You Sound Awesome!

Jonem
Chapter #18

Gravida Cattus Et Suspectum Romanorum

9 Januari 2021

Jam 00:30

Adren siaran di tangga. Di anak tangga pertama sebelum turun, dimana ia bisa melihat sebagian besar isi rumah. Biasa, Adren selalu ingin nuansa yang berbeda setiap siarannya, itu kenapa dia pindah kesana-kemari. Adren sudah siaran selama hampir dua jam, nyerocos bercerita lucu untuk para pendengarnya, kadang mendengarkan dan ikut tertawa, menghisap habis gema dari suaranya, sendiri. Kini tidak ada ada siapa-siapa lagi di rumah selain ia, setelah Dova pulang ke Jakarta tadi/kemarin pagi.

Tidak ada yang menekan tombol call. Tidak ada komentar yang memberitahukan bahwa mereka mengirim cerita ke email, sedangkan semua cerita kiriman sudah Adren baca sejak satu jam pertama, tadi.

"Enggak ada lagi nih, Cemeners?" Adren bertanya pada semua pendengarnya.

xxxxx: Enggak ada, Nerd!

xxxxx: Ganti topik dong, jangan cinta-cintaan terus..

xxxxx: Cerita gue takut enggak seru, Nerd.

xxxxx: Belum berani cerita! wkwk

"Heyy.. Its okay, cerita aja! Enggak apa-apa, enggak akan diketawain kok!

Tapi bohong! Hehe.. Tujuannya kan supaya bikin orang ketawa dan bahagia. Semakin absurd cerita kalian, semakin menghibur! Kita hibur Yang lagi sedih.. Yang lagi galau.. Yang lagi nugas.. Yang lagi lembur..

Dan yang lagi.. Istirahat abis Beres-beres rumah.."

Lalu seseorang meng-klik fitur call. Itu adalah akun bernama Yourise, salah satu pendengar Adren.

"Halo Nerdd!" sapa Yourise. Ia laki-laki.

"Haloooo! Apa kabar Yourise? Akhirnya naik di siaran gue.."

"Baik Nerd, lo gimana? Kemaren kok enggak siaran?" tanya Yourise.

"Meoooww..." Kokom mengeong di dekat kaki Adren, seolah menjawab pertanyaan.

"Haha.. Tuh kucing gue jawab, BAIK katanya. Kemarin gue enggak siaran karena cape, abis jalan-jalan seharian bareng Ade gue. Itu kenapa saya tidak siaran, paduka. Oke Bro Youris. Silakan passwordnya, Hi-TV?"

"Meooooww... Meoow.." Kokom mengeong lagi, padahal sudah Adren beri makan tadi sebelum siaran.

"Aduh sorry kucing gue nih bentar, gue pangku dulu!

Hempph.. Beratnya..!"

Adren memangku Kokom di pahanya, namun Kokom terlihat aneh. Lidahnya menjulur keluar, sering menjilati dirinya sendiri dan gelisah dengan nafas terengah-engah. Penampakan matanya juga berbeda, tidak sejernih biasanya. Ia juga tidak berhenti mengeong.

"Kok kucing gue.." Adren memerhatikan Kokom.

"Kenapa Bro?"

"Bentar Yourise dan Cemeners, kucing gue agak aneh hari ini! Sorry.. Jangan-jangan sakit."

"Oke.. Santai Nerd! Gue turun dulu deh bentar!" kata Yourise.

"Oke Your, sebentar.."

Adren melihat wajah Kokom dekat-dekat.

"Kamu kenapa Kom?" tanya Adren.

"Meooow.." Kokom malah mengeong lebih kencang, seperti berusaha mengatakan sesuatu dalam bahasanya.

Adren mengangkat Kokom, memerhatikan seluruh bagian tubuh Kokom, siapa tau ada yang terluka.

"Kayaknya ada yang aneh dengan kucing gue, Cemeners..

