“Asik, gua dapet tugas lektor pas malam natal.”
Tristan berseru bahagia saat petugas pembaca kitab suci untuk malam natal sudah diumumkan. Tristan mendapatkan tugas untuk membacakan salah satu bacaan pada misa malam natal, malam perayaan untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus.
“Kita tugas bareng ternyata,” imbuh Kevin saat ia melihat jadwalnya juga. Dalam bertugas sebagai lektor, selama satu ibadah cukup dibawakan oleh dua orang saja, karena bacaan yang tersedia hanya dua. Tristan dan Kevin memang terkadang bertugas bersama-sama. Namun, hal tersebut jarang terjadi jika saat ibadah besar, seperti natal atau paskah. Karena itu, Tristan sedikit terkejut saat mengetahui partner-nya adalah teman yang sudah menemaninya selama belasan tahun.
“Hoki banget ya ternyata kita bisa tugas bareng. Jarang-jarang nih tugas misa besar kita disatuin. Biasa kan kepencar gitu. Malah kadang jadinya gua yang gak dapet tugas gara-gara lo dapet jatah mulu,” lanjut Kevin masih mengoceh mengenai jadwal tugas mereka berdua.
“Ini karena kita memang udah ditakdirkan untuk mewartakan sabda Allah bersama-sama, Kevin,” goda Tristan sambil menyenggol lengan Kevin.
“Kalo bukan karena ini bukan tugas natal, kayaknya gua harus mikir-mikir lagi deh kalo tugas bareng lo,” ledek Kevin karena sedang tidak mau membuat Tristan senang. Sementara itu, Tristan langsung sibuk mencari bacaan yang sekiranya akan muncul nanti. Bacaan pada misa malam natal selalu sama setiap tahunnya. Karena itu, Tristan bisa berlatih terlebih dahulu jika dirinya menginginkan itu. Tristan dan Kevin lalu melakukan suit untuk menentukan siapa yang berhak memilih bacaan terlebih dahulu. Sebenarnya, pemilihan bacaan itu bisa ditentukan melalui kesepakatan petugas liturgi di hari itu. Namun, jika Kevin dan Tristan bertugas bersama, mereka selalu melakukan suit agar bisa adil dalam menentukan bacaan.
Tristan lalu teringat pada Windy. Ingin juga Tristan mengajak Windy untuk bisa hadir dalam sukacita misa malam natal. Karena itu, Tristan memutuskan untuk mencari Windy dan mengajaknya pergi kembali.
*****
“Windy ikut misa bareng yuk. Udah lama kan pasti gak pernah ikut misa natal? Ayo, mumpung kita berdua juga bisa bareng nih. Nanti abis itu, kita ikut party,” ajak Tristan. Dirinya senang karena malam natal nanti, ia akan mendapatkan teman baru untuk melewati malam yang bahagia itu. Biasanya, pada malam natal, Tristan hanya bisa menyeret Kevin saja untuk mengikuti kegiatan orang muda katolik. Terkadang, jika mereka masih segar, mereka berdua pergi ke taman kota untuk menikmati pohon natal yang menyala terang. Pohon natal itu akan menyala sepanjang malam selama malam natal, tidak seperti malam-malam lainnya yang akan dimatikan tepat saat hari berganti.
Windy terdiam sejenak, memikirkan ajakan Tristan yang menurutnya cukup asik. Misa malam natal? Udah lama aku gak ikut yang kayak begitu. Melihat pohon natalnya saja sudah membuat aku merasa lebih bahagia, sepertinya kalo ikut misa-nya juga, itu bukan ide yang buruk, batin Windy. Tidak lama kemudian, Windy pun mengangguk, setuju dengan ajakan Tristan untuk ikut hadir dalam perayaan ekaristi malam natal nanti.
*****
Hari-hari berlangsung cepat. Perkuliahan Tristan dan juga Kevin sudah mencapai babak akhir. Mereka telah menjalani Ujian Akhir Semester dan kini mereka bisa bersantai sebelum merayakan hari natal. Persiapan Tristan dan Kevin untuk perayaan ekaristi nanti juga sudah cukup baik. Mereka berdua sesekali berlatih di dalam gereja untuk memantapkan cara membaca mereka.
Hari yang ditunggu anak-anak pecinta natal telah tiba. 24 Desember telah hadir. Tristan dan Kevin sudah siap untuk merayakan ekaristi pada malam hari ini. Tristan juga sudah menjelaskan secara singkat bagaimana kondisi gereja mereka kepada Windy. Tristan nantinya akan bertugas saat ibadah. Karena itu, Tristan tidak bisa menemani Windy sepanjang ibadah. Jadinya, lebih baik jika Windy dijelaskan terlebih dahulu mengenai kondisi gereja sebelum nantinya Tristan bisa meninggalkan Windy sendirian.
“Lo mau nyuruh Windy duduk di mana? Gak mungkin kan kita minta ke panitia buat nyediain satu kursi kosong buat Windy yang keliatan aja nggak?” tanya Kevin saat mereka berdua bertemu di apartemen Tristan. Hendak pergi menjemput Windy terlebih dahulu, baru nantinya mereka bertiga berjalan bersama menuju gereja.
“Tenang aja. Dia kan hantu. Jadi bisa lah dia nempatin diri. Windy pinter kok. Nanti gua juga bakal jelasin ke Windy pas ketemuan kok. Biar nanti pas di gereja, Windy bisa pergi sendiri dan kita langsung ke Sakristi,” balas Tristan sambil membanggakan teman tidak kasat matanya itu. Sakristi sendiri adalah tempat di mana para petugas liturgi, termasuk imam gereja, berganti pakaian untuk bertugas dalam ibadah. Tristan juga menjelaskan mengenai rencananya dan Kevin pun setuju dengan rencana yang sudah dipikirkan oleh Tristan.
*****
Setibanya di gereja, umat yang sudah selesai mengikuti misa pertama membubarkan diri. Tristan dan Kevin datang sekitar satu jam sebelum misa kedua dimulai agar bisa mempersiapkan diri sebelum bertugas. Tristan sudah memberitahu Windy mengenai apa yang sebaiknya Windy lakukan selagi dirinya dan Kevin bertugas. Tidak lupa juga Tristan menunjukkan beberapa tempat kepada Windy jika misa sudah selesai agar mereka tidak kesulitan untuk bertemu. Setelah itu, mereka berpisah ke tempatnya masing-masing. Windy masuk ke dalam gereja, sedangkan Tristan dan Kevin ke tempat petugas litrugi.
Windy memasuki bangunan gereja dengan perasaan gugup. Ia sudah begitu lama tidak merasakan hangatnya suasana gereja. Perlahan, ia merasa beberapa ingatannya muncul. Kilatan-kilatan ingatan mengenai masa natal hadir di kepalanya. Windy merasakan sesuatu yang hadir di dalam dirinya. Perasaan hangat dan rindu akan perayaan di gereja. Karena itu, Windy sempat merasa ingin menangis karena merasa seperti sebuah kerinduan besar akhirnya tersampaikan. Windy lalu melangkah ke dalam gereja, kemudian pergi ke salah satu pojok bangunan. Di sana ia akan mengikuti misa malam natal.
*****
“Aman gak tuh?”