You Sound Awesome!

Jonem
Chapter #15

Kudekap Guling Untukmu & Mandi Setelahnya

5 Januari 2021

Jam 11.30

----Kampus----

Eren dan Mona sedang diskusi berdua. Keduanya tampak amat serius, hanyut dalam pembahasan mereka, apalagi Eren yang sambil mencatat.

"Jadi kita runtut ya.. Pertama lo sama Adren opening question, pertanyaannya adalah Dating Apps, efektif, manipulatif atau diskriminatif?"

"Oke!" Mona menanggapi Eren, sambil menyorot kipas elektrik kecilnya ke arahnya. "Eh Ren gerah enggak?"

"Lumayan."

"Oke.." Mona menggeser kipasnya , membagi angin agar mengenai mereka berdua. Eren menatap Mona dengan tersenyum.

"Thanks Mon.." kata Eren, senang.

"Yo lanjut!" kata Mona.

"Eh iya.." Eren tersadar setelah tersesat sebentar di wajah Mona.

"Emm..Lalu kedua, survey dengan beberapa partisipan.. Ketiga, interview dengan pasangan berhasil Dating Apps. Keempat, social experimen. Kelima, interview dengan korban diskriminasi dan pelecehan seksual di Dating Apps. Keenam, pertunjukan karya Mona. Ketujuh, pertunjukan karya Adren. Kedelapan, kesimpulan." jelas Eren.

"Wow.. Banyak juga ya..? Sejauh ini yang udah kelar apa aja?"

"Baru.. wawancara korban pelecehan, proses pembuatan karya lo, sama survey dengan beberapa partisipan. Beberapa yang gue maksud disini juga baru tiga, kurang tiga lagi lah. Adren katanya mau nambahin si Veny buat diwawancara."

"Eh.. Tuh ada orang!" Mona menunjuk ke salah satu mahasiswa di kampus. "Coba deh Ren, lo ajak dia wawancara, buat nambah-nambah!"

"Iya juga! Adren kapan kemari?" Eren sambil mengambil kameranya di tas.

"Nanti.. Wawancara si Veny dulu katanya."

"Hmm.. Oke! Gue ngejar orang tadi dulu Mon!"

"Sipp!"

.

.

.

.

----Rumah Adren----

Adren duduk di kursi teras, menatap ke jalan. Di lehernya tergantung kamera milik Eren. rautnya merengut karena cuaca sedang panas saat itu, tapi bisa tiba-tiba berubah jadi senyum ketika HP-nya bergetar karena Liza ngechat.

Liza: Iya Smlm aku trbaw suasana, jd refleks ngomong gt.

Mereka sedang membahas sajak Liza samalam, barusan. Adren mengetik balasan,

Adren: Gapapa, aku seneng bgt! G nyangka, kok bsa km seberani itu. Hhe..

Liza: Berani krna.... cinta? Hahaha..

Adren: Ewhh!!! Hhe.. So sweet jg km.

Ketika Adren senyum-senyum sendiri ala orang kasmaran, mobil Veny akhirnya datang, lalu parkir di sisi jalan. Itu dia yang Adren tunggu dari tadi, akhirnya datang. Adren menghampiri Veny ke mobil.

"Oy! Enggak lurus tuh!" tegur Adren. Veny membuka kaca.

"Apaan Kak?"

"Lurusin! Miring tuh parkir lo! Kok bisa nyampe dari Jakarta ke Sukabumi sih..? Parkir aja belum lurus!"

"Ih teganya!" Veny pun membenarkan parkirnya. Dibantu oleh Adren sebagai tukang parkir.

"Tros.. Tros.. Tros.. Eup!"

"Udah lurus!?" tanya Veny.

"Udah! Udah tobat nasuha!" jawab Adren, becanda. Veny turun dari mobil dengan setelan olah raga.

"Lari pagi aja lama!" omel Adren.

"Ke rumah temen dulu, terus kan lo nyuruh nyuci mobil di steam juga!" Veny berniat masuk rumah, namun Adren menghalanginya.