Dari pagi jarang gerak dan ngeong mulu! Ada yang tau kenapa? Enggak ada yang janggal sih di fisiknya, cuma matanya yang agak beda. Selebihnya sehat dan gemuk."

Para pendengar Adren ikut menebak-nebak. Yang juga memelihara kucing menjawab serius, yang tidak hanya bercanda.

xxxxx:Mungkin birahi!

xxxxx:Mungkin salah makan!

xxxxx:Covid?

Hingga akhirnya ia melihat Liza berkomentar.

Liza: Nerd! Coba pencet kelenjar susunya.

Sejak Adren selalu memberi perhatian penuh pada komentar Liza, ia pun melakukan yang Liza suruh dan muncul cairan putih dari puting Kokom.

"Ehh... Kok..? Ada susunya?"

Lalu Liza berkomentar lagi.

Liza: Ya ampun! Kokom bukan sembarang gendut Nerd!

"Hmm..? Cakep!?" jawab Adren, bingung.

Liza: Wkwk.. Bukan pantun! Kokom hamil!

"Oh.. Hahhhh? Kokom hamil!!?? Kok bisa?? Sama siapa??!" Adren terkejut, bicara sendiri.

Adren menaruh Kokom di lantai, panik.

"Cemeners! Sorry banget! Yourise sorry banget! Hari ini sampe disini dulu! Doain kucing gue enggak kenapa-kenapa ya!"

Adren menutup siaran. Kokom masih mengeong di sekitarnya, meminta perhatian. Adren melirik kanan kiri, tidak tahu mesti berbuat apa.

"Kokom kamu beneran hamil Kom? Kok bisaaa!?" suara Adren bergetar.

Tiba-tiba Liza menelfon.

"Halo Nerd? Eh! Dren.."

"Hhalo.. Halo Liz?"

Lize menangkap perasaan panik Adren.

"Dren..? Ada vet atau klinik hewan dekat rumah enggak?"

"Jauh Liz! Dan pasti udah tutup! Duh.. Mana adikku udah pulang! Kenapa enggak kemarin sih Kom!" Adren menggerutu.

"Kamu bisa handle sendiri enggak?"

"Bentar aku enggak konsen! Aku bingung nih! Duh.. Apa kamu bilang barusan?" Adren gelagapan.

"Tenang. Jangan panik. Aku akan bantu, aku udah selesai beres-beres kok."

"Aku enggak tau mesti ngapain Liz! Belum pernah nanganin kucing hamil! Kokom enggak diem-diem.. Dia butuh apa ya?!"

"Ssstth! Dren! Tenang! Dengerin aku!" Liza agak tegas.

"Oke.. Oke.."

"Siapin litterbox atau kardus yang agak lebar atau ember lebar buat tempat lahirannya. Lalu alasin bawahnya dengan handuk atau kain bersih yang enggak terpakai, supaya empuk buat bayi-bayinya."

"Okehh!" Adren menaruh HP-nya di meja sofa, sementara Kokom sudah mencari-cari tempat yang aman di kolong meja, dan masih mengeong.

Tak lama Adren membawa sebuah kardus bekas agakk besar bekas belanjaan tahun baru beberapa hari yang lalu, dan handuk bersih miliknya. Adren meletakan kardus di bawah, diantara sofa yang ia duduki dan meja di depannya, agar tidak terlalu terang dan terbuka, lalu memasang handuk di kardus itu sebagai alas.

"Lizz.. Udah!"

"Oke, Dren.. Coba pindahin Kokomnya kesitu, dan buat dia nyaman. Elus-elus supaya dia lebih tenang."

"Okeh!"

Adren mengambil Kokom dengan hati-hati.

"Ssh ssh sshh.. Disini ya Kokom.." suara Adren masih bergetar karena panik. Ia mengelus-elus Kokom. Terlihat Kokom tidak terlalu sering mengeong lagi, duduk di dalam kardus.

