YOUR EYES

Novi Assyadiyah
Chapter #12

BIRENDRA: BERCERITA DENGAN ELENA

Tujuh hari kemudian, aku pun berusaha menepati janjiku kepada Paman untuk memperkenalkan Elena kepadanya. Elena yang kembali bekerja setelah meminta izin untuk menemani Gio langsung aku ajak untuk bertemu dengan Paman. Aku bilang pamanku ingin bertemu dan makan malam bersamanya. Ada kebingungan dalam raut wajah Elena mengenai pamanku yang tak mengenalnya tiba-tiba ingin bertemu dengannya. Respon yang tidak salah karena ia tidak tahu bahwa Paman sudah mengenal Elena dari cerita yang sering aku ceritakan selama delapan tahun ini. Aku bilang kepada Elena bahwa ibuku yang bercerita mengenainya dan Paman hanya penasaran tentang teman baruku. 

“Cuman aku bingung nanti harus bicara apa sama paman Kak Ren.”

“Gak usah bingung. Pamanku orang yang simple. Asik ko dia,” kataku mencoba menenangkan Elena.

Selanjutnya, saat Elena dan Paman dipertemukan, Elena yang sebelumnya mengatakan tidak tahu harus membicarakan topik apa dengan Paman begitu menikmati pembicaraan berbagai topik yang dibicarakan oleh Paman. Mulai dari ketertarikan Paman dengan Elena yang memutuskan sekolah di dunia film, ketertarikan sama dalam bidang membuat alur cerita, dan pembahasan seputar pekerjaan part time Elena yang Paman apresiasi. Bahkan, Elena bisa membuat pamanku tertawa dengan ceritanya juga. Melihat Elena dan Paman bisa berbaur dengan mudah membuatku sangat senang sekaligus iri dengan Paman karena bisa begitu mudah membuat Elena tertawa.

“Gimana? Asik kan ngobrol sama pamanku?” kataku kepada Elena di ruang tamu saat Paman mengatakan akan membuat sesuatu untuk Elena.

Elena mengangguk sambil tersenyum senang. Cahaya lampu di ruang tamu yang terkesan biasa saja kini menjadi luar biasa saat menerangi tempat ini karena aku bisa melihat kecantikan dan kelucuan Elena yang membuatku gemas kepadanya.

“Iya! Asik banget dan aku tuh sebenarnya tahu loh novelis Shadow! Cuman gak nyangka kalau novelis Shadow itu paman Kak Ren. Selama ini aku penasaran banget sama novelis Shadow yang identitasnya gak pernah diungkap ke publik. Kalau aja aku tahu, pasti aku bawa novel karya dia yang paling aku suka ‘Wanita yang Bereinkarnasi’,” jelas Elena dengan antusias.

Lihat? Cara Elena menjelaskan membuat jantungku berdebar lagi. Sorot matanya yang penuh keantusiasan ingin selalu aku nikmati setiap detiknya. Akan tetapi, aku harus bisa mengendalikan diriku di hadapan Elena. Aku tidak mau membuatnya tidak nyaman atas tindakanku yang ingin memilikinya. Aku juga tahu judul novel yang Elena sebutkan tadi. Karya Paman yang katanya terinspirasi dari ceritaku kepadanya. 

Namun, setelah aku membaca karya Paman yang berjudul ‘Wanita yang Bereinkarnasi’, aku tidak menyukai ending cerita yang Paman buat karena wanita yang bereinkarnasi itu pada akhirnya meninggal dunia dan tak pernah memiliki kesempatan untuk bersama dengan orang yang dicintainya. Ending cerita yang tidak aku suka karena dalam cerita di kehidupanku, aku sudah memutuskan untuk melindungi Elena dengan segenap tenaga tanpa membuatnya terluka.

