Elena dan Gani turun dari mobil yang Elena pesan dari aplikasi online untuk mengantar keduanya pulang ke rumah setelah selesai dari pameran galeri seni. Tepat saat keduanya akan membuka pintu rumah, Gio menghentikan langkah Elena, membuat Elena menatap ke arah Gio dengan tatapan tidak suka.
“Elena, kita perlu bicara!” pinta Gio dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
“Ayah masuk duluan, ya! Elena mau ngomong bentar sama Kak Gio,” pinta Elena kepada Gani yang langsung direspon dengan anggukan dengan tatapan tidak suka kali ini kepada Gio. Gani yang melihat anaknya menangis di galeri tadi dengan memukul Gio, ikut sedih walaupun ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Mau apa lagi, Kak?” ucap Elena dengan nada tajamnya setelah Gani masuk ke dalam rumah diliputi dengan sorot mata kekecewaan Elena kepada Gio karena ternyata ia adalah penyebab Ambar meninggal dunia.
“Elena, aku mau minta maaf sama kamu. Aku ingin kita balik kaya dulu lagi. Bisa ya?” pinta Gio dengan sorot mata yang penuh harap bahwa Elena akan menerimanya kembali.
Mendengar itu membuat Elena tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air matanya. Elena tidak menyangka Gio yang dikenalnya ternyata sangat pengecut. Elena berpikir jika saja kasus ini tidak di ungkap oleh Birendra, ia tidak akan tahu sama sekali dan terus menganggap Gio sebagai penolong dan seorang kakak yang baik untuknya.
“Permintaan Kak Gio terlalu berat untuk aku penuhi sekarang. Aku cape, aku mau masuk ke dalam. Lebih baik Kak Gio pulang dan aku harap kita gak ketemu lagi.”
“Elena, aku mohon jangan gini.” Gio menarik tangan Elena dan menatapnya dengan cemas.
“Aku gak mau kita jadi orang asing! Maaf karena dulu aku mengabaikanmu dan buat kamu kecelakaan. Maaf karena gak bertanggung jawab.” Mata Gio kini semakin berkaca-kaca.
Gio sama sekali tidak terbiasa melihat tatapan dingin Elena. Terakhir kali mereka bertengkar karena Gio membayar hutang kepada Birendra, membuat Gio tidak ingin mengulangi hal yang sama. Dia sudah jatuh terlalu dalam mencintai Elena. Sesuatu yang awalnya tidak disangka oleh Gio, kini membuatnya terjebak dalam masalah yang dimulainya dulu karena sikap pengecutnya.
Saat kecelakaan terjadi, Gio terlalu takut. Takut membuat Nenek kesayangannya menderita dan takut keluarga besarnya akan menganggap Gio sebagai pembunuh. Maka dari itu, ia yang memiliki banyak uang melakukan hal kotor dengan menutupi semuanya dengan menyuap polisi dan segala halnya. Gio kira apa yang dilakukannya sudah tertutup rapi, tetapi nyatanya bagaimanapun kebenaran yang berusaha ia kubur, akan terungkap jika sudah waktunya.
“Elena, aku akan kasih apa pun yang kamu mau asal maafin aku,” ucap Gio lagi yang membuat Elena tertawa sinis dan melepas genggamannya.
“Kak Gio yakin mau kasih apa yang aku mau?” tantang Elena dengan sorot mata penuh amarah.
“Apapun itu demi kamu maafin aku, Elena.”
Kemudian, Elena menampar Gio dengan keras satu kali. Napas Elena kini sangat tidak teratur karena amarah yang berusaha ia tahan tidak bisa lagi ia kendalikan melihat sikap Gio yang seperti ini. Reaksi Gio hanya pasrah karena ia benar-benar berharap dengan Elena yang sudah menamparnya akan memaafkan kesalahan yang telah dilakukan.
“Hidupkan kembali ibuku kalau begitu, baru aku akan memaafkan Kak Gio!” ucap Elena dengan menekan di setiap katanya sambil mengeluarkan air mata.
“Maksud kamu?” Gio yang mendengar itu tampak bingung. Ia tak mengerti kenapa Elena meminta hal seperti itu. Elena menyeka air matanya dan tampak tak bisa berkata-kata ketika Gio yang terlihat tidak tahu apapun tentang kematian ibunya yang disebabkan oleh Gio.
“Apa hubungannya ibu kamu sama masalah kita ini, Elena? Bukannya ibu kamu pergi dan gak pulang karena ninggalin—”
Elena melayangkan tamparannya lagi ke wajah Gio. Untuk kesekian kalinya ia tak mengira bahwa Gio memiliki sifat tidak tahu diri seperti ini. Elena merasa bahwa penilaiannya selama ini kepada Gio adalah hal yang salah besar.
“Orang yang Kak Gio tabrak setelah menabrak mobilku adalah ibuku! Bisa-bisanya Kak Gio kabur lagi saat mencelakai dua orang sekaligus tanpa membantu sama sekali dan berusaha menutupinya!”
Gio yang mendengar itu tampak kaget dan kakinya seketika mundur perlahan. Ia benar-benar tidak tahu dan tidak mengira orang kedua yang ia tabrak adalah ibu Elena yang selama ini Elena cari. Gio pun segera berlutut dan meminta pengampunan kepada Elena.
“Maaf, Elena! Aku memang brengsek!” Gio menangis merasa bersalah, tetapi penyesalannya itu sudah terlambat.
“Aku belum bisa maafin Kak Gio. Kasih aku waktu sampai bisa nerima Kak Gio lagi, tapi aku gak tahu kapan itu. Lebih baik sekarang Kak Gio pulang! Aku cape!” ucap Elena yang akan pergi ke dalam rumahnya. Namun, lagi-lagi Gio menarik lengan Elena.
“Lepasin, Kak!”
Gio menggeleng pelan sambil menangis. Namun, Elena tetap berusaha menarik lengannya dari genggaman Gio yang sulit dilepaskan. Tiba-tiba, dari dalam rumah, Gani datang dan melayangkan pukulan ke arah pipi Gio. Melihat itu membuat Elena seketika terkejut. Elena tidak sadar bahwa Gani menguping pembicaraan keduanya yang terdengar sampai arah pintu.