"Tinggal tunggu kan, Liz??" tanya Adren.

"Iya, ketubannya udah pecah belum?"

"Basah sih.. Dan perutnya kembang kempis!"

"Kayaknya lagi kontraksi."

"Wahh bentar lagi anaknya keluar berarti?? Aku mesti siapin apa lagi???"

"Hmm.. Buat jaga-jaga, tissue, gunting, benang jahit, dan obat merah."

"Okeh!"

Adren berlari lagi mengumpulkan peralatan yang Liza sebutkan. Sekitar semenit kemudian Adren kembali, Sudah muncul kepala bayi dari belakang ekornya.

"Mrr...Meowww.." Kokom mengejan.

"Haduh Liz! Kepala bayinya udah keluar! Aduh aku mesti gimana?"

"Tenang.. Tungguin dulu."

"Oke!"

Lalu lima menit kemudian bayi pertama Kokom keluar sepenuhnya. Kokom bergeser sedikit.

"Ehmm.. Lizz! Bayi pertama keluar!" Adren takjub sekaligus panik.

"Ada pergerakan enggak dari bayinya?"

"Enggak! Kokom malah geser tempat dan bayinya masih di dalam selaput kayak kantung bayi gitu! Bayinya didiemin! Apa itu normal?"

"Dren.. Coba, video call supaya aku bisa lihat!"

Adren beralih ke mode video call dan menyorot ke arah Kokom. Sementara Liza tidak menyalakan kamera.

"Kokom jilatin bayinya enggak?"

"Enggak Liz! Kokom kayaknya kontraksi lagi!"

"Bantu Kokom! Sobek kantung bayinya, keluarin, lalu bersihin wajah bayinya pelan-pelan!"

"Ok..oke..." Dengan tangan gemetar Adren mengambil bayi pertama Kokom, mengelupas selaput yang mengantunginya, lalu membersihkan wajahnya dengan tissue.

"Udah kubersihin, Mon!"

"Ada pergerakan enggak?"

"Enggak ada! Aduhh!"

"Taro depan muka Kokom! Supaya dia jilatin!"

Adren memindahkan bayi yang masih basah itu ke dekat Kokom. Sambil menahan sakit kontraksi bayi kedua, Kokom akhirnya mulai menjilati bayinya.

"Ehh.. Kokom mulai jilatin bayinya, Liz!"

"Bayinya gerak enggak?"

"Hmm.." Adren mendekatkan kepalanya, berusaha menemukan pergerakan bayi.

"Biasanya jilatan induknya menstimulus pergerakan bayinya. Ngebersihin lendir-lendir yang menutupi mulut dan hidung si bayi."

Seiring Liza menjelaskan, Bayi pertama Kokom bergerak sedikit-sedikit.

"Liz! Gerak! Bayinya gerak!

"Good! Coba kamu gunting plasentanya Dren, lalu ari-arinya kamu pisahin."

"Hhh.. Oke-oke..!"

Adren memotong plasenta, Kokom membersihkan bayinya sambil masih menahan sakit.

"Terus.. Bersihin terus Kokom!" kata Adren sambil mengusap-usap kepala Kokom.

Setelah bayi dibersihkan Kokom, Adren mengangkat bayi Kokom dan mendekatkannya ke kamera agar Liza bisa melihatnya.

"Liz.. Aku jadi Kakek." kata Adren terharu, tersenyum sambil berkaca-kaca.

"Lucunyaa...." gumam Liza, lembut.

"Warnanya mirip Kokom."

Adren menaruh bayi Kokom di sekitar perut Kokom, si Bayi langsung mencari-cari puting Kokom.

"Standby Dren.. Selanjutnya, lakukan hal yang sama kayak tadi ya Dren! Gampang kan?"

"Yah.. Ya, siap.." jawab Adren sambil tersenyu menatap kamera.

"Sekarang buat Kokomnya nyaman lagi."

...

Jam 01.30

Lihat selengkapnya