You Sound Awesome!

Jonem
Chapter #17

Vitamin C Untuk Si Dova

7 Januari 2021

Jam 08.00 Pagi

----Dapur Rumah----

Adren sedang makan Indonmie di meja makan. Ada segelas air putih di depannya. Seperti biasa, handphonenya selalu ada di dekatnya, ia taruh dekat piring saat itu, supaya kalau ada chat dari Liza, ia bisa langsung membalasnya.

Tak lama Dova turun tangga, dengan wajah lesu, terlihat seperti sedang bersedih.

Adren menatap adiknya itu, yang berjalan ke arahnya.

"Sarapan!"

"Hmm.. Iyah." jawab Dova, seadanya.

"Kenapa lo?" tanya Adren.

Dova duduk di depan Adren. Leher jenjangnya loncer, layu.

"Sebel banget!" katanya.

"Kenapa?" Adren penasaran.

"Gue kan besok pulang.. Temen gue mendadak enggak bisa keluar. Ada kuliah online sama tugas-tugas apalah itu katanya."

"Rajinlah temen lo, bagus. Enggak kayak lo, main terus!" ejek Adren.

"Aahhh sebel....!!!!!" Dova meracau.

"Yaudah siihhh.. Gue juga enggak kemana-mana. Quality time gitu lho sama Abang lo!" Adren menawarkan diri, mencoba menghibur.

Dova terlihat menimbang-nimbang.

"Lo di rumah terus ah, bosen! Jalan kemana kek kita!" rengek Dova.

"Ya ayo deh." jawab Adren. Dova tertegun.

"Beneran?"

"Iya, ayo. Tapi kemana? Ke Suspension Bridge? Situgunung?"

"Kemarin gue udah kesana kan! Nah, hari ini tuh rencananya gue sama temen-temen mau mantai."

"Mau ke pantai mana?"

"Nah itu, kami belum tau. Yang bagus mana?"

"Yaa... Semua bagus dengan kelebihannya masing-masing. Pelabuhan Ratu menang di deket, Ujung Genteng menang di wisata penangkaran penyu, Sawarna menang di pilihan pantainya yang bagus, Geopark Ciletuh menang di pemandangan waktu perjalanannya."

"Hmm.. Sawarna aja kali ya? Mau enggak? Udah milih entar lo enggak mau!"

"Iya udah ayo. Tapi ajak Mona."

"Oh saya juga berpikir demikian! Hehhe.. Saya tau kok Kakak sudah ketergantungan, ga bisa jauh-jauh dari Teh Mona! Hehe.." Dova mulai tersenyum lagi.

"Biar rame! Biar enggak cuma bertiga!"

"Hehe.. Apapun alasannya! Yang penting beneran jadi ya!!???"

"Iyaaaaa.."

"Sini, mana HP Kakak! Aku yang telfon Teh Mona!" Dova mengambil HP Adren.

.

.

.

.

09.00

Adren: Liza, hari ini hari terakhir adikku, Dova di Sukabumi. Aku mau ajak dia jalan-jalan.

Adren: Kayaknya aku harus ninggalin kamu dulu seharian. Tapi kalau sempat pasti aku kabarin. Jaga diri ya! Love you, Liza.

Adren mengirim pesan tersebut pada Liza. Ia sudah duduk di bangku supir. Parkir di pinggir jalan di depan mobil Mona, di depan kontrakannya. Dova ada di sebelahnya, tapi loncat ke kursi belakang.

"Kenapa lo pindah?" tanya Adren, heran, sambil memasukkan HP-nya ke dalam saku.

"Gapapa.. Heheh.." jawab Dova.

Terlihat Mona baru keluar, membawa tas, dengan setela casual berwarna serba muda. Ia melangkah ke mobil, mengintip lewat kaca, mencari tahu dimana ia harus duduk. Ia pun membuka kursi sebelah Adren.

"Kok Dova di belakang si?" tanyanya.

"Tidak ingin memisahkan kalian, Teh." jawab Dova.

"Yeuhhh!" Mona dan Adren menyorak serentak.

