You Sound Awesome!

Jonem
Chapter #32

Belum Waktunya

27 Februari 2021

Jam 13.00 Siang

----RS Pertemanan Jakarta Timur ----

Dua orang perawat laki-laki dan perempuan memapah Adren dengan hati-hati ke kursi roda. Adren akan diangkut pakai ambulance, karena setelah seminggu dirawat ia dinyatakan boleh pulang. Adren didudukkan di kursi rodanya, dengan tubuh yang kaku dan raut wajah murung seperti kehilangan rasa. Jarang sekali ia bicara, setelah kecelakaan itu, setelah ia merasa sudah "membunuh" Liza. Jika ada pasien yang berharap tidak bangun lagi di rumah sakit itu, sudah pasti dia adalah Adren. Sayang, malam itu nasib berkata lain, dia selamat, tanpa luka yang cukup fatal. Terlihat dari beberapa luka sobek yang sudah di jahit dan masih ditutup perban, lututnya yang sempat bergeser sudah kembali dan diberi pengaman, tangan kirinya yang patah sudah di gips, dan selangka kirinya juga sudah dioperasi dan masih diikat perban yang melilit di bahunya.

Yang terjadi malam itu, Adren terpental dari kursi supir ke kursi penumpang sebelah kiri, karena tidak mengenakan sabuk pengaman ketika benturan mobil terjadi. Untung, tidak ada benturan yang amat berarti di kepala, atau organ vital lainnya.

"De, kamu temenin Kakak ya, biar Mama yang bawa sisa barangnya." Mama membawa koper dan tas gendong berisi pakaian ganti, sambil masih menyisir laci-laci lemari, siapa tau masih ada yang tertinggal.

"Iya Ma. Hasil rontgen Adren ini ada di tas Dova ya!" jawab Dova.

"Iya Dov."

Dova mengawal Adren yang didorong dengan kursi roda.

"Mas, pelan-pelan ya.." kata Dova, sopan. Perawat laki-laki bertubuh besar itu mulai mendorong Adren, melewati kasur, melewati rak kamar inap Adren. Adren terdiam, hanya bola matanya yang bergerak kadang-kadang.

Tinggal Mama di ruangan itu, masih memeriksa ulang takut ada barang tertinggal. Mama memeriksa kasur Adren lagi, lalu memeriksa setiap rak dan laci yang ada. Tiba-tiba muncul Om Dani, memanggil Mama.

"Udah yuk!" ajaknya. Mama pun teralihkan, mengamini ajakan itu, dan pergi meninggalkan kamar.

Mama dan Om Dani berjalan di koridor rumah sakit, berusaha menyusul Adren dan Dova yang sudah duluan. Lalu ia berpapasan dengan Dokter Harun, yang menangani Adren selama ini.

"Dok.." Mama menegur.

"Bu Gema.."

"Kami pamit pulang, terimakasih Dok untuk bantuannya.." Mama dan Dokter Harun bersalaman.

"Iya, sama-sama. Jangan lupa cek up ya Bu, minggu depan."

"Iya Dok, baik. Saya berhutang budi."

Dokter Harun menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Enggak Bu, anak Ibu memang masih dilindungi sama Yang Maha Kuasa. Bisa lebih parah kalau bukan karena keajaiban dari-Nya."

"Ya, terimakasih sudah jadi penyambung tangan Tuhan buat anak saya."

"Iya, tidak usah dipikirkan, sudah tugas saya. Yang penting sekarang anak Ibu sudah ada kemajuan dan boleh pulang. Pakai ambulance atau mobil pribadi?"

"Ambulance Dok." jawab Om Dani.

"Oh syukurlah. Kalo gitu saya juga izin mau operasi." Dokter Harun merapatkan tangannya, sopan.

"Oke Dok, sekali lagi terimakasih, semoga sehat selalu.. Mari.."

"Sama-sama, mari Pak, Bu.."

Dokter Harun pergi, begitu juga Mama dan Om Dani lanjut berjalan.

"Untung kamu kenal Dokternya.." ujar Om Dani.

"Ya, dia sahabatnya Almarhum Bapaknya anak-anak." jawab Mama.

"Ow.. Oke.."

.

.

.

.

.

1 Bulan Kemudian, 21 Maret 2021

Jam 16.00

"Jadi begitu? Itu benar-benar dia?" Mama duduk depan Dova, di meja makan.

"Yaa.. Yang si Kakak yakini sih begitu. Aku enggak tau itu bener apa enggak. Aku enggak berani liat berita." Dua-duanya memasang wajah murung dan bicara agak pelan.

"Kalau memang bener begitu.. Menurut kamu kalo kita temui keluarga perempuan yang.. bunuh diri itu, untuk minta maaf? Gimana?" kata Mama, lirih.

"Lalu apa abis itu Ma? Kalau memang bener begitu, Kak Adren juga hanya akan semakin merasa bersalah. Semua udah terjadi Ma. kak Adren udah dapet jawabannya, dan ternyata perempuan itu udah tewas. Yang harusnya jadi pertanyaan kita, apakah salah Kak Adren perempuan itu bunuh diri?"

Mama menunduk, lesu.

"Ada banyak pilihan untuk menyelesaikan masalah, bahkan Kak Adren mau nolong perempuan itu, tapi kan perempuan itu malah milih..?"

"Assalamualaikum..." Tiba-tiba terdengar suara perempuan di depan rumah, memotong perkataan Dova.

"Siapa Ma?"

"Enggak tau." jawab Mama sambil memanjangkan lehernya.

.

.

----Kamar Adren----

Lihat selengkapnya