya dan memotret Kokom. Lalu ia mengirim foto Kokom pada Liza, via DM Radiocraft.

Truutttt..

Ada notifikasi lagi, bahwa Liza sedang membuka ruang siaran. Adren pun masuk. Ternyata itu ruang siaran privat, hanya untuk Adren masuk.

"Nerd.. Lagi sibuk enggak? Kalo enggak, call sini.." pinta Liza. Adren dengan senang hati meng-klik call.

"Hai.. Hehe.." sapa Adren.

"Nerd! Lucu banget siii itu Kokom! Gemuk gitu! Kamu yakin dia kucing kampung? hehe.."

"Jangan bilang dia kucing kampung nanti dia tersinggung!" canda Adren.

"Ups! Iya sorry.. sorry..." Liza bisik-bisik.

"Hehem.. Kamu kayaknya suka kucing ya? Heboh banget liat Kokom." tanya Adren.

"Dulu aku pernah punya kucing piaraan, Nerd."

"Kucing apa?"

"Kucing biasa, tapi mati karena diracun tetangga." jelas Liza denga nada berduka.

"Ya ampunn.... Teganya..." Adren mudah merasakan emosi. Ia ikut bersedih.

"Tetangga brengs*k emang!" umpat Adren. "Kamu marah ga?"

"Marah lah Nerd."

"Gimana marahnya?"

"Hmm.. Diem, nangis, kesel."

"Luapkan dong!"

"Luapkan?"

"Iya, ngomong aja, tetangga anj*ng!"

"Aku juga suka anjing, Nerd."

"Oh yaudah, tetangga bangs*t! Coba! Coba!"

"Hmm.. Hha.. Aku enggak biasa."

"Coba aja! Rasakan kembali, rasa sakitnya. Kalo diluapkan semakin cepat berdamai, katanya."

"Emh.. Tetangga bangs*****t!!!" Liza berteriak.

"Nahhh! Hhe.. Bapak tiri kamu, belum kebagian? Bilang dong, Bapak tiri bangs*****t!!! Atau enggak berani?"

"Berani lah! Coba yah.. Hepppph.." Liza tarik nafas, "Bapak tiri bangs*****t!!!!" Liza berteriak lagi.

"Horeeee! Hehhee... Segitu aku udah senang. Setidaknya kamu kenal sama rasa marah."

"Ya aku bisa marah kok."

"Sometimes you have to show a little bit agression in your anger! Jadi orang enggak berani macem-macem sama kamu."

"Hmm.. Okay, Nerd."

"Eh jadi kamu enggak punya piara'an lagi sekarang?" tanya Adren.

"Nanti kalo punya rumah sendiri pengen sih."

"Jadi sekarang enggak punya?"

"Enggak punya."

"Hmm.. Kalo pacar punya? hahah.." goda Adren.

"Eh dasar! Hehe.. Enggak, gak punya! Kan aku pernah bilang."

"Oh iya Liza jomblo!"

"Ah kamu juga!"

"Punya kok!"

"Oh ya? Masa?"

"Iya! Itu Kokom!"

"Haha ya ampun Nerd.. Kamu masih normal enggak sih? Hehe.. Pasti sering disakitin sampe pacaran sama kucing."

"Normal kok! Itu kan si Kokom betina juga. Enggak pernah selingkuh."

"Aduh semakin keliatan pernah disakitin Nerd. Hehe.."

"Hehe.. Enggak kok, Liz. Ya, aku jomblo. Jomblo itu pilihan! Hehe.."

"Nerd! Hahaha..

Emang terakhir pacaran, kapan?" tanya Liza.

"Hmm.. Setahun yang lalu."

"Putus karena apa?"

"Karena..

Mau tau banget apa Liz? Hehe.."

"Eh enggak kok.. Sorry nanya terlalu jauh."

"Bercanda, Liz.. Hehe. Putus karena dia lebih tua satu tahun."

"Hmm.. Masa cuma karena umur?"

"Iya, karena di tahun keempat kami pacaran, dia udah lulus dan kerja, sementara aku masih kuliah semester akhir. Lalu dia tiba-tiba bilang dilamar sama teman kerjanya, lau orangtuanya juga setuju, dan akhirnya.. Ya mereka nikah."

"Huhh.. Maaf Nerd, jadi membuka luka lama."

"Enggak apa-apa. Santai.. santai.. Aku juga mungkin butuh cerita sesekali. Aku lebih sering dan seneng denger cerita orang lain soalnya."

"Tapi tetep.. Maaf bikin kamu mengingat lagi.. Pasti sakit banget untuk flashback begitu. Maaf ya."

"Sakit banget sih enggak, sedih juga udah enggak, tapi cukup bikin aku agak.. Sedikit agak takut kali ya?"

"Ada trust issue ya Nerd?"

"Mungkin.. Tapi mungkin juga karena belum siap dan belum ada kesempatan aja.. Akan ada saatnya cinta akan bersemi lagi kok. Ketika saatnya tiba, kita bakal tau."

Keadaan hening sesaat. Tidak ada suara Liza.

"Liz?"

Lihat selengkapnya