10 Januari 2021
Jam 11.30
----Bandung----
Adren menyetir, Eren di sebelahnya, seperti biasa mengumpulkan footage, dan Mona duduk di belakang, bersantai sambil scrolling instagram.
"Agak jutek ya psikolognya barusan.." kata Adren, membuka percakapan.
"Hmm.. Biasalah.. Orang sibuk." sahut Mona.
"Biasalah!" Adren menirukan anak kecil viral di internet. Mona tertawa di belakang.
"Haha.. Kebayang kalo psikolognya ngomong gitu." kata Mona lagi.
"Hehe.. Tapi tadi aman kan Ren rekamannya?" tanya Adren pada Eren.
"Hmm.. Ya, aman sih."
"Mon? Yang mana rumahnya, gue lupa."
"Tuh yang cat warna cream."
Adren memelankan mobil. Tujuan mereka pun sampai. Adren memarkir mobil di sisi jalan di komplek tersebut, depan rumah yang agak besar di tengah kota Bandung itu. Lalu Mona turun dari mobil, dan berjalan ke pintu masuk rumah, dimana Ibunya sudah menunggu. Mereka berpelukan.
"Sehat De?"
"Sehat. Mama sehat?"
"Alhamdulillah.. Itu temennya suruh masuk."
"Guys!" Mona memanggil Eren dan Adren. Eren menoleh, sambil mengambil tas berisi kameranya di bagasi, sementara Adren masih di kursi supir, masih mencoba menghubungi Liza. Sejak terakhir bicara dini hari tadi, Liza belum membalas lagi. Adren mengirimi Liza beberapa pesan teks karena cemas.
Adren: Liz? Blm bngun ya? Aku baru bisa istirahat krn nyetir dr tdi.
Adren: Kabarin aku y
Adren: Love u..
Dok..dok..!
Eren mengetuk kaca mobil.
"Dipanggil Mamanya Mona!" kata Eren. Adren hanya mengangguk, lalu mengambil tasnya dan keluar mobil. Eren dan Adren pun menghampiri Mona dan Ibunya.
"Hi Adre, apa kabar?" Ibu Mona menyapa Adren karena pernah bertemu sebelumnya, terakhir waktu Adren seleksi penyiar Note FM.
"Baik Tante.." jawab Adren ramah. Adren salim pada Ibu Mona.
Eren merasa sedikit cemburu karenanya.
"Kalo ini siapa? Pacarnya Mona?" tiba-tiba Ibu Mona menggoda Mona sambil melirik Eren.
"Ma!" Mona mencubit lengan Ibunya pelan. "Ini Eren, baru pertama kali kesini. Dia temen satu kelompok TA juga, tapi dari prodi penyiaran." jelas Mona.
Perlahan Eren tersenyum, membungkukkan badan agar terlihat sopan.
"Apa kabar Tante..? Saya Eren."
"Kabar baik.." Ibu Mona tersenyum ramah.
"Sukabumi, Tante."
Muncul seorang laki-laki parubaya dan gempal, menuntun sepedanya, terlihat berkeringat. Sontak Mona berteriak.
"Pap!"
"De! Udah sampe? Ditungguin dari pagi." katanya sambil terngah-engah. Itu adalah Ayah Mona. Mona mencium pipi Ayahnya.
"Tadi shooting dulu Pap.
Oh iya Pap, ini Eren, teman satu kelompok Adek.." Mona memperkenalkan Eren.
"Om.." Eren menganggukkan kepala sambil tersenyum casual. Ia salim pada Ayah Mona.
"Eren! Orang Sukabumi asli?" Ayah Mona ramah.
"Asli Om, deket Situ Gungung."
"Oohh.. Objek wisata itu ya!? Kemarin sebelum pandemi kami kesitu sekalian jenguk Mona."
"Iya Om..Hhe.. Main ke rumah saya, Om. Kapan-kapan kalo kesana lagi."
"Siap..Siap!"
"Nah kalo ini Adren yang waktu itu nganterin Ade.." Mona melirik Adren.
"Ah! Nya apal atuh! Kesini mulu si Adre mah! Hey Dre! Apa kabar?" Ayah Mona mengibas tangannya sambil tersenyum.
"Baik Om. Rajin bener udah sepedahan.." kata Adren, berusaha ramah juga.
"Cari keringet, biasalah udah tua mesti banyak gerak." jawab Ayah Mona sambil menghentakkan alis. "Ngomong-ngomong.. Si Ade mah mirip si Mama, temennya banyak cowok. Heuheu.." ujar Ayah Mona.
"Enggak apa-apa supaya banyak yang jagain, ya nggak De?" sahut Ibu Mona.
"Betuul.." kata Mona.
"Ayo pada masuk, pasti belum makan siang."
