Bagas bergegas membawa dinda ke rumah sakit, sesampainya disana dinda langsung di bawa menuju ruang gawat darurat. Selama penanganan oleh tim medis bagas di minta menunggu di luar ruangan.
Bagas tidak bisa menyembunyikan ke khawatirannya, dari gesture tubuhnya maupun raut wajahnya. Ini pertama kali ia melihat dinda tidak sadarkan diri.
Akan tetapi ia juga cukup heran, apa yang membuat dinda sampai tidak sadarkan diri, tapi ia bingung harus bertanya ataupun mencari tau kemana. Karena selama ini bagas tidak pernah tau ataupun bertemu dengan keluarga dinda, kecuali tantenya yang sempat datang ke kantor kala itu
Akan tetapi …. Tidak mungkin bagas menghubunginya, bisa – bisa saat sadar dinda marah besar.
Tiba – tiba ia teringat percakapannya dengan anya dahulu, bahwa anya adalah sahabat dinda ketika SMA, tanpa pikir panjang bagas langsung menelepon anya
“Hallo?.... ada apa gas?” , Jawab anya di telepon
Bagas menjelaskan semua kejadian tadi kepada anya, ketika bagas selesai menjelaskan anya sempat terdiam beberapa saat sebelum ia berkata
“Gua On the way, Share loc sekarang” , ucap anya. Setelah itu ia langsung menutup telepon dan bersiap – siap menuju ke rumah sakit
Bagas masih menanti dengan cemas di depan ruang UGD, sudah hamper 30 menit dinda di tangani…
Dokter silih berganti keluar masuk ruang UGD, tiap dokter yang keluar dari UGD langsung dicegat bagas dengan pertanyaan akan kondisi dinda, tapi dokter – dokter itu hanya menjawab …
“Sebentar ya mas, Sedang kami tangani” , jawaban yang hampir sama antara satu dokter dan dokter lainnya.
15 menit kemudian....... salah seorang dokter dengan perawakan agak tua keluar dari UGD, dokter ini bukanlah satu dari dokter – dokter yang keluar masuk sejak tadi.
Melihat dokter ini keluar bagas langsung menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan kondisi dinda..
“Dok bagaimana kondisi pasien bernama dinda dok?” , Tanya bagas yang masih sangat khawatir dengan kondisi dinda
mendengar pertanyaan bagas dokter itu sedikit menarik nafas, membuat bagas semakin khawatir, akan tetapi setelah itu dokter itu tersenyum
“Gapapa kok, pasien baik – baik saja” , jawab di dokter sembari menepuk pundak bagas
tapi bagas masih penasaran, sehingga ia bertanya lagi kepada si dokter
“lalu kalo baik – baik saja, kenapa dia sampai tidak sadarkan diri? Itu kan berarti ada sesuatu dok?”
kini senyum dari wajah si dokter hilang, tampak dari wajahnya bahwa ada hal serius mengenai dinda
“bisa kita bicara di sana sebentar mas?”, Tanya si dokter sembari menunjuk sebuah tempat di pojokan rumah sakit
tanpa pikir panjang bagas mengikuti si dokter, begitu mereka sampai si dokter langsung menjelaskan penyebab dinda tiba – tiba pingsan tak sadarkan diri ..
“kalau dari hasil pemeriksaan saya tidak di temukan penyakit maupun kelainan –kelainan pada tubuh pasien yang bisa memicu pasien tidak sadarkan diri. jadi kemungkinan besar pasien menderita Posttraumatic stress disorder (PTSD)” , ucap si dokter kepada bagas
“Posttraumatic stress disorder dok? , bisa jelaskan dengan bahasa yang lebih muda saya pahami dok?” , Tanya bagas penasaran
“Ya, bisa dibilang pasien pernah mengalami trauma di masa lalu yang mungkin pada kejadian tadi membuat dia ingat lagi. Biasanya ketika terjadi ada yang berteriak, menangis bahkan sesak nafas, tidak jarang juga bahkan yang pingsan”
“tapi apapun….kita harus tunggu pasien siuman untuk tau langkah penanganan dan sebagainya, dan kalau bisa ketika pasien sudah sadar jangan langsung di bebani dengan pikiran – pikiran berat”, Ucap dokter.
Lalu si dokter pergi meninggalkan bagas yang terdiam tanpa bisa berkata apa – apa, dugaanya seperti terbukti bahwa pasti ada sesuatu yang menyebabkan kenapa sikap atasannya begitu dingin, seperti tidak punya belas kasih.
Bersamaan dengan si dokter yang pergi menjauhi bagas, justru dari arah berlawanan Nampak sosok anya yang berlari kearah bagas hingga berpapasan dengan si dokter tadi
“gas….gasss” , panggil anya sembari berlari mendatangi bagas
“Gass, gimana kondisi dinda?”
bagas yang tadi terdiam kini menatap kearah anya, wajahnya tampak serius
“ada yang perlu gue omongin sama lo nya”, Saut bagas.
“ada apa nih?” , wajah anya pun kini Nampak serius
Bagas lalu mengajak anya ke sebuah café kecil di lobby rumah sakit, disana mereka duduk saling berhadapan hanya berbataskan meja di antara mereka
Disini bagas menjelaskan apa yang dokter jelaskan …
Mendengar penjelasan bagas, anya terdiam….. seperti ada hal yang memang ia rahasiakan soal hubungannya dengan dinda maupun masa lalu dinda
“Nya, Gua perlu tau ….. Ini Demi dinda nya”, Ucap bagas seraya meyakinkan anya untuk bercerita
anya terdiam beberapa saat, sesekali ia menarik nafas panjang. Sampai akhirnya ia mau membuka hal – hal yang ia ketahui soal dinda di masa lalu
“Oke, Gua akan ceritain semuanya” ,ucap anya.
Sebelum bercerita ia mengambil cangkir yang berisikan kopi yang ada diatas meja, lalu ia meminumnya.
Selesai meminum kopi tadi, ia mulai bercerita.
Hubungan anya dan dinda berawal dari ketika mereka masuk SMA yang sama, mereka belum mengenal satu sama lain sampai ketika ospek, anya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari senior – seniornya…
Anya yang kala itu terlambat datang, dipaksa oleh para seniornya untuk membelikan makanan di kantin dengan uangnya sendiri, dan apa yang harus anya beli sangat banyak. Anya susah payah membawa semua pesanan seniornya, lalu ketika ia sampai justru ia disuruh memijit kaki senior – seniornya…
Anya yang kala itu murid baru menurutinya, murid ospek yang lain hanya bisa memperhatikan dengan takut apa yang dialami anya, mereka mau menolong tapi mereka takut akan dihukum seperti anya, tapi salah satu murid bangun dari duduknya, menghampiri anya dan memintanya berdiri ..
Sontak senior – senior tadi marah, karena merasa murid ini sudah kurang ajar dan tidak mematuhi peraturan dari para senior, tapi murid tadi tidak menghiraukannya.