Your eyes cant't lie Boss

Achmad Taufan
Chapter #4

Dinda yang sombong, atau ???

Hari demi hari berlalu , meskipun sering terkena omelan oleh dinda , bagas semakin nyaman ada di perusahaan tersebut, dugaan anya bahwa bagas tidak akan bertahan lama tidak terbukti , justru bisa dibilang bagas sukses untuk meredam dinda..

Suatu hari ada seorang wanita paruh baya dengan gaya yang begitu glamor datang  ....

Ia berjalan perlahan dari pintu masuk, tak lama ia tiba di depan meja resepisonis

“selamat siang… ada yang bisa saya bantu?” , Tanya si resepsionis ke wanita itu

“saya mau bertemu dengan dinda” , jawab wanita itu dengan nada agak sedikit sombong

mendengar jawaban itu si resepsionis agak heran , kenapa wanita itu memanggil atasannya hanya dengan nama saja tanpa embel – embel apapun , sementara tidak pernah ada yang memanggil dinda selancang itu baik dari karyawan ataupun klien dinda

sempat terdiam heran, si resepsionis dengan wajah senyum yang agak dipaksakan kembali bertanya pada wanita itu

“oh mau bertemu dengan ibu dinda… apakah ibu sebelumnya sudah membuat janji?”

mendengar perkataan si resepsionis , tiba – tiba wanita itu membuka kacamata nya sembari tersenyum , ia pun menjawab

“masa saya mau ketemu keponakan saya aja harus pakai janji?”

sontak mendengar jawaban dari wanita tadi, si resepsionis sempat terdiam , dan langsung meminta maaf pada wanita itu

“oh… ibu kerabat bu dinda, maaf ibu saya tidak tau, tapi bu dinda sedang tidak di kantor”

“oh gapapa , saya tunggu aja” , saut wanita itu dengan gaya bicara agak merendahkan

“kalau begitu , biar saya tunggu dinda diruangannya yah, ruangannya sebelah mana?”, ucap wanita itu sembari menoleh ke sekeliling

resepisonis barusan pun langsung bergegas untuk mengantar wanita tadi ke ruangan dinda karena ia takut kelalaian nya akan di adukan ke dinda , apalagi di otaknya wanita tadi adalah tante dari atasannya

tidak lama kemudian, mereka tiba di ruangan dinda …

“wah besar juga yah ruangan dinda” , ucap si wanita tersebut sembari berjalan menuju kursi dinda

ia lalu duduk di kursi milik dinda, seakan kursi itu miliknya sendiri..

melihat itu si resepsionis mengingatkan wanita itu bahwa itu kursi milik dinda, dan hanya boleh di duduki oleh dinda

“tenang aja , saya itu deket banget sama dinda , kecilnya aja saya yang gendong” , jawab wanita tadi dengan maksud meyakinkan si resepsionis

“I…i…iya bu ,ibu mau meminum sesuatu mungkin? Biar saya pesankan ke ob (office boy)”, ucap si resepsionis

sembari bersantai di kursi dinda layaknya kursinya sendiri , si wanita tadi minta tadi menjawab

“saya mau the herbal yah, hangat, jangan panas”.

“baik bu, biar saya sampaikan ke OB agar menyiapkan teh herbal untuk ibu , sekalian saya pamit bu kembali ke meja saya…. Permisi bu”, jawab si resepsionis sembari meninggalkan ruangan dinda

tidak lama setelah itu , dinda tiba di kantor bersama bagas , mereka baru saja tiba setelah melakukan meeting dengan klien di sebuah tempat

begitu sampai si resepsionis tadi bergegas menghampiri dinda untuk memberitahu dinda bahwa ada keluarga dinda yang menunggu di ruangan dinda

“bu dinda , ada saudara ibu menunggu ibu di ruangan ibu” , ucap si resepsionis

“saudara saya?” , saut dinda dengan wajah agak heran

“saudara saya siapa?” , Tanya dinda ke si resepsionis

“tante ibu katanya” , jawab si sekertaris dengan polosnya

mendengar jawaban si sekertaris sontak raut wajah dinda berubah menjadi sinis

“dimana dia?” , Tanya dinda ke si resepsionis

Lihat selengkapnya