You sound good

Jonem
Chapter #5

Tiket Tiga Menit

--------------------------------Di Kantin Kampus, Lusa setelahnya-------------------------------

Saat itu di kantin, Mona sedang menflon gebetannya, di jam makan siang. Adren di depannya sedang makan ayam geprek dari Warung si Uwa, salah satu pedagang di kantin.

"Ini lagi di kampus!

Sama si Adren!"

Adren ikut merengutkan kening mendengar jawaban Mona atas bringasnya rasa cemburu dari gebetan Mona.

"Iya lagi bahas TA! Lagian kan kita enggak pacaran!

Aku juga lagi makan makanya telat ngabarin!"

Adren senyum-senyum, dalam hari menertawakan Mona.

"Enggak! Dia satu kelompok TA sama aku!

Cemburuan banget!

Si Adren Gay kok! Udah!"

Sontak Adren tersedak ketika mendengar alasan Mona. Mona menahan tawa ditengah-tengah gusarnya.

"Hmmpsh.. Iya! Bye! "

Mona menutup telfon dengan ketus. Mona langsung minta maaf pada Adren.

"Gay gey gay gey! Nini sia Gey!" kata Adren kesal, makanan masih memenuhi mulutnya.

"Hahaha.. Sorry gue keinget joke lo tempo hari! Kan lo tau ini bohong doang! Biar cepet kelar! Maaf lah... Habis ini gebetan gue cemburuan banget. Males lah!"

"Harus banget ngebohong soal orientasi seksual gueee! Salah aing apaa!!!??? Nyesel gue bikin joke itu." Adren sebal.

"Lagian kalo lo straight kenapa enggak pernah ngegebet aing!?" tanya Mona menggoda sekaligus membanggakan track recordnya sebagai perempuan yang disukai banyak laki-laki.

"Ogah ih! Kayaknya banyak cowok jadi pindah haluan gitu karena lo kecewain! Gue enggak mau jadi korban lah!" Adren mengejek Mona.

"Anjrit lah! Emang gue se-fakgirl itu!?" Mona gantian sebal.

Tiba-tiba handphone Mona berbunyi lagi, laki-laki bernama kontak "Jacob" menlfonnya, namun Mona membiarkannya.

"Angkat tuh, gebetan lo nelfon lagi!"

"Bukan! Ini beda lagi! Ini si cowok yang ketemu gue di Dating App kemarin!"

"Ett.. Gebetan lo berapa si? Udah punya gebetan masih aja main Dating Apps"

"Iseng weh! Lagian yang tadi enggak cocok! Tapi tau enggak?!" Mona tiba-tiba serius.

"Ini! Si Jacob ini, suaranya kan berat abis ya! Deep gitu! Gue kira udah dewasa banget taunya.."

"Kenapa?" Adren penasaran.

"Taunya tiga tahun di bawah gue!"

"Ya enggak apa-apa dong?"

"Ya enggak cocok, secara obrolan aja tuh masih ketara banget bocah fakboy-fakboy baru gitu! Amatir lah! Terus pas video call tuh.. Lo tau muka full control enggak sih Dre? Bibir dan dagu yang super kaku karena dia ngontrol banget mukanya supaya keliatan ganteng!?"

"Terus?"

"Ganggu lah! Emang cute sih anaknya! Tapi muka sok gantengnya itu lho! Benerin rambut dua menit sekali! Najis! Be yourself aja kek!"

"Kalo ternyata his trueself-nya emang peduli banget sama penampilan? Gimana?" tanya Adren.

"Ya berarti emang penampilan juga jadi pertimbangan utama dia kalo nyari cewek! Ya meskipun gue cakep, gue enggak mau lah penampilan gue doang yang bikin dia cinta sama gue."

"Dih! Kok terdengar su'udzon gitu!?" sahut Adren lagi.

"Percaya deh sama gue! Gue udah pro!" jawab Mona, setengah becanda. Adren pun menyerah, kenyataannya memang Mona banyak pengalaman.

"Gue ngerasa.. Lebih susah menemukan pacar di Dating app!" kata Mona tiba-tiba.

"Kenapa emang?"

"Karena judulnya udah Dating app, jadi semua orang di dalamnya fokusnya udah cari teman buat nge-date, sehingga mereka melakukan apa aja buat dapetin itu. Akhirnya banyak yang jadi fake! Itu kenapa pas ketemu banyak yang enggak sesuai ekspektasi!"

"Hmm.. Masuk akal."

"Dan lebih parah lagi!"

Adren dengan seksama menunggu penjelasan Mona sang ahli.

"Orang main dating app enggak mungkin cuman match sama satu orang kan? Kalo ngebandingin satu dengan yang lainnya wajar, karena emang harus milih! Tapi banyak orang enggak jelas, yang main app ini cuman buat riset diri! Cuman pengen tau, muka mereka tuh se-laku apa sih dipasaran!"

"Dan yang ngeri lagiiiii!" lanjut Mona, belum selesai. Adren semakin mencondongkan badannya ke depan, agar dapat menyimak Mona dengan lebih baik lagi.

"Yang ngeri adalah semua disikat, lalu kita cuman sebagai selingan!"

"Ohh.. Kalo orang pake app itu cuman buat.... One night stand?" tanya Adren.

"Itu resikonya beda lagi." jawab Mona.

Adren menganggukkan kepala tiga kali.

"Wow.. Keren juga teori lo!"

"Yahh.. Andai gue bisa tau orang yang gue temui di internet itu aslinya kayak apa." ujar Mona sambil menatap Abang Tukang Dimsum dibalik etalase di dekat mereka.

"Dari depan.. Abang Dimsum itu etalasenya bersiiiih banget, tertata rapih, tapi bisa jadi dari belakang ternyata dia lagi garuk-garuk pantat! Dan kita enggak tau, karena enggak keliatan!" kata Mona dengan wajah nanar.

"Mon! Gue lagi makan! Kenapa analoginya gitu sih! Jijik sia teh!" omel Adren.

"Sorry.."

Tiba-tiba kini giliran Handphone Adren berbunyi. Nomer tidak dikenal menelfonnya.

"Siapa nih ya?" gumam Adren. Ia mengangkat telfon.

"Halo?

Ya, saya sendiri..

Lihat selengkapnya