You Sound Awesome!

Jonem
Chapter #14

Sajak Penutup Movie Marathon

4 Januari 2021

Jam 09.00 Pagi

----Ruang Dosen----

Mona sedang melakukan bimbingan terakhirnya. Setiap mahasiswa punya kesempatan lima kali bimbingan sebelum di-acc sidang. Ada Pak Muntas(42 th), biasa dipanggil Paktas/Patas, sedang meneliti lukisan Mona di tangannya.

"Ini bagusnya kamu dapet sisi estetik, sisi milenialnya, sisi horrornya juga, dapet sih. Good Job, Mona." Patas tersenyum ramah pada Mona.

"Hmm.. Oke Pak. Makasih." Mona membalas senyuman.

"Yaudah, panggil temennya!" kata Patas. Mona pun pamit, keluar, memanggil Adren.

Adren masuk, ragu-ragu, takut. Belum punya karya tugas akhir.

"Punten Pak.." Adren sungkan.

"Siapa?" Patas berubah ketus.

"Adren Pak, temen satu kelompok Mona."

Adren membawa selembar kertas berisi absensi bimbingan. Adren memberikan kertas itu ke Patas, lalu duduk di depannya.

"Terus mana karyanya?!" Patas berubah judes.

"Emh.. Belum ada Pak. Belum nemu ide.."

"Ya ampun! kan kelompok kamu bikin film, temanya udah ada, lalu susahnya dimanaa?"

Adren terdiam, menunduk.

"Belum nemu yang pas aja Pak, yang saya seneng bikinnya."

"Enggak cocok sama temanya? Ya keluar aja dari kelompok. Sidang sendiri. Kasian temen-temen kamu yang lain! Kasian Mona tuh tadi karyanya bagus!"

"Cocok kok Pak.. Ini saya lagi mau mulai riset."

"Idenya juga belum ada, gimana mau riset!"

Beberapa menit kemudian Adren keluar ruang Patas. Ia terlihat loyo, wajahnya tidak enak.

Mona dan Eren masih menunggu di lorong.

"Gimana?" tanya Eren.

"Menurut lo? Bimbingan enggak bawa apa-apa, malah dapet bimbingan moral gue!"

"Makanya kerjain!" sahut Mona.

"Tau deh mahasiswi kesayangan Patas!" sindi Adren.

Adren berdiri sambil bersandar di tembok lorong. Mona dan Eren berdiri di depannya.

"Kita harus segera ke Bandung. Wawancara Psikolog." kata Eren.

"Hadeh.. Terus kapan gue mikirin idenya.." Adren mengeluh.

"Kita balik nih sekarang? Enggak ada shooting kan?" tanya Mona.

"Belum ada sih.. Gue juga enggak bawa kamera." jawab Eren.

"Veny ada di rumah enggak Dre?" tanya Mona, penuh harap.

"Kagak. Pergi sama temennya dia!"

"Yahh.."

.

.

.

.

Jam 14.00 siang

----Rumah Adren----

Adren sampai di rumah. Melepas kemeja dan tasnya, melemparnya sembarangan, lalu duduk di kursi. Dari rautnya ia terlihat lesu, tidak bersemangat. Lalu Adren mengambil HP-nya di saku celana, dan membuka aplikasi Radiocraft. Ia mengetik sesuatu, tentu saja untuk Liza. Bersamaan dengan itu senyumnya muncul.

Adren: Selamat siang..

Di layar HP-nya, terlihat lampu indikator di akun Liza langsung menyala, tanda Liza baruonline. Tak lama Liza membalas.

Liza: Siang juga, Adren..

Adren membalas,

Adren: Lagi sibuk enggak?

Liza membalas lagi,

Liza: Enggak. Habis nonton film. Hehe..

Adren langsung memulai siaran private dengan Liza di HP-nya.

"Hai.." sapa Adren, melihat Liza masuk ruangan siarannya. Liza langsung bergabung di fitur call.

