You Sound Awesome!

Jonem
Chapter #27

Secercah Enigma Rengat & Desau Renyah Menyayat

Jam 23.30 Malam

"Hey.. Mon."

"Hmm.. Hey.."

Adren menelfon Mona. Ia memberanikan diri, meluangkan waktu untuk sahabatnya itu, meski harus menghalau kecanggungan terlebih dahulu.

"Belom tidur Mon?"

"Enggak, belom."

"Sama kalo gitu. Gue barusan abis nyari orang buat jadi model karya gue. Karya gue udah di acc lho sama Patas."

"Hmm.. Syukurlah." Mona masih dingin, seakan tidak ada upaya agar percakapan berlanjut. Adren harus memutar otak, bagaimana agar sampai ke tujuan utamanya.

"Lo mau tau ide gue enggak? Sekalian mungkin gue minta pendapat dan saran."

"Hmm.. Sok, boleh."

"Lo enggak ngantuk kan?"

"Belom."

"Enggak lagi sibuk?"

"Enggak ini lagi.. ini aja."

"Ngapain?"

"Nemenin si Eren nonton Horror Korea."

"Oh lo lagi sama Eren?"

"Enggak, nobar online."

"Oh yaudah deh.. Nanti aja, kalo lo udah kelar. Atau besok di kampus aja." Adren tidak ingin mengganggu momen Eren dan seolah membenarkan jika ia adalah penghalang untuk laki-laki yang ingin mendekati Mona.

"Yaudah, see you Mon."

"Santai aja sih sebetulnya." jawab Mona, tiba-tiba.

"Udah nonton dulu aja, nanti aja kalo lo lagi salse." Salse artinya santai, luang.

"Mau ikutan?" tawar Mona.

"Enggak.. enggak, udah santai aja." Adren tetap menolak.

"Ya emang nyantai sih. Lagian gue ga suka filmnya."

"Film apa sih?"

"The Waiting.. Eh..? The Wailing."

"Itu gue udah nonton! Seru Mon! Tonton dulu aja.."

"Seru tapi gue takut. Gue kan sendirian di kosan!"

"Hmm.. Ya bilang Eren lah, supaya ganti film."

"Udah setengah jalan. Enggak enak."

"Eh emang ini Eren enggak denger?"

"Enggak, mic-nya gue mute."

"Yaudah, unmute lah. Enggak enak ntar dia nyari'in. Yaudah Mon, maaf ganggu ye.. Selamat nonton!" Adren buru-buru menutup telfon. Ia benar-benar tidak ingin menganggu usaha Eren.

"Sekarang tanggal berapa sih?" Adren menilik kalender di dinding.

Lalu Adren menengok Kokom di depan kamar, yang sedang anteng menjadi Ibu yang baik untuk anak-anaknya. Ia mengganti minum Kokom dan mengisi penuh makanannya. Sesekali ia belai-belai keempat bayi Kokom bergantian, lalu menghadiakan Kokom dengan belaian yang lebih lama.

"Kok sedih ya Kom..?" kata Adren, bertanya pada Kokom. Kokom menatap Adren, seolah bertanya kenapa.

"Liza.. Yang bantuin lo lahiran, masih ilang Kom." Adren curhat. Ia pandangi bayi-bayi Kokom, mengingat betapa serunya malam itu, ketika Liza membantunya jadi asisten bidan persalinan Kokom.

Drrrt..

Drrrt...

Mona menelfon. Smartphone Adren bergetar di sakunya. Adren mengangkat telfon itu.

"Halo Mon?"

"Gimana?"

"Apanya gimana?"

"Ide lo!"

"Lah bukannya lagi nonton? Udah kelar?"

"Enggak, gue bilang Eren gue enggak sanggup lanjut."

"Terus abis nonton langsung bubar aja gitu?" tanya Adren, ia cemas. "Lo enggak bilang mau telfon gue kan?"

"Enggak lah! Emang kenapa sih?"

"Ya.. Gapapa. Gue enggak mau ganggu, semisal kalian lagi pendekatan?"

"Apaan sih! Jangan aneh-aneh! Udah, gimana? Ceritain ide lo!"

"Iya oke.. Santai dong Mon.."

Lihat selengkapnya