“Dan ternyata keluarga besar Bu Rika ini banyak banget talentanya, ya! Terus kalau aja aku gak dikenalin sekarang, mungkin aku bakal gak tahu kalau novelis terkenal yang aku suka itu bagian dari keluarga Bu Rika,” lanjut Elena.

Paman memang mirip denganku. Ia tidak begitu suka kehidupan pribadinya begitu terekspos. Ketenaran Ibu dan ayahku yang selalu menjadi pengawasan publik membuat aku dan Paman enggan merasakannya terlalu dalam. Kata Paman cukup sudah ia merasakan rasa penasaran para wartawan yang menanyakan keseharian ibuku atau ketika ibuku yang tak sengaja terlibat skandal dengan temannya dan Paman lah yang dimintai keterangan dari Kota Kediri untuk memberi tanggapan tentang kakaknya itu. Namun, aku dan Paman juga sadar bahwa suatu hari semua pasti akan terungkap. Semua yang mengagumi ibuku dan ayahku pasti akan tahu bahwa Paman memiliki profesi lain selain menjadi orang yang suka mengadakan pameran barang antik. Semua orang yang mengagumi ibuku dan ayahku pasti akan tahu wujud asli anak yang tak pernah diungkap ke publik, dan akulah rahasia pertama yang mendahului persembunyian Paman akibat video yang tersebar waktu di acara Mama Lita.

“Hahaha, aku gak bisa bilang ke kamu karena aku memang pengen kenalin Paman sebagai Paman Atman. Gak nyangka juga tadi Paman bakal kasih tahu dia novelis Shadow. Kayaknya pas kamu cerita tentang kesukaanmu dan bilang suka karya Shadow, Paman keceplosan terus ya udah lanjut gas cerita. Jangan bocorin ya kalau Paman itu Shadow. Aku gak bisa bayangin kalau informasinya diketahui publik soalnya Paman sudah sedikit terganggu waktu para jurnalis nanyain ke dia tentang ibuku hahaha.”

“Tenang aja, Kak! Aku bisa jaga rahasia dan sepertinya aku harus mulai suka sama barang antik karena baru tahu paman Kak Ren suka ngadain pameran barang antiknya biar bisa semakin dekat karena aku pengen kenal sama paman Kak Ren untuk menimba ilmu menulis darinya. Paman Kak Ren tuh baru sekali ketemu, tapi aku menganggapnya orang terkeren kedua setelah Bu Rika yang pernah aku temui!” kata Elena dengan senyum mengembangnya.

Melihat senyumnya membuatku merasa lega membawa Elena bertemu dengan Paman hari ini. Aku merasa bahagia bisa melihat wanita yang aku cintai berbicara dengan santai kepadaku. Tersenyum terus ya, Elena! Jangan bersedih lagi karena aku pasti akan selalu ada untukmu kali ini. 

“Kamu ga harus suka barang antik untuk dekat dengan Paman. Aku yakin Paman lebih suka pendekatan yang mengalir seperti tadi. Terus kamu tahu gak? Sebenarnya pamanku juga punya sisi anehnya loh,” kataku kepada Elena yang membuatnya penasaran hingga posisi duduk yang tadinya agak berjarak kian mendekat ke arahku.

Aku tak bisa menahan tawa kecil ketika Elena mendekatkan dirinya padaku. Wajahnya yang begitu serius, tetapi penuh kehangatan membuat hatiku meleleh. Ini terlalu menggemaskan untuk dilewatkan. Aku ingin mengabadikan momen ini selamanya, menyimpannya dalam lipatan waktu yang tak terbatas di dalam ingatanku. Namun, aku segera mengendalikan diriku untuk melanjutkan pembicaraan agar Elena tidak menyadari apa yang sedang aku rasakan.

“Paman kan punya dua profesi. Profesi yang diketahui itu sebagai orang yang suka mengadakan pameran barang antik dan yang kedua sebagai novelis dengan nama pena, tapi sebenarnya pamanku punya profesi gaib,” lanjutku.

Lihat selengkapnya