Your Answer is Me

William Oktavius
Chapter #18

Forgive Me, Please?

“Gua tahu. Dan gua rasa ini bisa jadi satu-satunya jalan buat lo.”

Tristan hanya menatap bingung maksud dari Kevin. “Satu-satunya jalan? Emang gak ada jalan lain gitu?”

Kevin hanya menggelengkan kepalanya. “Masalahnya, yang ada di kepala gua baru itu doang. Jadinya ya untuk saat ini, anggep aja itu jadi satu-satunya jalan buat lo. Biar lo juga bisa berusaha lebih keras juga. Ah, gimana sih lo,” protes Kevin.

“Gua kan bukan bidangnya kalo urusan beginian,” desis Tristan kesal mendengar protes dari Kevin. Tristan memang tidak terlalu memperdulikan soal perempuan, karena itu, ini adalah pertama kalinya Tristan merasa bersalah karena sudah mengusir seorang perempuan dan kini berniat untuk mengejarnya kembali.

Kevin lalu menjelaskan rencananya kepada Tristan. Sedikit lebih detail karena Kevin paham, Tristan pasti tidak mengerti jika Kevin menjelaskan dengan singkat. Terlihat jelas raut wajah bingung dari Tristan seusai Kevin menjabarkan rencananya.

“Nyariin Windy langsung? Ke gedung kimia? Bisa gitu? Kan gua udah minta dia pergi, gimana cara gua bisa temuin dia?” tanya Tristan bertubi-tubi, ingin mencurahkan semua kebingungannya di hadapan Kevin.

“Aduh, Tristan. Lo itu kalo jadi cowok, optimis dikit napa. Gimana lo mau berjodoh sama orang lain coba kalo berjuang dikit lo udah berasa hopeless,” rutuk Kevin gemas melihat tingkah Tristan yang begitu cepat pesimis jika berhubungan dengan mencari keberadaan orang. Berbanding terbalik jika bertemu dengan materi perkuliahan atau urusan keagamaan, Tristan pasti akan langsung optimis, apapun itu bentukannya.

“Kan gua belom berniat buat membangun rumah tangga. Masih setia buat hidup selibat nih gua,” balas Tristan menyatakan niatnya untuk ingin hidup sendiri tanpa terikat dengan janji perkawinan.

“Ya, whatever do you want lah. Tapi saran gua ya cuma itu sih yang bisa dilaksanakan. Windy kan bukan manusia kayak kita, gak punya sosmed atau handphone kan? Yauda, satu-satunya jalan ya cari Windy sampai ketemu terus minta maaf deh. Apalagi dengan kondisi yang bisa lihat Windy cuma lo seorang, yauda emang itu udah jadi tugas lo buat cari Windy sampai ketemu.”

“Kalo ternyata Windy gak mau ketemu sama gua lagi? Atau ternyata gua gak bisa ketemuin Windy karena Windy udah pergi atau udah dipanggil menghadap Allah Bapa?”

“Ya setidaknya lo udah mencoba. Itu lebih baik daripada lo cuma duduk diem di sini doang sambil ngurusin overthinking-nya lo yang gak akan ada selesainya.” ucap Kevin mencoba langsung memotong pemikiran Tristan agar tidak bercabang ke mana-mana lagi. Tristan merasa saran dari Kevin ada benarnya juga. Daripada ia tidak melakukan satu hal pun, lebih baik Tristan tetap mencoba sekalipun hasilnya masih tidak jelas.

“Oke. Mari kita besok coba cara ini.”

*****

“Eh, gimana nih. Windy gak ada di sekitar sini. Padahal kan dia bilang, dia selalu ada di lab,” ujar Tristan sedikit panik. Karena mereka masih libur kuliah, setelah sepakat dengan usulan dari Kevin, mereka berdua mencoba mencari di mana Windy berada. Tristan memilih untuk datang setelah siang hari berlalu agar tidak terlalu panas. Tristan sudah berkeliling mencari keberadaan Windy, namun jejak Windy belum dapat ditemukan.

“Dih, mana gua tau. Yang bisa ngeliat kan lo. Lo kalo bilang Windy gak ada, ya gua mau bilang apa,” balas Kevin sedikit memprotes ucapan Tristan. Karena Kevin tidak bisa melihat keberadaan Windy, jadinya Kevin hanya membuntuti Tristan saja. Terkadang, Kevin memilih untuk duduk santai sambil memperhatikan temannya itu sedang sibuk mencari teman tidak terlihatnya itu.

“Menurut lo, masih ada tempat lain gak?”

“Kita coba cari dulu.”

Satu jam sudah mereka mencari ke sekeliling gedung kimia. Namun, mereka tidak menemukan Windy. Ditambah Kevin yang tidak bisa melihat kehadiran Windy, jadilah Kevin hanya bisa membantu Tristan mengusulkan ide untuk mencari lokasi keberadaan Windy. Mereka berdua terduduk kelelahan di kursi kimia. Mencoba mengatur kembali napas mereka setelah berkeliling gedung tanpa membuahkan hasil.

Lihat selengkapnya