Esoknya di kantor bagas tidak Nampak hadir, dindapun tidak masuk kerja hari itu ..
Bagas tidak masuk Karena di pecat dinda, meskipun ia masih mengkhawatirkan dinda tapi ia mencoba untuk menyibukan diri agar bisa melupakan ke khawatirannya. Ia memilih bersih – bersih apartment tempat ia tinggal, ia menyapu, mengepel, membereskan kamar dan sebagainya
Sementara di saat yang sama dinda hanya terdiam di kamarnya sembari duduk di kursi yang ada di kamarnya, gorden ia tutup dan lampu ia matikan sehingga suasana kamar tampak gelap layaknya di malam hari. Matanya tampak sayu, dari matanya sesekali menetes air mata hingga membasahi pipinya.
Sementara itu bagas yang sudah selesai beres – beres kini duduk di sofa karena kelelahan, rencana nya untuk tidak mengkhawatirkan dinda berhasil, tapi hanya untuk beberapa jam selama ia bersih – bersih ….
Ketika tidak ada kegiatan ia langsung teringat dinda, di dalam hatinya bertanya apakah dinda baik – baik saja? Apakah dinda bisa mengurus semua pekerjan di kantor tanpanya? Bahkan sampai memikirkan apakah dinda sudah makan atau belum.
Merasa ia memikirkan hal yang salah bagas langsung menampar kedua pipinya
“ga….ga….gaa !! ini ga bener !! gua harus nyibukin diri” , ucap bagas seraya memotivasi dirinya sendiri
kali ini ia menyibukan diri dengan memasak ….
Sementara di saat yang sama , dinda masih di kamarnya , dengan kondisi yang sama bedanya hanya kali ini ia tidak terduduk di kursi, melainkan di lantai di pojokan kamar
Pipinya tak lagi basah dengan air mata, tetapi matanya benar – benar sembab layaknya orang yang habis menangis semalaman.
Beberapa hari kemudian situasi tidak berubah banyak, dinda dan bagas sama – sama tidak Nampak di kantor, situasi ini membuat anya khawatir …
Ia pun mengeluarkan handphone dari dalam saku nya, ia berusaha menghubungi dinda, tapi sama sekali tidak menyambung karena dinda tidak mencharge hp nya
“yah, kalopun nyambung kaya dia mau angkat telefon gue aja”, ucap anya
merasa gagal menghubungi dinda, kali ini anya menghubungi bagas ..
tuttttt……tuuuttttttt
bagas yang sedang tidur di sofa terbangun karena mendengar suara handphone nya yang berbunyi , ia bergegas mencari dimana letak handphone nya yang jatuh ke bawah sofa
sampai akhirnya ia menemukan dan langsung menjawab panggilan dari anya
“ya..yaa.. halo nya, ada apa?”
“heh!!! Lo kemana ? gua denger lo udah 3 hari gamasuk !!”
dengan suara orang baru bangun tidur, bagas menjawab
“lah….gue kan di pecat nya sama dinda”
“HAH? YANG BENER LO GAS?”
“iye bener, rencana gua soal pak surya ketauan. Emang dinda ga ngomong ke lo?”
“gimana mau ngasih tau, dinda 3 hari gamasuk, gatau kemana. Kantor kacau nih ga ada dia”
mendengar perkataan anya, bagas langsung terbangun, wajahnya tampak serius bercampur khawatir , di saat yang sama anya masih berbicara di telepon
“dulu kan gua udah bilang gas dampaknya kalo rencana ini ketauan…lo gamau denger sih. Pokoknya jangan bawa – bawa gue ya !!”
bagas hanya terdiam, telepon masih tersambung tetapi bagas sama sekali tidak berkata apapun
“halo….gas?oi….lo tidur lagi ya?Hallo??”
bagas langsung mematikan panggilan dengan anya, ia langsung bergegas menuju ke rumah dinda
“hihhhh, cocok lu berdua emang, seneng banget mengabaikan orang !!” , ucap anya yang kesal panggilannya di tutup oleh bagas
dalam perjalanan menuju ke rumah dinda bagas layaknya orang yang kehilangan akal sehat, ia berkendara dengan kecepatan tinggi, bahkan beberapa lampu merah ia terobos.
Bagas akhirnya sampai dengan selamat ke kediaman dinda, ia dipersilahkan masuk oleh bibi dan di minta menunggu di ruang tamu sembari bibi memanggil dinda, tidak berapa lama tampak dinda berjalan menuruni tangga
Ia lalu duduk di sofa, sekitar 2 meter jaraknya dari bagas
“mau ngapain?” , seperti biasa ucap dinda dengan ketus?
Bagas tidak menjawab pertanyaan dinda, ia hanya terdiam..
Tidak berapa lama bi iyah keluar mengantarkan teh untuk bagas
“Mas bagas, ini silahkan teh nya”, ucap bi iyah sembari meletakan teh itu di depan bagas
tanpa pikir panjang bagas langsung menghabiskan teh itu
“bi, tolong kebelakang. Saya mau bicara sama bagas”