"Heheh.. Kuy berangkat! Udah jam sembilan! Kita beli moci dulu buat Mama!"

.

.

.

.

12.00 Siang

----Tengah Perjalanan----

"Uhhuweeek!" Mona merunduk, muntah di sisi mobil. Adren memegangi salah satu lengan Mona, sambil memijat-mijat tengkuknya. Dova datang membawa air mineral botol dan tissue.

"Akhh..Aduhhh.. Sorry ya guys.." kata Mona, saat jeda muntahnya. Wajahnya merah, matanya berair. Ia sempoyongan, makanya Adren pegangi.

"Nih minum dulu Teh!" Dova menyodorkan air mineral yang sudah dibuka.

"Sskh.. Thank Dovhhh..." Mona minum air itu.

"Lanjut enggak nih?" tanya Adren. "Masih kuat enggak?"

"Masih kok masihh.." jawab Mona. "Sorry, udah lama enggak kemari, pala gue kaget ketemu jalan berkelok-kelok ginih." jelasnya.

"Kalo lo enggak enak badan kita balik ke Pelabuhan Ratu aja juga enggak apa-apa kok Teh! Enggak usah ke Sawarna." kata Dova.

"No..!" Mona menegakkan badannya, mengatur nafas sambil mengelap mulutnya dengan tissue. Wajahnya ia buat gagah. " I can do this all day!" kata Mona, meniru Kapten Amerika.

"Wihhh... Ck..Ck..Ck.." Adren kagum, santai.

"Lets go! Nanti keburu sore!" Mona jalan masuk mobil. Dova dan Adren mengikuti.

Mereka bertiga kembali masuk mobil. Adren dan Dova masih khawatir.

"Lo yakin mau lanjut? Di depan jalannya masih banyak tikungan lho?" tanya Adren.

"Lanjut lah! Siapa yang berani nikung gue! Emang ada yang sanggup?" Mona berlagak.

"Yeayyyy! Teh Mona keren!" sorak Dova di belakang.

"I know!" jawab Mona. "Go Dre! Go!"

Adren pun tancap gas lagi. Ia menyetir agak santai, supaya Mona tidak mual lagi.

"Ada koyo tuh di dashboard! Buka aja!" kata Dova.

"Yahelahh.. Dia mah ke pantai mau foto-foto De, mana mau pake koyo."

"Siapa bilang?" Mona mengambil koyo, lalu ia membukanya, dan memasangnya di pelipisnya, sambil ngaca.

"Emangnya selebgram enggak boleh pake koyo!? Lihat! Keren kan?!" Mona berpose dengan koyo menempel di pelipisnya.

"Masih cantik kok Teh!" puji Dova.

"B*tch im me!" Mona gesturenya menirukan rapper. Ia langsung inisiatif, menyetel lagu rap milik Ramengvrl di speaker mobil.

"Hehe.. Mona the Jekpot is back!" kata Adren sambil tersenyum geli.

"Hahahha! Nah, kayaknya ini kenapa gue dipanggil si Jekpot ye?"

"Lo hamil ya Mon?" canda Adren.

"Sial*n! Haha.."

"Yehehe.. Kirain! Siapa tau kan, namanya pergaulan bebas mah! Duh jadi inget dulu.. Mona yang bongsor itu." gumam Adren.

"Kenapa lo selalu ada di samping gue saat gue muntah si Dre? Haha.." Mona meremas lengan kiri Adren, gemas.

"Hahadeh!" Adren meringis.

"Mungkin nanti saat Teh Mona muntah-muntah pas hamil, Kak Adren ada di samping Teh Mona sambil bilang, Sabar.. Yang Kuat ya Ma! Ututututu.." Dova menggoda Adren dan Mona.

"Ngarang lo!" jawab Adren. Ia melirik kaca di atas kiri kepalanya. "Eh! Anjrit! lo De!" Adren tersenyum, mendapati Dova sedang merekam.

"Mon direkam Mon sama si Dova!" Adren lapor Mona.

Mona menoleh ke belakang, "Ih dasar lo Dov!" omel Mona, langsung melepas genggamannya di lengan Adren dan tersenyum malu.

Lihat selengkapnya