Mereka semua masuk rumah. Di rumah orangtua Mona ada lima kamar. Di lantai atas ada dua kamar kosong dan satu ruang TV dengan sofa. Eren dan Adren memutuskan memakai satu kamar untuk berdua. Ketika Eren menaruh barang bawaannya di kamar, Adren masih berkutat dengan HP-nya di ruang TV, bertanya-tanya kenapa Liza belum membalas juga padahal sudah siang. Adren pun memutuskan utuk membuka aplikasi Radiocraftnya, untuk mencari tahu apakah Liza sedang online. Dilihat dari profil Radiocraft Liza, disitu tertera bahwa waktu online terakhir Liza adalah sebelas jam yang lalu, ketika telfonan terakhir dengan Adren.
Masa masih tidur? Begadang kali ya? kata Adren, dalam hati.
"Dre.. Jangan lupa hubungin partisipan kita buat wawancara besok." kata Eren dari dalam kamar.
"Hmm.. Yah.." kata Adren.
Setelah menghubungi dua partisipannya dengan whatsapp, Adren masuk kamar untuk ganti pakaian jadi lebih santai. Cuaca agak mendung, musim hujan awal tahun. Udara agak dingin sehingga Adren mengenakan celana training.
"Bandung lagi dingin euy.." kata Adren sambil ganti celana depan Eren. Eren sedang memindahkan video dan audio rekaman dari memori kamera dan clip on-nya ke laptop Adren. Kebetulan memang laptop Adren lumayan canggih sehingga digunakan untuk kepentingan editing TA.
"Dren.. Ini jagain ya! Aing lagi copy data kamera dan clip on."
"Emang kamu mau kemana? Mandi?"
"Nyiram badan aja. Gerah." Eren bangun, mengambil handuk dan kaos ganti di tas.
"Uwow.. Si kuat."
"Takut nanti bawa virus!" kata Eren sambil berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. Eren membuka pintu kamar mandi lalu menoleh, "Tuh ada water heaternya! Mandi!"
"Iya entarlah! Masa barengan!
Eh Ren.. Betewe itu water heater bisa disambung ke laptop kan?"
"Hah!? Water heater ke laptop?!" Eren heran.
"Eh! Sorry..! Itu mic clip on maksudnya!" Adren menepuk jidat.
"Buat siaran di laptop? Bisa." jawab Eren.
"Haha.. Oke sir! Gih! Mandi!"
Adren keluar kamar karena tidak ingin melihat yang tidak ingin dia lihat saat Eren selesai mandi dan ganti pakaian nanti. Ia duduk lagi di sofa panjang di ruang TV, lalu Mona datang, sudah berganti baju, mengenakan legging dan sweater.
"Dren nyokap nyuruh makan siang! Si Eren mana?" tanya Mona. Suaranya bindeng, jalannya gontai menghampiri Adren.
"Mandi bentar dia." jawab Adren tanpa menoleh.
"Anjirr enggak dingin apa?!"
"Takut bawa virus dari luar katanya."
"Owh.. Hhfftt.. Aduh, mau mandi tapi meler."
"Flu biasa kali.." sahut Adren asal. Adren sedang asyik memeriksa akun Radiocraftnya.
"Enggak, gue emang gitu kalo kedinginan." Mona menghampiri Adren, lalu tiduran di paha Adren.
"Mon.. Berat jih!"
"Ikut bentar..
Aduh idung gue mampet.." Mona mengeluh.
"Pencet biar enggak mampet!" kata Adren.
Mona pun memencet hidungnya.
"Peqini..?" tanya Mona, suaranya tidak jelas. Adren melirik.
"Bukan pencet idungnya! Haha.." Adren tertawa kecil melihat wajah Mona. "Disini!" Adren memijat bagian atas Mona.
"Duh enak tu Dre, bener. Terus-terus. Ehhssk.." Mona mulai merasa lega.
"Bukan terus-terus! Lo pijat-pijat diantara idung sama bibir juga, biar cepet ilang mampetnya." suruh Adren.
"Ogee.." Mona melakukan yang Adren suruh, memijat titik antara mulur dan hidungnya. "Gini?"
Adren melirik, "Ehmm.. Iya. Pijet ampe monyong."
Mona iseng mengeluarkan HP-nya dan membuka kamera depan untuk ngaca. Bersamaan itu juga HP Adren bergetar. Ada balasan dari Liza, membuat perhatian Adren kembali ke HP-nya. Ia membuka pesan dan mengetik dengan satu tangan, sebab tangan satunya masih memencet hidung Mona.
Liza: Hi, maaf bru bls..
Liza: Aku habis beres-beres dan bantu Ibu.
Adren langsung membalas,
Adren: Oh.. ortu km udh pulang?
Adren: Km, hti2 ya! Jagar jarak dr si bpk tiri itu! Aku khwtir.
Liza: Aku aman kok. tenang. Km jgn kepikiran.