"Eits bentar dulu! Wawancara dulu!"

"Wawancara apaan si!? Panas ih! Di dalem aja!"

"Disini aja biar natural kayak ketemu orang di jalan!"

"Yaudah buruan! Eh bentar deng!" Veny ngaca dulu di kaca mobil.

"Deuh buruan tapi bentar."

"Udah cantik belom?" Veny berbalik.

"Udah! Yo buru! Pertama perkenalkan nama, domisili, lalu umur. Terus pertanyaannya, kamu main dating apps apa enggak, lalu kamu main itu buat apa, lalu efektif apa enggak. Udah."

"Oke, beres.."

"Nih pegang! Buat rekam suara." Adren memberikan mic clip on. "Siap ya! Kamera, roll.. Action!"

"Halo! Namanya siapa Mbak?"

"Namaku Veny, umur duapuluh tahun, tinggal di Jakarta."

"Oke Veny, kamu main dating apps enggak?"

"Oh aku main Minder sih, tapi enggak yang aktif banget."

"Hmm.. Buat apa? Cari pacar?"

"Buat riset aja, aku tuh masih laku enggak sih? Hehe.. Terus buat cari kenalan baru yang mungkin bisa dijadiin calon pacar."

"Berani tunjukin enggak, berapa orang yang swipe kanan?"

"Oh, oke bentar.." Veny mengeluarkan HP-nya, lalu menunjukkan layar HP-nya, yang berisi halaman pemberitahuan orang yang menyukai dirinya.

"Nih.. Ada sekitar... Seratus enampuluhan."

"Banyak juga ya? Terus efektif enggak menurut kamu?"

"Kalo buat memperluas pencarian sih iya, tapi kalo aku emang masih agak takut untuk ketemuan, jadi untuk cari pacar kayaknya lebih baik dari dunia nyata dulu sih. Jadi enggak asing-asing banget."

"Kalo gitu kenapa masih main dating apps?"

"Hehe.. Kan riset.."

"Oke, kalo gitu makasih ya Veny!" Adren berhenti merekam, lalu ekspresi dan nada bicaranya langsung berubah. "Eh anjrit! Lo bilang udah punya cowok, kenapa masih main Minder?!"

"Ehehhe.. Iseng cuy! Kan riset kalo kata Teh Mona mah! Hehe.. Lagian gue mah setia woy!"

"Awas lo ketemuan-ketemuan sama orang asing dari Minder!"

"Iyaaaa Kak!"

"Jaga rumah! Gue mau ke kampus!"

.

.

.

.

Jam 14.00

"Nih.." Adren memberikan kamera pada Eren. "Video beserta soundnya."

Adren baru sampai kampus. Ia melihat Eren sedang duduk di depan laptopnya sendirian, di kantin. Eren terlihat serius, meski kadang mencuri-curi pandangan ke arah Mona yang sedang beli minum di salah satu pedagang kantin.

"Coba dicek dulu." kata Adren.

"Ya, nanti." Eren sedang mengedit video.

"Mona mana?"

"Pulang."

"Seriuss?" Adren tidak percaya.

"Ada tuh lagi beli minum!" Eren dingin. Ia melirik Adren agak sinis.

"Euh.." Adren langsung pergi ke tempat Mona.

Mata Eren diam-diam mengikuti, lalu memperhatikan dari jauh. Mona dan Adren terlihat akrab sekali, membuat perasaan Eren agak ngilu.

Mona dan Adren pun kembali ke kursi kantin, duduk di depan Eren.

"Gue bilang juga apa!? Rame kan filmnya!?" kata Mona sambil tersenyum.

"Seru banget! Thanks ya!" sahut Adren.

"Yoi Dren.."

Jika Mona sudah ketemu Adren, Eren siap-siap merasa terasing. Eren tiba-tiba jadi sinis.

"Veny kenapa enggak diajak aja?" tanya Mona pada Adren.

"Abis lari pagi dia. Cape, kasian."

Lihat selengkapnya