11 Januari 2021
Jam 12.00
----Rumah Mona, Bandung----
Liza belum ada kabar lagi sejak semalam. Pagi itu, setelah sarapan bersama dan mandi, Adren mengecek HP-nya untuk kesekian kalinya, berharap ada kabar. Ia dirundung rasa cemas yang amat mengganggu pikirannya.
Adren: Liza, please kabarin aku. Aku khawatir..
Adren: Please bilang kamu baik-baik aja.
Adren mengetik pesan tersebut di pojok kamar, dekat colokan listrik, sambil mencharge HP-nya. Handuk bekas mandi pun masih melingkar di lehernya, serta rambut Adren terurai berantakan, masih belum kering. Masih tidak ada jawaban dari Liza, Adren pun mencoba menelfon Liza. Tiga kali ia menelfon, tiga kali juga tidak diangkat.
"Aduhh.. Kemana sih..!?" Adren mengeluh, gelisah.
Tiba-tiba kepala Eren muncul dari sela-sela pintu.
"Dre!" kata Eren. Adren menoleh.
"Hmm..?"
Eren menatapnya, memperhatikan.
"Buset kantong mata lo tuh! Begadang mulu. Tidur teratur dong, kasian Mona nyetir kalo lo ngantuk!"
"Enggak kok enggak ngantuk." jawab Adren.
"Yaudah yuk! Ayo jalan!" kata Eren, judes.
"Eh bentar-bentar! Belom gue telfon orangnya!"
"Ya ampun! Dari tadi ngapain sih!?" Eren ngomel kesal, lalu kembali ke ruang TV.
Menyikapi omelan Eren, Adren memaksa otaknya melupakan Liza sebentar dan menelfon partisipannya. Mereka janjian bertemu di sebuah kafe bernama Foreste Cafe, di daerah Ciumbuleuit, Bandung, satu jam lagi.
.
.
.
.
Jam 13.30 siang
----Kafe Foreste Ciumbuleuit----
Ada Dodi dan Meta, partisipan kelompok TA Adren, pasangan yang bertemu dari Dating Apps dan kini akan melangkah ke jenjang pernikahan. Sesuai rencana, konsep Feature yang mereka kerjakan memang mengumpulkan orang-orang yang gagal dan berhasil di online dating. Dodi dan Meta adalah pendengar Radiocraft Adren. Kalian mengenal mereka dengan nama Caterpilar dan Metafor. Caterpilar a.k.a Dodi adalah yang bercerita bertemu Almarhum Ayah Meta a.k.a Metafor.
Siang itu Dodi dan Meta sudah duduk di kursi mereka, di depan Mona yang akan melakuakn interview. Eren dan Adren sedang mensetting kamera. Ada dua kamera yang mereka pakai, satu kamera master di belakang Mona menyorot Dodi dan Meta sedang diatur oleh Eren, dan satu kamera menyorot Mona sedang diatur oleh Adren. Ketika Adren sudah menentukan posisi kamera yang menurutnya posisi terbaik, Eren tiba-tiba mengambil kamera Adren dan memindahkannya.
"Jangan disini, kurang bagus." kata Eren, dingin.
Adren nurut. Ia tahu Eren lebih ahli urusan itu.
"Eh! Coba cek zoom-nya, suara masuk apa enggak.." suruh Eren pada Adren.
"Oke.." Adren lesu. Bagai robot, tidak punya gairah, hanya melakukan apa yang Eren suruh. Tentu karena pikirannya tidak disitu, masih melayang-layang mencari dan menunggu kabar Liza.
Adren mengambil mic zoom,
"Cek.. cek.." Indikator alat itu merespon, menangkap suara Adren dan suara sekitar.
"Udah, jalan ngerekam." kata Adren, menaruh lagi alat itu. Lagi-lagi Eren mencoba mengoreksi semua pekerjaan Adren. Kali ini ia merubah posisi mic yang baru Adren taruh. Adren mulai membaca perlakuan aneh Eren, meski ia memilih untuk tetap positif thinking dan tidak bereaksi.
Kok kayaknya gue salah mulu sih! Tanya Adren, dalam hati. Kendati demikian Adren masih berpikir bahwa itu karena tekanan dalam pengerjaan proyek TA semata.
"Yo! Mulai.. Sound roll, camera roll.. Interview.. Action!" Eren memberi komando.
"Selamat siang guys, gue Mona. Boleh gue minta kalian buat perkenalkan diri? Nama, umur dan pekerjaan." Mona membuka interview.
"Hai.. Gue Dodi, umur dua puluh enam tahun, pekerjaan gue adalah Event Organizer."
"Hai.. Gue Meta, umur dua puluh empat tahun, pekerjaan gue animator."
"Oke Kang Dodi dan Teh Meta, bisa diceritakan kalian ketemu dimana?"
Dodi menjawab,
"Kami ketemu di aplikasi Minder. Ceritanya, kami sama-sama swipe kanan dan match, lalu ngobrol, lalu karena sama-sama belum terbuka dengan kontak pribadi masing-masing, akhirnya kami pindah ke aplikasi yang punya vitur telfon, yaitu Radiocraft, semacam aplikasi Radio streaming. Meta sering buka room private disana dan kita ngobrol berdua. Dari situ semakin deket, lalu tukeran IG dan whats app, sampai akhirnya ketemuan secara enggak sengaja." jelas Dodi.
"Prosesnya dari awal sampe bisa mau menikah kayak gini, berapa lama?" tanya Mona.
"Temponya itu diatur sama Meta sih. Hhe.." jawab Dodi.
"Iya, karena gue kan cewek, banyak kekhawatiran dan ada konsern soal keamanan juga, jadi pelan-pelan aja. Sekaligus nyari tau dia orangnya kayak gimana sih."
Adren menyimak percakapan itu. Mencoba memahami siklusnya dari pasangan yang sudah berhasil dan mencoba membandingkan dengan kisahnya bersama Liza.
"Wajar banget sih, tapi bisa dijabarkan secara singkat enggak?" pinta Mona.
"Dari kenal di dunia maya sampe ketemuan itu sekitar sebulan lebih sih, karena kami enggak chating atau ngobrol secara intense. Baru ngobrol secara intense itu dua minggu sebelum ketemu. FYI, kami juga ketemu di reallife enggak sengaja. Emang mestakung aja kayaknya. Jodoh kali ya? Dodi tiba-tiba sering ngechat, lalu dipertemukan tanpa sengaja." jelas Meta.