-------------------------------------- Esoknya, Kantor Note FM-------------------------------------
"Jadi?" Reza baru datang, lalu duduk di sofa di depan Rendy.
"Oy.. Sstt..!" Reza memanggil Rendy yang tidak menjawab. Rendy akhirnya meliriknya, dan hanya mengangkat alis sekali.
"Jadi??" tanya Reza lagi.
"Jadi apa?" Rendy bersandar sambil scrolling instagram, tidak bergairah.
"Jadi lo lebih cocok yang mana? Kemarin keren-keren semua kok. Terus enggak tau kenapa, kali ini relatif cakep-cakep juga mukenye!" kata Reza.
"Belum tau gue."
"Pilihlah! Gue suka tuh si Denok, yang cewek tapi medok banget! Jawa gaul abis dia, referensi musiknya juga keren." Reza mencoba merekap para peserta favoritnya, yang ia ingat.
"..Ye mayan lah dia." Rendy menanggapi tidak bergairah.
"Atau yang anak UI! Pinter pasti tuh! Terus orangnya luwes gitu, santai dan asik." kata Reza lagi.
"Terlalu serius. Enggak suka gue." jawab Rendy, tanpa gairah.
"Emh.. Atau yang cakepan? Yang.. siapa namanya? Melisa? Yang blo'on-blo'on-pinter gitu." kata Reza lagi.
"Hmm.. itu mayan.." jawab Rendy, masih tanpa gairah.
"Cakep dia.. Terus kayaknya bisa ngimbangin lo." kata Reza lagi.
"Yaa.." Rendy semakin penat dengan ocehan Reza. Ia makin tidak bergairah.
"Atau yang bikin gue ngakak dalem hati si yang anak Sukabumi. Siapa...? Andre..? Anden? Arden? Ah itulah pokoknya! Keren dia joke-nya, meskipun agak.. riskan." kata Reza lagi.
"Ah dia kan Under 3 menit." Rendy menolak tanpa gairah.
"Tapi suaranya keren, dan dia tau mau ngomong apa. Enggak asal chit-chat yang enggak ada isinya gitu." kata Reza lagi.
"Terlalu berani juga bahaya." jawab Rendy, tanpa gairah.
"Ya tapi berdasarkan penilaian gue, keempat orang tadi tuh berkarakter kuat Bro. Powerful banget! Diajarin dikit mah mateng! Idup sih mereka kalo dikasih kesempatan! Idup banget!" kata Reza lagi.
"Justru itu, semuanya keliatan banget tipe-tipe orang yang pengen dominan, takutnya susah kalo siaran berdua!" jelas Rendy. Ia tidak menghiraukan dengan serius, saran-saran dari Reza. Rendy sebetulnya merasa kecewa karena tidak menemukan kriteria yang dia inginkan. Sementara Reza, ia hanya ingin Rendy lekas menemukan gairah bekerja lagi, bahkan meski temannya itu banyak permintaan.
"Jadi ada enggak yang keren diantara mereka? Favorit lo yang mana sih emang?" tanya Reza.
"Ada deh.." jawab Rendy tidak bergairah.
"Nice! Cepet-cepet dah dipilih! Biar cepet kelar Bro.. Pusing nih.. Pusing.. Kerjaan gue jadi dobel. Coba dulu aja, coba.. Siapa tau kalo udah dijalanin salah satu mah cocok."
"Halah! Mending juga lo nyimak! Sibuk ama ipad lo terus kan? Udahlah Za! Lo diem aja, biarin gue sama Mas Harry yang milih!"
"Hah?" Reza mengerutkan kening.
"Lo diem dulu, biar gue sama Mas Harry yang nentuin!"
Sontak Reza merasa Rendy sudah kurang aja dan keterlaluan. Rendy benar-benar mendapatkan seratus persen perhatian Reza saat ini.
"BRUG!!!"
Reza menggebrak meja pendek di depan sofa, yang jadi pemisah mereka berdua. Beberapa karyawan yang ada disana serentak menoleh, ikut terkejut. Satu orang menutup ruang siaran karena seorang penyiar sedang siaran program siang.
"Woy..!!!"
Rendy menoleh, terkejut dengan reaksi Reza. Dalam hati agaknya Rendy sadar, dia memang sudah menyerang ego Reza yang sebetulnya lebih senior darinya dan berposisi lebih tinggi. Rendy pun agak merasa cemas dalam hati. Rendy memundurkan badannya sebab mereka duduk berhadap-hadapan.
"Lo siapa?! Bos gua?!
Anj** lo ya! Ngelunjak lama-lama! Gue tuh produser lu!" sentak Reza, terlanjur emosi.
"Gue tetep nyimak, karena gue punya tanggung jawab!
Gue tau penyiar yang bagus kayak gimana! Lebih dari yang lo tau!
Gue kerja di radio lebih lama dari lo!
Gue juga udah kerja sama banyak penyiar!
Dari semuanya, lo yang paling manja dan banyak tuntutan!" lanjut Reza dengan tatapan ganas.
"Ya gue ngerasa lo enggak terlalu fokus aja sama kerjaan lo, Za." jawab Rendy gemetar, tidak pernah melihat Reza semarah itu.
"Enggak usah ngurusin kerjaan gue! Urusin diri lo sendiri! Lo yang paling susah dingertiin! Dikasih si A enggak cocok, dikasih si B enggak cocok! Gue bela-belain minta Mas Harry buka lowongan magang ini juga buat lo! Terus lo bilang gue yang enggak peduli? Mikir enggak sih lo?!"
"Ya tapi kan kita kerja bareng-bareng Bro.. Gue ngerasa sendirian gitu enggak ada yang support."
"Ya makanya jangan sok idealis biar enggak siaran sendiri! Kriteria partner aja gak jelas lu! Makanya jangan bikin kerjaan orang jadi ribet! Manja!"