"Hai juga.." jawab Liza, manis.

"Lagi apa... Pacar?" tanya Adren, ragu, sungkan.

"Hehe.. Kok manggilnya gitu? Aneh."

"Udah lama enggak pacaran, lupa cara manggil pacar gimana." sahut Adren.

"Apalagi aku yang belum pernah."

"Enggak dijawab nih..?"

"Eh iya.. Lagi mau masak, Pacar.." jawab Liza.

"Utututu.. Masak apa, Car?"

"Masak ramen, Car.."

"Hmm.. Enak kayaknya.. Jadi laper."

"Mau aku buatin? Hehe.."

"Banget! Tapi gimana? Paling aku bikin mie instan, lalu ngebayangin itu ramen buatan kamu."

"Yaudah masak dulu mie-nya. Makan bareng nanti."

Adren pun turun ke dapur, ia memasak mie sendiri secepat mungkin, lalu membawanya ke ruang tengah untuk makan di sofa. Lalu ia kembali membuka ruangan private, dan Liza juga masuk lagi.

"Udah bikin mie-nya?" tanya Liza.

"Udah.."

"Selamat makan, Pacar." kata Liza.

"Selamat makan, Pacar." sahut Adren.

"Srrlppp.."

"Udah kayak ASMR gini, Car." kata Adren.

"Hehe.."

"Ribet tau kalo setiap ngobrol harus buka room siaran dulu.." ujar Adren sambil mengunyah.

"Hhe.. Kan supaya ada perjuangannya.."

"Yailah berjuang.. Kalo berjuang di hal lain aku mau! Misalnya berjuang menyelamatkan kamu dari sentuhan-sentuhan yang enggak seharusnya, baru aku semangat."

"Hehe.. Emang maksud kamu gimana?"

"Cari media lain yang lebih gampang buat kontekan..?

Tenang.. Bukan supaya aku bisa tau identitas kamu, kok.

Sumpah.. Supaya lebih mudah aja.."

"Hmm.. Dimana?"

"Terserah. Aplikasi yang enggak mengandung privasi, yang enggak harus pake nomor HP, mungkin?"

"Oke, sebentar.." Liza berhenti makan.

"Nanti aja, Pacar. Sekarang makan dulu." kata Adren.

"Enggak kok, enggak apa-apa.."

...

"Google hangout gimana?" kata Liza.

"Hmmsrlp.. Boleh." jawab Adren sambil menyeruput mie.

"Harusnya sih udah ada di HP kamu."

"Ya, ada kok. Cuman belum pernah pake aja. Email kamu apa?"

"Email kamu aja."

"Oh oke.. Cowoknyaliza@gmail.com" canda Adren.

"Ih jijik banget sih Dre.." omel Liza.

"Hahaha.. bercanda. Nih emailku, Adrenalineless@gmail.com"

"Dasar..! Oke, bentar..

Udah aku add. Ada?"

"Hmm..Ada! Oke, see u in a minute." kata Adren, berhenti makan, lalu siaran private pun terputus.

Adren keluar dari Radiocraft dan pergi ke Google Hangout, lalu menelfon Liza dari sana.

"Halo.. Pacar?"

"Ya.. Hi Pacar."

"Yes! Gini kan gampang, kalo ada apa-apa tinggal chat atau telfon. Thanks ya pengertiannya."

"Iya, sama-sama."

"Emm..

Love you, Liz?"

"Ukhuk! Uhuk!" Liza tiba-tiba terbatuk-batuk. Tersedak. Adren bingung.

"Liz?"

"Uhuk! Iya, Dren.. Erhm!"

"Kaget ya?"

"Ehemm.. Iya."

"Enggak suka ya?" tanya Adren.

"Enggak, cuma.."

"Sorry ya, Liz.." potong Adren, agak lesu.

"Enggak apa-apa, aku yang maaf. Belum terbiasa."

"Oke.."

Lihat selengkapnya