YOUR EYES

Novi Assyadiyah
Chapter #13

BIRENDRA: SEBUAH KEJUTAN PART 1

Pada zaman dahulu kala, Para Pendongeng menyebarluaskan cerita kepada masyarakat mengenai Dewa yang dihukum oleh Sang Pencipta dan menjadi manusia. Hukuman Dewa itu adalah harus membantu manusia dengan jumlah yang telah ditetapkan. Tanpa disadari saat menjalankan hukumannya, ia mengubah nasib seorang rakyat biasa menjadi seorang Raja. Sebelumnya, Dewa itu memberikan senjata berupa keris yang baru dibuatnya untuk membantu rakyat biasa agar bisa menyelamatkan diri dari orang-orang jahat yang akan melukai. Bantuan itu sebagai imbalan karena rakyat biasa telah menolongnya saat pertama kali datang ke bumi.

Keris yang diberikan oleh Dewa itu memang terbilang ampuh dan selalu berhasil melindungi rakyat biasa itu. Kabar tentang kemampuannya sampai tersebar ke seluruh negeri dan terdengar oleh Raja yang memimpin kerajaan pada saat itu. Raja meminta rakyat biasa itu untuk menjadi prajurit di garis depan melawan musuh. Merasa senang karena kemampuannya diakui, rakyat biasa itu membunuh semua lawan bahkan orang yang menentang Raja.

Singkat cerita, rakyat biasa itu jatuh hati kepada anak Raja dan Raja yang mengetahui dengan senang hati jika anak perempuan satu-satunya menikah dengan orang hebat yang telah membantu kemenangan bagi kerajaannya. Setelah menikah, rakyat biasa menjadi semakin serakah dan ingin merebut tahta kerajaan secepat mungkin dengan membunuh Raja dengan keris itu.

Berita Raja meninggal dunia menjadi duka mendalam bagi para rakyat dan akibat dari keserakahannya, Dewa yang membantu sebelumnya murka dan merebut keris itu dari rakyat biasa yang kini sudah menjadi Raja.

“Kalau kau masih mau hidup, perbaiki dirimu. Aku memberikan keris ini bukan untuk disalahgunakan. Aku sangat kecewa karena manusia begitu cepat berubah,” kata Dewa  itu yang mengatakannya dengan tenang, tetapi hatinya sangat terluka dan penuh amarah.

“Kembalikan keris itu! Itu milikku!” ucap rakyat biasa itu dengan penuh amarah.

“Sekarang keris ini bukan milik siapapun. Keris ini akan mencari orang yang pantas memilikinya dan bukan kamu.”

“Aku akan mencarimu dan membunuhmu!”

“Hanya pemilik asli yang bisa membunuhku,” ucap Sang Dewa dengan lantang dan tenang.

Akibat dari perkataannya, rakyat biasa itu semakin murka dan berlari dengan cepat, lalu menyerang Dewa yang sudah menjadi manusia menggunakan kemampuan bela dirinya.  Setelah berhasil mendapatkan keris itu kembali dari tangan Sang Dewa, rakyat biasa itu menusuknya. Mengetahui bahwa ia berhasil melukai, rakyat biasa itu tertawa bahagia. Namun, rakyat biasa itu tidak mengetahui siapa yang sedang di hadapinya. Walau tubuh Dewa itu sudah menjadi tubuh manusia, tetapi ia masih memiliki kemampuan memulihkan lukanya dengan cepat. Dewa itu pun mengambil kembali keris yang berada ditangan rakyat biasa dan menghilang secepat kilat dengan sisa kekuatan yang ia miliki agar terhindar dari para prajurit kerajaan. 

Rakyat biasa itu pun merasa kehilangan separuh hidupnya karena keris itu dan melampiaskan kekejamannya kepada rakyat dan istrinya. Kerajaan yang sudah ia miliki pun menjadi kerajaan terkejam dan tak ada satu pun musuh yang berani mendekat. Rakyat biasa yang sudah menjadi Raja tak segan-segan meminta bawahannya untuk menemukan seluruh pengrajin besi atau Empu yang merebut kerisnya. Jika bawahannya tidak membawakan sebuah hasil, maka ia akan membunuhnya. Rakyat biasa itu menelantarkan rakyat demi memiliki keinginan yang bukan miliknya lagi di era kerajaannya.

Bersambung… 


“Bersambung? Damn! Aku udah serius bacanya. Aku kira file yang aku buka ini draft cerita baru Paman yang sudah selesai,” kataku yang berada di meja makan dekat ruang tengah di mana kami biasa menghabiskan waktu untuk menonton hiburan di televisi. Aku melihat ke arah pamanku yang sedang duduk sambil asik menonton tayangan komedi di televisi dengan ditemani beberapa camilan.

“Paman, cerita ini terinspirasi dari cerita yang sering aku kisahkan kepada Paman lagi ya? Kok rakyat biasanya di sini kejam?” tanyaku kepada Paman setelah membaca draft cerita yang ada di laptop pamanku tanpa sepengetahuannya.

“Memangnya harus sama ya ceritanya sama kisah kamu? Kan gak semua kisah tragis itu milik kamu. Semua orang merasakan, begitu pun dengan karakter yang Paman buat.” Paman menyunggingkan senyumnya sambil memakan kacang yang ada di toples.

“Iya sih, tapi kenapa Empunya diceritain Dewa dan dibuat jadi manusia?”

“Ya emang gitu kenyataannya.”

“Jawaban apa yang aku harapkan sebenarnya dari Paman. Selalu terkesan asal dan tidak serius,” kataku dengan nada sedikit kesal, padahal aku adalah penggemar nomor satu cerita Paman. 

Karya-karya yang dibuatnya selalu menemaniku jika aku bosan dengan kehidupan dunia nyata yang sedang aku jalani. Sebetulnya, cerita yang ditulis Paman kebanyakan terinspirasi dari apa yang aku ceritakan kepadanya. Selalu ada satu atau dua kisahku yang bisa Paman kembangkan menjadi satu kesatuan cerita yang utuh dengan format atau dunia baru yang dikembangkan menjadi karya menarik. Termasuk karya Paman yang berjudul ‘Wanita yang Bereinkarnasi’. Meskipun pada karya yang satu ini, aku sangat tidak menyukai akhir kisahnya.

“Ya kan biar seru aja, Ren. Dewa jadi manusia terus turun ke bumi karena dikasih hukuman terus untuk bisa kembali ke langit harus bantu orang yang membutuhkan. Sungguh mulia bukan?” kata Paman yang semakin asyik menikmati acara tv dan kacang pembelian ibuku yang aku sukai.

“Mulia sih mulia, tapi kenapa akhirnya bisa dibunuh juga? Kalau mau fiksi di fiksiin semua kek,” protesku dengan mengerutkan kening kepada Paman.

“Itu udah fiksi, fiksi nyata dicerita Paman bukan nyata di kisah hidupmu,” kata Paman lagi sambil melihatku dengan tersenyum.

Lihat selengkapnya