“Gue bersumpah habis lulus dari sini, gue enggak
bakal sudi lihat muka Ketua OSIS songong itu lagi!”
Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, tapi siswi kelas XII IPA 4 berambut pendek yang sedang duduk di depan kelas bersama kedua temannya itu tak tergiur sama sekali dengan ajakan beberapa temannya ke kantin. Dia masih kesal dengan hukuman menyapu halaman belakang tadi.
Nabilla Patresha Revano memang terkenal sebagai siswi yang tak tahu aturan, tapi dirinya tidak termasuk sebagai golongan anak bad girl. Dia memiliki pembawaan yang santai dan tidak mau ambil ribet. Hukuman-hukuman pun sepertinya sudah tak mempan lagi dan tidak juga membuatnya jera. Berkali-kali dihukum, berkali-kali juga dia membuat kesalahan.
Setiap hukuman yang dia terima akan semakin menambah sebalnya pada si penghukum, yaitu iblis yang menyamar sebagai ketua OSIS di sekolah.
Nabilla memiliki postur tubuh yang sempurna. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Tubuhnya langsing dan kulitnya sawo matang. Saat tersenyum, aura kecantikannya semakin terlihat berkat lesung pipit di kedua pipinya.
“Bil, lo yakin mau cari gara-gara lagi sama Briyan?” ucap Dilla, tak yakin dengan keputusan yang Nabilla ambil. Pasalnya, baru tadi pagi Nabilla dihukum, sekarang dirinya sudah akan menantang Briyan kembali.
“Bodo amat. Gue seneng lihat dia emosi,” jawab Nabilla santai. Di tangannya sudah ada beberapa bungkus plastik bekas jajan, yang dia minta dari teman kelasnya. Sengaja dia buang sembarangan saat si Ketos (Ketua OSIS) patroli di depan kelasnya. Dia melakukan hal itu hanya untuk memancing emosi Briyan dan membuatnya kesal.
“Lo enggak ada kapok-kapoknya, ya, Bil. Pokoknya kalo Briyan udah deket, gue sama Dilla bakalan langsung kabur,” ucap Soffi.
“Cupu lo, sama ketua OSAS aja takut.”
“OSIS, kali.” Soffi mengoreksi Nabilla yang selalu mengganti nama OSIS menjadi OSAS.
“Bodo amat!”
Ponsel di sakunya bergetar. Nabilla langsung mengambilnya dan membaca chat yang dikirimkan Adam, pacarnya. Adam mengajaknya untuk latihan band, Nabilla mengembuskan napas berat. Artinya, misi mengejek Ketos hari ini gagal total.
“Sof, buangin! Gue mau ke ruang musik dulu.” Nabilla menyerahkan bungkusan bekas jajan itu pada Soffi yang bengong sambil menatapnya.
Nabilla memang vokalis band sekolah. Dia bisa bergabung berkat sang pacar, drummer sekaligus ketua band yang dinamai Monochrome. Meskipun, Nabilla bergabung dengan band itu berkat Adam, bukan berarti suara Nabilla tidak bagus. Suaranya bisa dikatakan sangat merdu dan dia mampu menyanyikan banyak genre lagu.
Saat masuk ke ruang musik, ternyata semua anggota sudah berkumpul. Hanya Nabilla personel wanita pada band itu.